Mengubur dalam-dalam luka hati tidak akan membawa pada kesembuhan. Luka itu akan sembuh jika seseorang bersedia menghadapinya, lalu perlahan-lahan melepaskannya.
-dalam Wattpad Kamelia: Mawaddah wity You
.
.
.
Assalamualaikum, happy reading, ya ... enjoy with my story 😊
Orang tua Zafran langsung menuju ke apartemen begitu mendapatkan kabar tentang anak kecil yang datang bersama Kania. Mel yang menelepon mereka. Entah mengapa ia merasa jika mertuanya itu berhak mengetahui situasi pelik yang tengah dihadapi dirinya dan putranya terkait dengan Kiara. Kania juga mengundur penerbangannya karena yang lebih penting saat ini adalah keponakannya, Akhza. Sudah waktunya bagi Zafran mengetahui keberadaan Akhza di dunia ini.
Semua orang kini berkumpul di ruang tamu dengan ribuan pertanyaan yang bercokol di kepala setiap melihat anak kecil yang tengah duduk anteng di dekat Kania sambil mencoret-coret notebook. Cerita sepenggal-penggal tidak cukup menjelaskan setiap praduga yang terlintas dalam benak masing-masing. Kania menyadari raut bertanya-tanya terutama yang tergambar di wajah orang tua Zafran yang semakin tua sejak terakhir kali melihatnya. Masih terbayang jelas saat keduanya hanya terdiam menyaksikan dengan mata penuh penyesalan saat dirinya mengamuk pada Zafran di pemakaman. Mereka tentu saja tidak tega bahkan untuk sekadar membela putranya yang menjadi salah satu penyebab kepergian gadis sebaik Kiara.
Akhza tiba-tiba merangsek mendekati Mel begitu netranya menangkap benda kecil yang tersemat di hijab Mel, sebuah bros berbentuk lebah. Anak laki-laki yang mengenakan kaos panjang hitam dipadukan dengan rompi rajut kotak-kotak itu menyentuh bros tersebut malu-malu. Mel gemas sendiri melihatnya. Nalurinya yang memang sangat menyukai anak-anak tidak bisa bohong. Mel meraih Akha dan mendudukkannya di pangkuannya. Akhza tidak menolak ketika Mel mendekapnya penuh kelembutan. Tidak hanya Zafran yang memperhatikan interaksi itu dengan senyum mengembang dan seberkas keharuan. Mereka seakan-akan melihat putihnya hati perempuan yang duduk tepat di sebelah Zafran.
Di tengah kesibukan Mel meladeni celotehan Akhza, telinganya tetap awas mendengarkan percakapan serius yang terjadi di ruang tamu. Mel tidak tahu apa-apa sehingga tidak bisa menyelak percakapan yang mengundang ketegangan di setiap sudut ruangan. Mel hanya berusaha menguatkan hatinya yang entah seperti apa bentuknya kini. Bahkan mungkin sudah tidak berbentuk lagi. Gadis yang sebenarnya menahan tangis hingga mengundang kesesakan di dadanya itu sama terlukanya dengan Zafran yang memang sudah hancur dari dalam. Lukanya semakin perih saat Kania mengungkapkan perihal anak yang berhasil diselamatkan dari rahim Kiara yang saat ini berada di pangkuannya.
"Jadi, Kiara waktu itu hamil?" Diana menutup mulutnya dengan pupil terbuka lebar.
"Benarkah yang dikatakan Kania kalau kamu ayah biologis anak ini sehingga tiba-tiba meminta menikahi Kiara saat itu?" tanya Mahendra pada putranya dengan mata berkaca-kaca karena diliputi rasa sedih, kesal, dan kecewa.
"Wallahi itu bukan Zafran, Yah."
"Bohong! Jangan pernah membawa nama Allah dalam kebohonganmu!" seru Kania yang lupa akan kehadiran anak kecil di ruangan itu.
Mel mengelus-elus dada Akhza yang sempat kaget mendengar seruan Kania. Meskipun dirinya jauh lebih kaget hingga tak mampu lagi membendung air matanya. Jadi, siapa yang harus ia percayai saat ini? Zafran meraih sebelah tangannya yang bebas, lewat sorot matanya mengatakan agar ia mempercayai semua perkataanya. Ya, Zafran tidak mungkin menyandingkan asma Allah dengan sebuah kebohongan. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan sumpah palsu dengan menyebut nama Allah telah membuat dosa besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMELIA : Mawaddah with You
Espiritual"Sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?" Pertanyaan yang semula tertahan di tenggorokan akhirnya meluncur dari bibir Zafran. Mel melepaskan pelukan Zafran begitu mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Ia memberanikan diri untuk membalas tatapan lelaki ya...