Part 31 | Patah Hati Terhebat

256 40 5
                                    

Zafran menggenggam erat tangan Kiara yang dingin. "Maksud ayah Zafran tidak layak untuk Kiara atau sebaliknya?"

Mahendra langsung kicep.

Sebenarnya Zafran sudah memprediksi reaksi orang tuanya sebelum menginjakkan kakinya ke rumah bersama Kiara. Mereka pasti tidak setuju dengan keputusannya untuk menikahi Kiara. Zafran bukannya tidak tahu kalau orang tuanya, terutama ayahnya menginginkan calon menantu yang berasal dari latar belakang sempurna. Pendidikan yang bagus menjadi poin yang paling penting mengingat keluarganya sendiri memang memiliki latar pendidikan yang cemerlang.

Tidak ada yang kurang dari Kiara selain keluarganya yang berantakan ... atau sangat berantakan. Namun, bukan salah Kiara jika tidak pernah bertemu dengan ayahnya yang katanya orang Kanada. Bahkan tiap kali ditanya perihal ayahnya, Kiara selalu mengatakan kalau ayahnya sudah meninggal agar tidak ditanya-tanya lagi. Kiara juga tidak tahu pasti kebenarannya. Sedangkan ibunya memiliki pekerjaan yang tidak jelas setiap malam sehingga mengundang cibiran dari para tetangga. Jadi, apakah itu salah Kiara jika tidak memiliki latar belakang sempurna seperti yang diharapkan menjadi menantu orang tua Zafran? Bukankah tidak ada keluarga yang sempurna di dunia ini?

Kiara tidak ingin terus-menerus meratapi hidupnya yang kacau. Ia juga sudah lelah menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa hidup seperti orang lain. Kehadiran Juna dan Zafran yang selalu membelanya tiap kali mendapat perlakuan tidak mengenakan karena rumor tentang keluarganya seperti mentari di pagi hari. Namun, masih menjadi fakta bahwa orang yang paling menyakiti kita adalah orang yang paling dekat dengan kita. Salah satu di antara mereka membuat Kiara seperti terperosok ke jurang kehidupan hingga tak mampu lagi berdiri. Suatu hari yang damai, Kiara memilih pergi sebelum dijemput.

"Kiara meninggal karena overdosis obat," tutup Diana menyelesaikan cerita menyedihkan yang dialami putranya.

Kiara menjadi patah hati terhebat bagi Zafran. Gadis itu tega meninggalkannya dalam belenggu rasa sakit yang menggerogoti tubuh dan jiwanya. Zafran tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian Kiara karena merasa ikut andil dalam hal itu. Sinar hidupnya perlahan meredup. Hatinya bahkan lebih gelap dari pada gulitanya malam. Satu per satu bagian kehidupan Zafran yang sebelumnya berjalan harmonis mulai berantakan.

"Zafran juga mulai bersikap dingin pada kami, orang tuanya," ujar Diana seraya mengusap air matanya yang selalu menetes tiap membayangkan penderitaan anak semata wayang yang kelahirannya ditunggu selama sepuluh tahun pernikahan.

Belum genap setahun kepergian Kiara, Zafran masih bisa berdiri tegak. Namun, sedikit yang tahu kalau Zafran sudah hancur dari dalam. Belenggu rasa sakit yang menggerogotinya membuatnya menjadi orang yang sama sekali berbeda. Zafran mulai acuh tak acuh terhadap sekitarnya. Ia mulai menjadi orang yang pemurung. Kuliahnya juga mulai asal-asalan karena sering membolos kelas hingga ditegur dosen. Zafran banyak mengulang mata kuliah hingga membuat ayahnya yang sangat mengedepankan pendidikan seperti kebakaran jenggot.

Jika tidak mendapatkan pengawasan yang ketat dari keluarganya terkait dengan kuliahnya, mungkin Zafran sudah lama mengajukan cuti. Niat itu baru terwujud saat ia mulai ketergantungan obat tidur dan membutuhkan pertolongan psikolog. Diana sampai menangis berhari-hari karena baru menyadari keadaan putranya yang sangat mengkhawatirkan. Ia dan Mahendra tidak menyangka kalau kepergian Kiara menjadi penyebab terbesar depresi yang dialami Zafran. Mereka takut jika Zafran mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sehingga membiarkan Zafran hidup sesuka hati selama masa cutinya.

Zafran hanya mengurung diri di kamar bahkan setelah intensitas berobatnya mulai berkurang. Zafran mulai sibuk merawat kucing seperti yang disarankan psikolognya dan itu memang membantu penyembuhannya. Saat sudah berhenti mengonsumsi obat, Zafran tidak serta-merta menjaani kehidupan normalnya. Ia tidak ingin melakukan apa-apa. Bahkan ia berkata tidak mau melanjutkan kuliahnya karena tahu ayahnya pasti akan sangat geram memiliki anak yang buruk dalam studi. Jarak antara Zafran dan orang tuanya semakin terbentang lebar.

"Zafran menolak saat hendak dijodohkan dengan kamu, tapi tiba-tiba dia justru melamar kamu," ujar Diana seraya menyunggingkan senyumnya, "sejak kenal kamu, Zafran seperti hidup kembali. Dia bahkan bersedia mengelola bisnis rumah makan keluarga yang memang diwariskan untuknya. Waktu ditanya katanya karena dia harus bertanggung jawab mengurus keuangan keluarga."

{To be continued}

Akhirnya kisah Zafran terkuak sudah.
Sampai jumpa hari Kamis, kind readers🥰🥰🥰
Btw besok aku ada perjalanan jauh, doain ya, udah si itu aja.
Pastikan untuk tinggalkan jejak sebagai bentuk apresiasi cerita ini, ya... thank you🍁

KAMELIA : Mawaddah with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang