Part 14 | (Bukan) Percakapan Romantis

395 47 13
                                    

H.A.P.P.Y  R.E.A.D.I.N.G 😗

.

.

.

Gadis yang berpikir tidak akan tidur nyenyak semalaman itu mengucek kedua matanya, lalu meregangkan tangannya sebentar. Ia mendapati sisi tempat tidurnya kosong lantas mengedarkan pandangannya ke kamar hotel yang remang-remang. Zafran tampak duduk di sofa seraya menggulirkan layar tablet di tangannya. Lelaki itu tengah memerhatikan gambar grafik yang baru sempat dilihatnya sejak tiga yang lalu dikirimkan oleh Damar.

"Mas, kenapa lampunya tidak dinyalakan?"

Zafran menoleh ke arah gadis yang kini menghidupkan lampu utama hingga ruangan menjadi terang. Bisa terlihat dengan jelas wajah bangun tidur istrinya dengan rambut awut-awutan. Lelaki itu diam-diam mengulum senyum yang rupanya disadari Mel. Membuat Mel langsung ngacir ke kamar mandi untuk cuci muka. Mel kembali setelah menghilangkan muka bantalnya.

"Mas Zafran habis qiyamul lail, ya? Mel kok nggak dibangunin?" tanya Mel saat menyadari Zafran mengenakan baju koko putih dan sarung hitam dengan garis-garis putih.

"Mas nggak tega bangunin kamu yang tidurnya pules banget," jawab Zafran kikuk.

"Lain kali tolong ajak Mel qiyamul lail juga, ya, kalau Mas bangun duluan. Berdiri satu saf di belakang Mas selalu jadi hal yang Mel tunggu," pinta gadis itu sungguh-sungguh.

Zafran mengangguk mengiyakan. "Sekarang kamu siap-siap dulu. Sebentar lagi azan subuh, Mas imamin," ujarnya seraya mematikan tabletnya yang sempat-sempatnya dibawa di hari sibuknya.

Mel menjerit dalam hati, lalu bergegas memakai mukena dan membentangkan sajadah di belakang sajadah milik suaminya yang sudah tergelar menghadap kiblat. Setelah masuk waktu subuh, mereka tidak melewatkan diri untuk salat dua rakaat sebelum subuh yang ganjarannya lebih besar dari dunia seisinya. Barulah mendirikan salat subuh berjamaah.

Rakaat terakhir ditutup dengan salam. Bibir lelaki yang suaranya mulai menjadi candu bagi Mel itu melafazkan zikir dengan khusyuk. Beberapa saat kemudian lelaki itu berbalik, Mel langsung menyalami tangan suaminya tidak kalah khusyuk. Wangi parfum menenangkan khas Zafran langsung mampir ke indra penciumannya.

Saat Mel hendak melepaskan tangannya, Zafran menahannya. Mereka menatap mata satu sama lain seperkian detik. Tatapan Zafran menyiratkan bahwa banyak kata yang ingin disampaikannya.

"Kenapa, Mas?"

"Mel, pernikahan ini ... kita pelan-pelan aja, ya?"

"Iya, Mas."

🐱🐱🐱

Mel menatap pantulan dirinya yang sudah dipoles make up tipis pada cermin di depannya. Pagi-pagi sekali para MUA sudah datang mengetuk pintu kamar hotelnya untuk mendandaninya. Ia juga sudah mengenakan gaun berwarna biru pastel yang membuatnya tampak seperti Cinderella di negeri dongeng, kata si penata rias yang kemudian diangguki oleh Zafran saat ditanya pendapatnya. Saat itu Mel salah tingkah dibuatnya.

Pemeran utama pria juga sudah rapi bak pangeran dengan pakaian senada dengan pemeran utama wanita. Benar-benar pasangan yang serasi. Begitu yang dituturkan orang-orang sepanjang jalan ketika keduanya bergandengan di tempat resepsi.

Zafran sempat menolak acara resepsi yang diadakan satu hari setelah akad nikah karena ingin pernikahannya dirayakan sederhana saja. Sementara Mel mengikuti semua keputusan Zafran saja. Namun, kedua orang tua Zafran menginginkan acara resepsi yang mewah selama tiga hari berturut-turut mengingat Zafran adalah anak semata wayang di keluarganya. Begitu pula kedua orang tua Mel yang menyetujui resepsi tersebut. Setelah melalui diskusi panjang, akhirnya kedua mempelai menyetujui diadakannya resepsi selama satu hari saja.

Kebanyakan tamu undangan adalah kenalan dan kolega bisnis Mahendra. Dosen-dosen universitas di tempat Mel dan Zafran menimba ilmu juga diundang. Mengingat Mahendra merupakan pensiunan dosen yang terakhir kali mengajar di kampus tersebut. Mel mengenal beberapa dosen yang pernah mengajar di kelasnya, termasuk Pak Yudha yang belum lama ini ia ketahui sebagai paman Zafran.

Keluarga besar Mel juga tidak kalah banyak menghadiri resepsi. Saudara-saudara dari pihak ayah maupun ibunya lumayan banyak. Sementara Mel mengundang para alumni sekolahnya dan kebanyakan teman kuliahnya. Termasuk Ryan yang kemudian memilih tidak datang karena alasan yang tidak bisa ditinggalkan saat mengabari lewat pesan chat. Alasan yang hanya sekadar alasan. Zafran juga mengundang teman kuliah sekaligus teman satu organisasinya. Di antara tamu yang datang paling awal adalah rombongan teman sekelas Mel.

"Sabar ya Bas, lo kalah saing sama keponakannya Pak Yudha," celetuk Adi yang menjabat sebagai komting di kelas Mel.

"Bastian sadboy, nih."

Bastian yang sudah lama naksir Mel itu patah hati terang-terangan. "Bukan gue doang kali. Ini udah kayak patah hati nasional bagi kaum adam."

"Patah hati nasional bagi kaum hawa juga," timpal Zaskia seraya menatap ke arah tempat kedua mempelai menyalami tamu yang hadir.

Zafran menyapukan pandangannya untuk mencari seseorang yang kemungkinan menghadiri resepsi pernikahannya. Pandangannya terjatuh pada salah satu sahabat istrinya  yang pembawaannya selalu ceria.

"Sahabat kamu, Layla, sama siapa?" tanya Zafran saat pandangannya terjatuh pada gadis berhijab merah muda bersama seorang lelaki yang sempat dilihatnya saat akad nikah kemarin, tetapi belum sempat mengobrol.

Mel mengikuti arah pandang Zafran. Ia mendapati Layla tengah memakan es krim, tetapi lelaki yang berdiri di sampingnya menyikutnya tiba-tiba. Membuat sendok es krim yang seharusnya mampir ke mulutnya malah nyasar ke hidung. Layla tampak kesal lalu berkali-kali menggeplak bahu si tersangka yang cengengesan.

"Namanya Candra. Mereka tuh ibarat kucing dan tikus tiap kali ketemu," terang Mel menahan tawanya.

"Siapa yang kucing dan yang tikus?"

"Lebih cocok kalau Candra yang jadi kucingnya, sih. Dia lebih lucu ketimbang Layla yang sering bikin cowok-cowok kabur." Mel tidak mengalihkan pandangannya dari dua orang yang kini memulai aksi menginjak sepatu satu sama lain.

Zafran menoleh dengan raut bertanya. "Bukannya kalo di kartun yang lucu itu justru tikus terus sering kabur pula dikejar kucing, ya?"

"Iya, sih, tapi kalau di dunia nyata, kan, enggak. Ngomong-ngomong Mas Zafran katanya melihara kucing, ya?"

"Iya, kamu suka kucing?" tanya Zafran saat melihat kedua mata Mel berbinar.

"Suka! Dulu pernah melihara satu sampai mau aku bawa ke kos, tapi nggak dibolehin. Akhirnya aku titipin ke Mbak Lia yang melihara banyak kucing juga," jelas Mel seraya mengingat betapa sedihnya saat pertama kali harus Long Distance Relationship dengan kucing kesayangannya.

"Oh ya?" Zafran antusias mengetahui kakak iparnya juga pecinta kucing.

Mel dan Zafran larut membicarakan tentang kucing saat tidak ada tamu undangan yang mengantre menyalami keduanya. Mereka bahkan memperdebatkan apakah kucing bermimpi seperti manusia ketika tidur. Mengobrol dengan Mel sedikit mengalihkan pikiran Zafran dari sosok yang ditunggunya.

Orang-orang yang melihat interaksi mereka pasti berpikir bahwa mereka sangat akrab. Pasangan manis yang tengah melakukan percakapan romantis. Siapa sangka topik percakapan mereka jauh dari yang dipikirkan orang-orang.


[Bersambung...]


Pecinta kucing cung! 🐾

Masyaallah udah masuk pertengahan bulan puasa aja, nih. Gimana puasanya readers? Masih semangat berlomba-lomba dalam kebaikan dan beribadah dong, yaa? Pokoknya niatkan semua aktivitas kita untuk beribadah biar dapat pahala.

Btw perasaan baru kemarin publish part baru, eh udah weekend lagi. Maap, Senin maksudnya. Harusnya publish kemarin, tapi gk sempet karena author sibuk ngejar deadline UTS. Huwaaa dah kangen sama kapal Mel-Zaf...

Jangan lupa kasih vote dan comment, ya ... thanks 😄🤗

KAMELIA : Mawaddah with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang