Hari ini semua kegiatan perkuliahan diliburkan karena bertepatan dengan hari jadi kampus tercinta. Para dosen dan segenap direksi sepakat untuk mengadakan puncak acara milad setelah para mahasiswa menempuh ujian akhir semester.
Laila dan Pipin termasuk dalam sekelompok mahasiswa berbagai tingkat yang menjadi panitia acara itu sehingga sejak pagi buta, mereka berdua sudah sampai di kampus untuk persiapan acara.
Serangkaian acara memperingati hari jadi itu sudah dilaksanakan beberapa waktu sebelumnya. Kegiatan akademik seperti workshop dan seminar untuk para dosen juga mahasiswa, kegiatan non akademik seperti lomba-lomba dan sebagainya.
Di hari puncak perayaan ini, sederet acara sudah disusun dan dipersiapkan secara matang oleh panitia sejak beberapa bulan lalu. Dimulai dengan acara jalan sehat yang dapat diikuti hingga masyarakat umum, ceremonial peringatan hari jadi, pengumuman lomba-lomba, dan terakhir acara suka-suka.
"Semua sudah sarapan ya? Kita akan kerja keras lagi hari ini." tanya Sang Ketua panitia untuk mengakhiri briefing nya sebelum semua panitia melakukan tugas masing-masing.
Semua kompak menjawab sudah hingga Sang Ketua segera membubarkan briefing agar masing-masing segera menempatkan diri sesuai tugas.
Dengan memakai rok hitam, baju seragam panitia dan jilbab senada, ditambah id card sebagai penanda, Laila berjalan ke arah tempat bazar umkm yang juga menjadi bagian dari acara itu. Dalam susunan kepanitiaan itu, dia, Pipin dan empat temannya yang berbeda fakultas mendapat tugas mengkoordinasi bazar.
Berbagai macam jenis makanan dan kerajinan yang berasal dari umkm mahasiswa juga beberapa perwakilan SMA sekitar sudah tersusun rapi di area bazar yang telah dipersiapkan. Laila masih bisa sedikit santai karena saat ini sedang berlangsung acara jalan sehat.
"Lai, coba tengok arah jam tiga!" Pipin mengusik ketenangan Laila yang sedang mengaduk teh panasnya untuk melarutkan gula.
"Jam tiga lebih berapa tepatnya?" balas Laila sambil tersenyum jahil.
"Udah nengok aja!"
Laila yang telah menyelesaikan urusannya menoleh ke arah yang Pipin maksud. "Apa yang harus aku lihat?"
Pipin berdecak malas karena Laila tak paham kodenya. "Itu coba lihat yang berdiri ngobrol sama dosen-dosen!"
"Pak Robi?" Laila sengaja menggoda Pipin. Dan berhasil, gadis itu langsung mencubit lengan Laila sebagai tanda kesal.
"Itu calon sugar daddy kamu! Tampil beda banget."
Laila langsung membungkam mulut sahabatnya yang terkadang tak difilter itu sambil menoleh kanan kiri, berharap tidak ada orang lain yang dengar ucapannya. "Aku cerita ke kamu bukan agar kamu bikin pengumuman ya, Pin!"
Pipin langsung meringis dan berjanji akan menutup rapat mulutnya. Laila memang telah menceritakan perihal ajakan taaruf dari dosennya itu. Selain karena Pipin adalah satu-satunya sahabat terdekat, juga karena agar sahabatnya itu diam, tidak berisik menggodanya terus ketika harus sering bertemu Hanan. Padahal karena urusan kerja.
Rute jalan sehat sengaja diatur tidak terlalu jauh sehingga tidak memakan waktu lama. Para peserta acara mulai berdatangan, Laila dan Pipin mulai disibukkan dengan tugasnya. Di panggung utama juga sudah dimulai acara intinya, berawal dari sambutan-sambutan, pengumuman pemenang berbagai lomba dan pembagian doorprize.
"Lai, kamu jadi mau ganti laptop nggak? Saudaraku ada yang bisa bantu. Lumayan kalau bisa dapat diskon banyak." Pipin bertanya di sela kesibukan mereka.
Laila menggeleng. "Belum cukup uangnya."
Pertanyaan Pipin malah kembali mengingatkan uangnya yang belum dikembalikan oleh Meriana dan Nuri padahal janjinya sudah minggu lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Persimpangan Takdir
RomanceAda yang patah tapi bukan ranting. Bukan juga tulang kering. Tapi hati, karena harapan yang terbanting. Harapan yang sudah disusun setinggi mungkin harus runtuh oleh kenyataan di saat seseorang yang diharapkan tak datang untuk menyambut. Bahkan hing...