Part 15 | Unexpected Confession

331 46 14
                                    

Rasanya belum lama saat jantungnya berdenyut kencang hingga mengundang candu.

- dalam Wattpad KAMELIA

.

.

.

SIAPKAN HATI, GUYS 💔

E.N.J.O.Y

"Sorry, ya ,Bang. Gue malah nggak bisa dateng ke acara pernikahan lo," ujar Damar penuh rasa bersalah dari sambungan telepon.

"Nggak apa-apa, Dam. Yang penting doanya nyampe sini, kok. Btw semoga nyokap lo cepet sembuh," balas Zafran yang sengaja menjauh dari tempat ramai untuk mengangkat telepon dari sahabatnya. Jika ia berada di posisi Damar, tentu saja ia juga akan memprioritaskan ibunya yang sedang sakit. 

"Makasih, Bang. Oh ya, nyokap titip salam katanya ... Bang? Lo masih di situ? Halo?"

Ponsel di genggaman Zafran terayun begitu saja saat netranya menangkap seseorang yang berasal dari masa lalunya. Ia tidak mendengar penuh ucapan Damar, panggilan ia matikan secara sepihak. Seseorang itu kembali melarikan diri seperti yang biasa dilakukannya saat netranya bersibobrok dengan Zafran. Lelaki berjas biru muda yang tampak rapi itu segera mengejar langkah kaki seseorang yang memang ditunggu-tunggu kehadirannya. Meninggalkan ballrom hotel utama lantai tiga yang tidak seramai tadi siang karena para tamu mulai pulang satu per satu.

Zafran menuju ke tangga darurat saat targetnya kabur lewat lift. Ia tidak boleh kehilangan jejak seperti terakhir kali. Lelaki itu benar-benar berlari seperti orang gila saat ingatan demi ingatan yang tidak pernah bisa ia lupakan berkelebat di pikirannya. Dadanya mulai sesak menanggung rasa muak yang kembali muncul memenuhi rongga-rongganya. Ia ingin melampiaskan segala perasaan carut-marut pada pecundang itu yang tidak pernah berani menghadapinya.

Pecundang itu sudah melajukan mobilnya di parkiran hotel saat Zafran tiba di sana. Zafran mendesah kasar karena tidak membawa kunci mobil. Lelaki itu berlari keluar parkiran dan beruntungnya sebuah taksi kosong melintas di depannya.

"Kejar mobil itu, Pak!" instruksinya pada sopir taksi begitu mendudukkan pantatnya di kursi penumpang.

Tatapan teduh yang biasanya terpancar di mata Zafran menghilang, tergantingan tatapan tajam yang mengawasi mobil sedan hitam di depan sana.

"Pak, bisa ngebut nyetirnya?"

"Ini sudah ngebut, Mas. Jalanan juga sedang macet."

"Ah, sialan!" Sebaik apa pun Zafran menjaga tutur katanya, tetapi ia tidak bisa tidak mengumpat saat ini.

"Maksud saya mobil itu," ujarnya sebelum sopir taksi yang meliriknya dari kaca di atas dasboard salah paham.

🐱🐱🐱

Malam sudah agak larut saat Zafran kembali ke hotel dengan tangan kosong. Ia merutuki dirinya sendiri yang lagi-lagi gagal menjangkau seseorang yang mungkin selama ini berada di dekatnya. Ia berpapasan dengan ayahnya yang sedang berbicara dengan seseorang di lobi hotel.

"Kamu kemana saja? Orang-orang mencarimu tadi," ujar Mahendra pada anak semata wayangnya yang berjalan dengan bahu lunglai.

Dua kancing kemeja teratas lelaki itu dibiarkan terbuka dengan lengan tergulung sepanjang bahu. Dasi yang terasa mencekik lehernya sudah dilonggarkan, sementara jasnya tersampir di pundak. Berantakan memang, tetapi justru membuat kaum hawa yang berlalu-lalang di lobi hotel menggigit bibir.

KAMELIA : Mawaddah with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang