Part 7 : Trouble Maker

1.6K 384 27
                                    

Beberapa hari terpisah dengan kakak ipar yang teramat dia sayangi, membuat Laila kehilangan sebagian semangatnya. Pasalnya, Sang Kakak ipar pulang ke rumah orangtuanya dengan membawa masalah yang serius. Laila tau itu meskipun kakak-kakaknya tidak pernah bercerita. Ingin rasanya dia berlari ke Semarang untuk membujuk Kia kembali, atau kalau tidak dia ingin berteriak tepat di telinga Yusuf agar sesegera mungkin menyelesaikan masalah mereka.

"Laila, saya bisa minta waktu sebentar?"

Dari arah pintu masuk ruang  kelasnya, suara Sang Dosen memanggilnya dengan nada ragu bercampur canggung.

Laila segera menghampiri dosennya, mengabaikan Pipin dan beberapa temannya yang sedang bersantai di kelas menunggu jam kuliah berikutnya, yang berdehem bermaksud menggodanya karena dicari oleh Hanan. Sejak insiden Laila tidur di kelas dan berakhir mendapat hukuman dari Hanan, teman sekelasnya jadi hobi meledeknya.

"Ada apa, Pak?"

"Ayo ke ruangan saya!" jawab Hanan kemudian balik badan menuju ruangannya.

Sorakan dari teman-teman di kelasnya semakin riuh saat Laila dengan langkah pelan menyusul dosennya itu sambil menggerutu dalam hati kenapa tidak memanggilnya lewat pesan saja, kenapa harus banget menghampiri ke kelas, di depan teman-temannya.

Laila duduk setelah yang empunya ruangan mempersilakan. Dia masih diam menunggu Hanan mengutarakan maksudnya. Ada hal sepenting apa hingga membuat dosen mau capek-capek menghampiri mahasiswanya.

"Pertama saya mau minta maaf, La." Hanan mengawali percakapan masih dengan wajah yang penuh rasa bersalah. "Mungkin kamu tau apa yang terjadi antara saya dan kedua kakakmu, Yusuf dan Kia. Saya salah, La! Sangat salah karena ikut campur urusan keluargamu padahal saya ini bukan siapa-siapa. Untuk itu, bisakah saya minta tolong kamu bantu saya untuk bertemu keluargamu terutama Yusuf dan Kia."

Sangat jelas sekali raut bersalah yang dapat Laila tangkap dari wajah Hanan. Sejujurnya, dalam hati juga menyayangkan Hanan yang ikut campur terlalu jauh, apalagi sampai membuat Yusuf dan Kia pisah rumah. Tapi Laila juga tak sepenuhnya menyalahkan Hanan kerena ada orang yang lebih pantas disebut trouble maker daripada Hanan, yang tak lain adalah kakak keduanya, Nuri, beserta istri tercintanya.

"Saya tidak tau, Pak, apa yang mendasari Bapak melakukan itu semua. Tapi saya juga tidak akan menyalahkan Bapak. Ada hal lain yang memang sudah lebih dulu bermasalah di keluarga saya, bantuan dari Pak Hanan hanya pemicunya." balas Laila.

Hanan menaruh perhatian lebih pada mahasiswanya itu. "Kamu tidak marah sama saya, La? Saya kan sudah mengacaukan keluarga kamu."

Laila menggeleng sambil mencoba tersenyum. "Tidak sepenuhnya, Pak. Sebelumnya, terimakasih banyak karena Bapak yang berinisiatif membantu mas Nuri jadi nama baik keluarga kami terselamatkan, mas Nuri tidak jadi berurusan dengan polisi meskipun cara Bapak memang sangat salah. Dengan bantuan bapak juga, setidaknya orangtua saya sedikit bisa bernapas lega walaupun sekarang ganti masalah baru...."Laila menunduk. "Mas Yusuf dan mbak Kia mungkin sedang tidak baik-baik saja."

Hanan bergelut dalam rasa bersalah yang kian besar. Niat baiknya yang salah cara malah membuat Kia semakin tidak bahagia, padahal keinginan awalnya adalah membuat Kia bahagia.

"Tapi mungkin lain kali Pak Hanan bisa lebih bijak lagi dalam bertindak," lanjut Laila kemudian dia meringis karena merasa salah bicara. "Maaf, Pak, saya nggak bermaksud menggurui."

Gara-gara ucapan lugu Laila, Hanan mendengus geli lalu tertawa. Pada akhirnya bisa sedikit meregangkan otot syarafnya yang sejak kemarin menegang karena memikirkan kesalahannya pada keluarga Yusuf.

"Yang lebih tua belum tentu selalu benar, La!"

Laila ikut tertawa. "Tua ya, Pak?"

Candaan Laila itu bisa mencairkan sedikit suasana hatinya yang sejak kemarin terus gelisah karena tindakannya yang gegabah. Dia pikir akan mendapatkan makian dari Laila tapi nyatanya gadis itu membuatnya kagum dengan legowo nya padahal Hanan sudah mengacaukan keluarga nya.

Di Persimpangan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang