"Ternyata benar, orang yang sedang kasmaran itu tak akan pernah mendengar.
Dan mungkin buta?"
-Layla, from wattpad: Kamelia.
.
.
.
.Seorang lelaki berkaos hitam di balik jas almamater kampus dengan warna yang memudar duduk di gazebo. Lelaki itu, Zafran, tengah menunggu salah seorang dosen yang berhasil menyeretnya kembali ke kampus. Ia masih memiliki tanggungan untuk menyelesaikan tugas akhirnya yang sudah setengah jalan.
Kurang lebih satu bulan sejak Zafran memutuskan berhenti menjadi mahasiswa buronan dosen pembimbing skripsi. Skripsinya itu memang sempat terbengkalai selama satu semester terakhir. Pada akhirnya ia harus menyelesaikan tugas akhir itu lebih lambat dari pada teman-teman seangkatannya. Memang benar bahwa kapasitas otak yang lebih unggul tidak menjamin skripsi selesai tepat waktu jika tidak dibarengi dengan ketekunan.
Melihat keramaian di koridor kampus menjelang pergantian jam membuat Zafran bernostalgia. Seakan-akan ia sudah bertahun-tahun tidak menginjakkan kaki di kampus bergengsi di kotanya ini. Di antara wajah-wajah asing yang tertangkap indra penglihatannya, netranya terpaku pada seorang gadis berhijab maroon. Gadis itu tengah membaca buku di bangku panjang depan kelas. Untuk suatu alasan, Zafran merasa detik jarum jam bergerak lambat.
Bagaimana cara gadis itu membalikkan lembar demi lembar buku dengan jemari lentiknya tak luput dari perhatian Zafran. Lelaki beralis tebal itu sampai menyipitkan matanya. Bahkan ia tidak menyadari jika ponselnya bergetar sedari tadi, menampilkan nama 'Damar' di layarnya. Gadis itu mengingatkannya pada Galang, kucing kesayangannya di rumah sebab bentuk matanya yang eksotis tampak seperti mata kucing. Sejak kapan memerhatikan seseorang membaca buku menjadi kegiatan yang menarik?
Setelah beberapa menit berlalu, gadis itu menutup bukunya. Zafran refleks berdiri begitu gadis yang menjadi pusat perhatiannya itu beranjak pergi. Zafran segera membuat keputusan pertamanya seiring langkah kakinya yang terayun dengan cepat. Gadis yang berjalan tidak kalah cepat dengannya itu menghampiri seorang dosen yang baru keluar kelas. Dosen yang sama seperti yang tengah Zafran tunggu sedari tadi. Zafran pun menghentikan langkahnya sebelum berhasil menyusul gadis yang menjadi tujuannya.
Lagi-lagi Zafran termenung di tempatnya, memandang ujung kerudung gadis itu dipermainkan angin. Zafran juga memerhatikan interaksi gadis itu dengan Pak Yudha, dosen sekaligus pamannya, yang entah membicarakan apa. Namun sepertinya sesuatu yang seru, sampai-sampai membuatnya penasaran karena bahkan Pak Yudha yang dikenal galak oleh mahasiswa saat ini tampak semringah.
Gadis itu menerima sebuah buku yang disodorkan Pak Yudha sebelum beranjak dari sana. Buru-buru Zafran menghampiri dosen bahasa itu yang rupanya sudah menyadari keberadaannya.
"Nunggu lama, ya?" tanya Pak Yudha seraya menerima uluran tangan Zafran.
"Lumayan Om, eh, Pak." Zafran berjalan di sebelah Pak Yudha menuju kantor dosen.
Zafran akan memanggil saudara kandung ayahnya itu dengan sebutan formal jika berada di lingkungan kampus, tetapi tidak sekaku itu ketika sudah berbincang. Sejauh ini tidak banyak yang tahu bahwa ia memiliki kerabat dekat di kampus. Bahkan ayahnya sendiri merupakan pensiunan dosen sejarah di Fakultas Ilmu Sosial. Zafran memang sengaja menyembunyikannya karena tidak terlalu suka apabila orang lain mengetahuinya.
"Namanya Kamelia, barangkali kamu penasaran. Apa malah sudah kenal?" tanya Pak Yudha tiba-tiba.
Zafran mengernyitkan dahinya. "Maksudnya, Pak?"
Tawa renyah keluar dari mulut Pak Yudha. Seakan-akan ada hal lucu yang memang patut ditertawakan. Zafran semakin dibuat bingung.
"Mahasiswi yang barusan mengobrol dengan saya. Kamu naksir, kan?" ujar Pak Yudha sembari memerhatikan tingkah keponakannya dengan saksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMELIA : Mawaddah with You
Tâm linh"Sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?" Pertanyaan yang semula tertahan di tenggorokan akhirnya meluncur dari bibir Zafran. Mel melepaskan pelukan Zafran begitu mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Ia memberanikan diri untuk membalas tatapan lelaki ya...