7. KEBOHONGAN

84 29 16
                                    

Jeda sejenak, dunia seolah membeku. Dua pasang mata itu kini saling tatap. Hiro tidak bereaksi namun  terpancar sedikit kekhawatiran dari sorot mata Hiro yang tajam.

Lama terdiam, dengan kasar Hiro mencengkeram pergelangan tangan Yume sembari menekan gadis itu ke tembok.

“Kau cari perkara? Atau sedang mempermainkanku?” 

“Ta..tapi..aku bersungguh-sungguh.” Yume ketakutan sampai tergagap. “A..ku tidak berbohong.”

“Apa buktinya?” tanya Hiro. Menatap Yume dengan wajah sangsi. “Kau pikir aku ini anak TK yang bisa dibodohi dengan cerita-cerita fantasi atau khayalanmu itu?”

Hiro menyentak kasar tangan Yume.  Meninggalkan semburat kemerahan di pergelangan tangan Yume. lelaki itu berdiri memunggunginya. Tangannya memegangi sandaran kursi. Mungkin Yume tidak tahu jika saat ini Hiro sedang berusaha mati-matian menahan emosinya.

“Api besar.. Anak lelaki berompi merah?”

Suara Yume membuat sorot mata Hiro berubah waspada. Ia mengentak menghampiri Yume dengan sadis seperti hewan buas yang kelaparan. Sementara di depannya sekarang, Yume hanya bisa meringkuk ketakutan. 

Tepat sebelum tangan Hiro menjangkau lehernya, Yume berjongkok dengan mata terpejam sambil menutupi telinganya.

“Kau memintaku untuk jujur. Setelah aku mengatakan yang sebenarnya, kau bahkan tampak jauh lebih marah. Aku harus bagaimana?” tanya gadis itu dengan suara parau. Merintih ketakutan dan tak sekali pun berani mendongak.

Bel kedua berbunyi. Hiro mengeram kesal. Tangannya terkepal. Melayangkan pukulan ke sandaran sofa usang. Saking kuatnya pukulan itu sampai membuat kulit sofanya sobek. Kapas-kapas berhamburan dari dalam sana.

“Kalau bel tidak berbunyi, mungkin nasibku akan seperti kapas-kapas itu.” Diam-diam  Yume memberanikan diri membuka matanya. “Organ tubuhku masih lengkap. Aku baik-baik saja.”

Akhirnya gadis itu bisa bernapas lega begitu mendapati punggung Hiro yang menjauh dari tempatnya sekarang. Hari ini ia bertekad tetap berada di dalam kelas. Meski sudah jam istirahat dan harus menahan lapar sampai waktunya pulang nanti, lebih baik seperti itu dibanding harus menjadi tawanan lelaki itu lagi.

***

“Yume!”

Si pemilik suara baru memanggilnya, namun Yume tahu apa yang diinginkan gadis itu. Maka Yume mengambil buku Bahasa Inggrisnya dari dalam tas kemudian menyerahkannya pada gadis itu.

“Kau yakin ini sudah benar?”

Yume mengangguk cepat sambil mengangkat jempolnya. Semua berjalan baik-baik saja. Bahkan di jam istirahat sekarang, suasana kelas terasa hening karena murid-murid sibuk menyalin Tugas Bahasa Inggris milik gadis itu.

Tapi ternyata itu hanya berlangsung sesaat sebelum seorang siswi dari kelas lain masuk ke kelas Yume dengan wajah panik. Gadis itu langsung menghampiri meja yang ramai dikelilingi teman-teman Yume yang bergerombol menyalin tugas.

“Kata dia, Si Introvert punya tato di badannya!”

Salah satu teman sekelas Yume berseru setelah mendengar informasi dari siswi yang baru datang itu. 

Bukan hanya Hiro yang bereaksi, Yume juga tampak tegang. Tapi ia berusaha meredam kegelisahannya itu dengan berpikir, 'oh, mungkin  selain dirinya, ada orang lain yang juga mengetahui rahasia Hiro.'

“Kau tahu darimana?” teriak lelaki berkacamata yang duduk di baris pojok belakang. 

“Dari anak baru itu..”  

Yume No KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang