Part 27 : Juragan

1.5K 422 33
                                    

Fainna ma'al 'usri yusraa. Inna ma'al 'usri yusraa.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Salah satu ayat ampuh yang menjadi pegangan Laila untuk tetap berdiri kuat di atas kapal yang tengah terombang-ambing oleh ombak takdir yang tidak selalu tenang. Bahkan Allah sampai mengulangi kalamNya, bahwa sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan.

Laila hanya terus mencoba menjalani kehidupan dengan terus bersyukur, apapun bentuknya. Mungkin ada satu urusan yang terasa berat, tapi yakin akan ada kemudahan pada urusan yang lain. Semua kejadian pada manusia adalah ketetapanNya. Yakin akan ada kemudahan yang datang dari Allah, selagi tetap terus berharap kepadaNya.

Nalarnya sebagai manusia lemah, selalu berpikir untuk menyerah tapi Allah selalu mengirimkan kekuatan lewat orang-orang sekitarnya yang selalu saja memberikannya bantuan. Hingga tak sadar, dia masih kuat bertahan sejauh ini. Masih berdiri dengan tegak hingga tingkat akhir jenjang kuliahnya meskipun seringkali terseok ingin berhenti.

Laila seringkali meragukan dirinya sendiri bisa menyelesaikan kuliah, meskipun di mulut dia selalu bilang akan berusaha tapi jauh di dasar hatinya, rasa ragu itu begitu besar terlebih ketika harus menanggung malu gara-gara masalah pinjol.

Hingga perlahan hidupnya mulai berubah. Teman-teman kampus nya mulai lupa dengan masalah utang itu. Semangatnya kembali terbentuk untuk melanjutkan kuliah yang sudah lebih dari setengah jalan. Juga, perlahan bimbel yang ia dirikan itu mulai menunjukkan hasil. Kini anak-anak yang mendaftar sudah bertambah banyak.

Untung ada Kia yang dengan senang hati ikut membantu mengajar anak-anak usia empat tahunan ke atas itu tanpa mau dibayar. Kia juga yang banyak membantunya ketika dia harus sibuk menyelesaikan program KKN nya selama lebih dari satu bulan. Ternyata tidak semudah itu dia bisa pulang pergi sehingga terpaksa meminta Kia yang mengurus untuk sementara.

Sudah tiga hari Laila tidak pulang ke rumahnya, karena dia dan kelompoknya sedang menyiapkan sebuah acara untuk warga setempat yang merupakan salah satu program kerja mereka juga.

"Mending kita iuran buat beli hadiah. Apa lah, nggak usah yang mahal, yang penting buat nambah semarak aja."

"Bokek guys! Kita udah iuran buat beli konsumsi."

"Ya nggak apa-apa sih kalau aku, beli jajanan aja. Anak-anak udah seneng."

"Tapi anak-anak nya banyak lho!"

Melihat teman-temannya adu pendapat, akhirnya Laila mengambil kesempatan. "Biar aku aja yang beliin jajanannya."

Teman-temannya kompak menoleh ke Laila. Ada yang menatap senang ada juga yang menatap tak percaya.

"Beneran, La? Jujurnya, aku juga belum dapat kiriman." ucap salah satunya dengan disertai ringisan.

"InsyaAllah, secukupnya aja kan? Nggak perlu yang mahal, yang penting rata." jawab Laila.

"Bukan uang hasil pinjol kan, La?" Dari Laila, semua kompak menoleh pada salah satu orang yang bertanya tanpa filter, hingga teman di sampingnya menyenggol untuk memperingatkan.

Laila tidak tersinggung sama sekali, dia tetap tersenyum. "Bukan kok. Tenang aja."

Merasa tak terima sahabatnya secara tidak langsung dihina, Pipin maju untuk membela. "Laila sekarang juragan bimbel kalau kalian mau tau! Udah aku jelaskan juga kemarin-kemarin, pinjol itu karena data dia disalah gunakan. Bukan dia yang minjem."

Suasana berubah jadi sedikit tegang. Hingga akhirnya Laila kembali mengambil alih. "Kok malah pada bahas yang nggak penting? Mending kembali bahas susunan acara besok. Ini acara terakhir kita, bisa dibilang untuk pamitan juga. Kita buat acara yang berkesan, selain mengharap penilaian yang baik, kita juga harus berharap bisa meninggalkan kesan dan manfaat yang baik untuk warga di sini."

Di Persimpangan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang