"Terima kasih karena sudah merusak hari bahagiaku," ujar Zafran yang menatap nanar bunga daisy di genggamannya.
"Sama-sama," balas perempuan itu seraya tersenyum penuh makna.
Tatapan Zafran sudah cukup menjelaskan ketidaksukaannya akan kehadiran perempuan yang seperti bom waktu baginya. Zafran sudah pernah berada di masa ketika ia menutup diri dari lingkungannya. Saat itu ia hanya tidak ingin bertemu dengan orang-orang yang memang seharusnya tetap menjadi bagian dari masa lalunya, kecuali satu orang. Namun, mustahil baginya untuk benar-benar memutuskan hubungan yang sudah seperti benang kusut di hidupnya. Diakui maupun tidak, benak Zafran cukup terguncang dengan pertemuan tidak terduga ini.
"Aku harap kita tidak bertemu lagi." Zafran menekan setiap kata dari kalimatnya.
Zafran pergi tanpa menoleh lagi sambil membuang buket bunga daisy dalam genggamannya ke tempat sampah tepat di depan perempuan itu. Kejadian itu berlalu dengan cepat hingga membuat Mel kesulitan mencerna situasinya. Yang jelas Mel seperti melihat sisi lain dari seorang Zafran yang ia kenal selalu memperlakukan dirinya dengan lembut. Bahkan tatapan Zafran terlihat asing baginya. Kejadian itu terekam jelas di kepala Mel yang semakin bertanya-tanya hubungan Zafran dengan perempuan itu. Mungkinkah perempuan itu sama seperti perempuan yang dituliskan Zafran di sebuah buku yang ia baca saat dirinya membereskan barang-barang Zafran di hari pertama mereka pindah ke apartemen.
Ra, kamu seperti bunga terindah yang ingin kujaga tanpa memetiknya. Saat kelopakmu layu, begitu pula hatiku. Dan kini aku kehilanganmu ... hatiku? Jangan ditanya lagi.
Hanya kutipan kalimat itu yang berhasil Mel ingat tertulis dengan tinta biru di buku bersampul hitam dengan gambar lebah berwarna emas di tengahnya. Buku itu hanya buku catatan kuliah biasa karena Zafran tidak menulis buku harian seperti Mel. Namun, kebetulan Zafran menuliskan isi hatinya di lembaran acak buku tersebut yang tanpa sengaja dibaca oleh Mel.
Sepertinya Mel harus menanyakannya secara langsung pada Zafran perihal perempuan yang ditemuinya. Ia tidak ingin berpikir terlalu jauh untuk menjawab kegundahannya. Lebih baik ia segera menyusul Zafran yang sudah melesat jauh. Perasaan Zafran mungkin sedang buruk saat ini. Mel tidak ingin hari bahagia bagi Zafran dirusak dengan mudah oleh kejadian yang dilihatnya. Hari bahagia ini harus dirayakan seperti semestinya.
🐱🐱🐱
Mel beberapa kali mencuri-curi pandang ke arah suaminya. Zafran terlihat baik-baik saja selama acara makan keluarga. Lelaki itu sungguh pandai menyembunyikan perasaannya. Mungkin Zafran tidak ingin memperlihatkan wajah masam di hadapan orang tuanya karena itu merupakan salah satu adab seorang anak. Justru Mel yang merasa terganggu betapa pun ia berusaha tidak memikirkan pertemuan Zafran dengan seorang perempuan cantik berdress putih.
Bahkan hingga hal terkecil seperti buket bunga daisy yang perempuan itu bawa. Buket bunga camellia yang ia berikan untuk Zafran sudah pasti jauh lebih besar dan lebih indah. Lebih istimewa juga karena berhasil membuat Zafrah terus menciumi wanginya, bukan malah dilempar ke tong sampah. Namun, bagaimana jadinya jika itu bukan hal yang berarti bagi Zafran? Bukankah memang perilaku kadang tidak sesuai dengan kata hati. Sesuatu yang terletak di hati jauh lebih penting dan Mel ingin tahu arti perempuan itu di hati Zafran.
"Mel, kamu nggak mau kasih hadiah wisuda atau apa gitu buat Mas?" tanya Zafran yang duduk bersandar di sofa panjang kamar mereka ketika sudah kembali ke apartemen.
Mel baru selesai mandi ketika Zafran menanyakan hal tersebut. "Waktu itu, kan, Mel ngasih jam tangan couple."
Benda yang disebutkan Mel itu langsung terlintas di benak Zafran. Memang benar kalau belum lama ini Mel memberikan jam tangan berwarna coklat padanya yang merupakan pasangan dari jam tangan mungil milik gadis itu. Itu jam tangan paling bagus dibandingkan dengan yang sebelumnya Zafran punya.
"Jadi, itu hadiah wisuda?"
Mel jadi memutar otak memikirkan barang apa yang sekiranya cocok dijadikan hadiah wisuda untuk Zafran. Biasanya ia akan bertanya pada Layla dan Najwa untuk merekomendasikan sesuatu. Ah, Mel memang paling susah untuk memilih hadiah. Hadiah ulang tahun dua keponakannya saja yang memilih bukan dirinya. Mereka memilih hadiahnya sendiri langsung di toko mainan.
Zafran menatap pantulan wajah Mel di kaca rias yang masih tampak berpikir seraya menyisir rambut basahnya. "Perlu Mas kasih ide untuk hadiah wisuda?"
"Apa?" tanya Mel, lalu berlalu menuju lemari di kamarnya yang didesain memiliki 6 pintu dengan cermin di 4 pintunya dan 2 daun pintunya terbuat dari kayu mahoni oven.
"Mas mindahin jaket buluku yang ada telinganya itu nggak? Rasanya udah Mel lipat di lemari." Mel mencari jaket yang dimaksud di tumpukan baju-bajunya hingga berjinjit karena lemarinya terlalu tinggi.
Zafran memberengut kesal saat merasa dicueki. Sayangnya ekspresi itu tidak sempat dilihat Mel yang masih sibuk mencari jaketnya. Zafran berjalan mendekat ke arah Mel. Wangi buah yang manis langsung menyapa indra penciuman Zafran. Mel sedikit terkejut saat Zafran sudah berdiri di belakangnya, lalu mengambilkan jaket yang tidak mampu dijangkaunya.
"Ini."
"Nah, ketemu!"
Mel langsung membalikkan badannya dan bertatap muka dengan Zafran yang tidak beranjak dari posisinya. Embusan napas Zafran yang hangat membelai wajah Mel dengan lembut. Mel justru menahan napasnya begitu menyadari posisi mereka yang sangat dekat saat ini. Semoga gadis itu tidak sampai lupa cara bernapas. Tingginya yang hanya sebatas hidung Zafran membuatnya harus mendongak saat menatap lelaki itu penuh tanya.
"Malam ini agak dingin, ya," ujar Mel saat suasana menjadi canggung.
Entahlah, mungkin hanya Mel yang merasakan kecanggungan menyelimuti ruang kamar mereka. Mel bahkan sampai tidak bisa membedakan suara jam dinding dengan detak jantungnya sendiri. Ia khawatir Zafran bisa mendengar detakan kuatnya dalam jarak sedekat ini. Ia tidak ingin kenyataan bahwa dirinya jatuh cinta pada suaminya sendiri terungkap. Mel merasa akan tampak menyedihkan saat perasaannya itu tidak terbalas.
"Oh, ya? Bahkan setelah Mas melakukan ini?"
Cup
{To be continued}
Melting sendiri 😩🤭🤣Udah dua part sekaligus, nih. Tinggalkan vote dan komentar, ya, kind readers ...
NEXT PART?
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMELIA : Mawaddah with You
Spiritual"Sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?" Pertanyaan yang semula tertahan di tenggorokan akhirnya meluncur dari bibir Zafran. Mel melepaskan pelukan Zafran begitu mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Ia memberanikan diri untuk membalas tatapan lelaki ya...