8. RINTANGAN

80 32 52
                                    

“Hahahaha.. Rahasia apa?” Di antara keheningan kelas, Yume tertawa garing. “Aku ini orangnya blak-blakaaan. Jadi tidak mungkin aku punya rahasia..Hahaha.” Ia terus terbahak sambil bertepuk tangan canggung.

“Jelas ada,” sahut Hiro cepat. “Rahasia yang pasti menggemparkan kelas kita.”

Baru saja Yume hendak membuka mulu tapi kini Hiro yang lebih menguasai jalan cerita.

“Sebenarnya Yume ini...”

Sengaja menggantung ucapannya, Hiro melirik Yume untuk melihat reaksi gadis itu.

“Yume ini memiliki...”

Bruk!

Di luar dugaan, Yume menghambur menyerang Hiro. Namun dilihat dari sudut manapun ini bukan seperti penyerangan. Posisi keduanya malah membuat suasana kelas menjadi awkward. Yume jatuh  menindih tubuh Hiro yang masih setengah terbuka. Kemejanya belum dikancingkan. Hanya disampirkan saja sehingga kini roti sobeknya kembali terekspos.

“Kau cari mati?”

Yume mendongak. Suara berat terdengar semakin jelas karena posisi kepalanya jatuh tepat di bawah dagu lelaki itu.

“Maaf-maaf, aku sungguh...”

“Kau ketakutan dan panik karena takut aku membocorkan rahasiamu, kan? Kalau sebenarnya kau..”

Yume tak berkutik. Ia sudah pasrah. Seandainya semua terbongkar mungkin ia akan meminta pada Papanya untuk pindah sekolah lagi.

"Asal kalian tahu, Yume sebenarnya hanya berpura-pura baik pada kalian. Dia sengaja menjawab asal-asalan Tugas Bahasa Inggris yang kau titipkan padanya,” tukas Hiro sembari mengedikkan dagu pada temannya.

Mendengar ucapan Hiro, gadis itu berderap menuju mejanya untuk mengambil buku bahasa Inggrisnya yang masih terbuka.

“Ini jawaban yang benar.” Hiro melempar bukunya sendiri ke meja di depannya.

Spontan murid-murid berkumpul. Membandingkan jawaban Hiro dan Yume. Meski tak seorang pun yang ahli dalam subjek Bahasa Inggris, tapi ada satu dua soal mudah yang tentu mereka ketahui jawabannya.

Dan lagi-lagi kepolosan Yume membuatnya tidak menyadari jika ia sudah dijebak.

“Lihat! Soal semudah ini saja, Yume tidak bisa menjawabnya dengan benar,” celetuk gadis berambut pendek yang juga menempati peringkat lima besar di kelas 1-4.

“Benar-benar ular berbisa. Kelihatannya saja murah hati, ternyata..”  Lelaki di depan Hiro bersungut. “Kalau memang tidak mau membantu, terus terang saja.”

Yume mengentak menuju meja yang ramai dikerumuni teman-temannya. Ia merasa jawabannya sudah benar. Bahkan sore kemarin di UKS, ia hanya perlu waktu beberapa menit saja untuk menyelesaikan soal-soal itu.

“Tidak mungkin, ini bukan jawabanku!” Hana menggeleng-geleng tidak percaya. “Pasti ada yang menghapus jawaban aslinya lalu mengganti dengan jawaban asal seperti ini.”

Keributan terjadi kelas. Yume mulai berani memberontak.

“Pasti kau, kan?” Yume menunjuk Hiro sebagai tersangka utama. “Mustahil jawabannya bisa berubah sendiri?”

“Jangan-jangan semua ini ulah Hiro? Dia sengaja menjebakku? Apa salahku padanya? Kenapa dia sangat membenciku?”

Berjuta pertanyaan terlintas di kepala Yume. Namun ia hanya menyimpannya sendiri. Kalau pun ia memberi tahu teman-temannya pun pasti tak ada yang percaya.

“Ada apa ini? Kembali ke kursi kalian masing-masing!”

Kerusuhan di kelas Yume pagi itu akhirnya berakhir setelah guru masuk dan membubarkan kerumunan. Meski kini situasinya lebih terkendali, tapi tatapan-tatapan sengit dari teman-temannya masih membayangi Yume sepanjang hari.

Yume No KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang