25. KEKHAWATIRAN

49 20 31
                                    

Hiro tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi pada dirinya. Pandangannya terhalangi asap.  Darah segar mengalir dari pelipisnya. Namun itu tidak ia rasakan karena terlampau cemas dengan keadaan Yume.

Gadis itu tak bergerak memeluk kemudi. Meski tahu ia tidak boleh sembarangan menangani korban kecelakaan, tapi ia terlampau khawatir dan sangat ingin melihat wajah Yume. Maka Hiro melepas sealtbelt yang dikenakan Yume lalu perlahan menjauhkan tubuh gadis itu dari kemudi.

"Tolong..Tolong  bawa gadis ini ke rumah sakit!" Hiro berteriak panik. Ketika melihat orang-orang mulai berdatangan. "Tolong selamatkan dia!"

Cepat dan tanggap. Ambulance datang tak sampai lima menit setelah saksi mata menelepon. Hiro menggendong Yume sampai mobil ambulance lalu duduk sembari menggenggam tangan gadis itu. Seolah tak ingin sedetik pun  terpisah.

"Tapi sepertinya lukamu lebih parah. Kau juga harus segera diobati."
Petugas yang berada satu mobil dengan Hiro, mengeluarkan kotak obat darurat. "Jangan khawatir. Gadis ini akan segera mendapat penanganan. Kau bisa lihat sendiri temanku sedang memeriksanya."

Hiro yang awalnya menolak diobati, akhirnya menurut ketika perawat yang memeriksa Yume berkata bahwa gadis itu baik-baik saja. Namun perlu dilakukan rontgen dan pengecekan lainnya untuk memastikan tak ada luka dalam yang serius.

"Dia kekasihmu?" tanya petugas yang sedang mengoleskan obat ke pelipis Hiro. "Dia gadis beruntung. Pacarnya terlihat benar-benar menyayanginya."

Hiro diam sesaat lalu  menjawab, "ya, dia kekasihku. Dan selama ini dia yang mengajariku apa arti ketulusan."

Kedua petugas yang bersama Hiro tersenyum. Situasi lebih terkontrol. Yang terpenting adalah membuat korban kecelakaan tidak mengalami syok berat. Baru kemudian bisa dilakukan pengecekkan-pengecekan lain ketika sudah sampai di rumah sakit.

Begitu ambulance berhenti dan pintu mobil terbuka, Hiro langsung melompat turun. Ia berlari kecil di samping ranjang Yume. Menemani gadis itu selama didorong petugas di sepanjang koridor. Sampai akhirnya keduanya terpisah karena ia tidak diperbolehkan masuk di ruang IGD.

"Tenang saja. Sebentar lagi kekasihmu pasti sadar." Petugas yang menemaninya selama di ambulance berpesan sebelum menyusul perawat lainnya di IGD.

Hiro merosot ke lantai. Punggungnya bersandar ke dinding. Kepalanya menengadah ke langit-langit. Ia benar-benar menyesali apa yang terjadi malam ini. Seharusnya ia tidak melibatkan Yume. Jika memang harus ada yang gugur dalam perang ini, bukanlah Yume.

Sama halnya dengan Hiro yang sedang dihinggapi perasaan bersalah, di tempat lain Kyohei jatuh tak berdaya usai mendapat pukulan bertubi-tubi dari anak buah Taniguchi Goku.

"Sudah cukup. Aku masih butuh dia. Jangan sampai dia mati."

Taniguchi Gokku memberi instruksi pada anak buahnya. "Biar ini menjadi pukulan penutup."

Pria itu mengepalkan tangan kanannya. Meniupnya sekali sebelum meluncurkan pukulan yang sangat keras ke wajah Kyohei. Sasarannya tepat.

Pukulan yang teramat keras itu seketika membuat Kyohei jatuh tersungkur ke lantai. Posisinya kepalanya miring. Wajahnya menghadap ke kanan. Sebelum pergi dari sana, Taniguchi Gokku mengangkat kepala Kyohei dengan menjambak rambutnya.

"Sekali lagi kau berkhianat, aku akan  sungguh-sungguh menghabisimu."

Seseorang masuk menerobos pintu. Seperti terburu-buru mengabarkan sesuatu pada pria itu. "Maaf mengganggumu, Tuan. Aku hanya ingin mengabarkan jika mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan."

Tak hanya Kyohei yang terkejut, Nina pun ikut menoleh.

"Bagus. Rencanaku berhasil. Dengan begini Hiro tidak akan  mengira kau yang mencelakainya." Taniguchi tertawa puas. "Bukankah itu mobil milikmu? Mulai hari ini, Hiro tidak akan lagi mempercayaimu."

Yume No KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang