😚VOTE & FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMA KASIH🤗
Mel memastikan kembali barang bawaannya sebelum berangkat ke kampus. Tidak banyak. Hanya buku catatan kecil, pulpen, mukena, tumbler, pelembab bibir, dompet .... dan tidak lupa payung untuk berjaga-jaga meskipun langit tampak cerah hari ini. Suaminya sudah mengomelinya tentang ini beberapa kali.
Zafran menyusul ke kamar saat Mel tidak kunjung keluar. "Cari apa?" tanyanya begitu melihat Mel tengah mengobrak-abrik isi tote bag-nya.
"Mas liat ponselku nggak?"
"Dicas di samping tv, baterainya 0% . Sekarang kayaknya udah full, deh," jelas Zafran yang lupa mengatakannya pada Mel.
Pantas saja kemarin malam ponsel perempuan yang sudah rapi dengan kemeja coklat itu tidak bisa dihubungi, lowbat. Mel segera mengambil ponselnya diikuti Zafran yang rencananya akan mampir ke kafe Damar setelah mengantarkannya ke kampus.
Mel hampir melemparkan benda pipih itu begitu menghidupkannya karena notifikasi yang membeludak. Puluhan pesan chat dan miss call dari suami dan sahabat-sahabatnya sama-sama menanyakan keberadaan dan keadaan dirinya. Sepertinya ia telah membuat kehebohan kemarin malam.
Mel membalas satu per satu pesan dari Layla, Najwa, dan Dipta yang pasti sangat mengkhawatirkannya di dalam mobil yang tengah membelah jalan raya. Padahal sebenarnya tidak perlu karena pangeran dari negeri dongeng yang telah mempersuntingnya akan menemukan dan menjaganya dengan baik. Mel senyum-senyum sendiri hingga membuat lelaki di belakang kemudi menatap gemas ke arahnya.
"Nanti langsung telfon aja, ya, kalau urusan kampus udah selesai," ujar Zafran mengingatkan entah yang ke berapa kalinya.
"Iya, Mas. Nanti Mel nitip beliin waffle coklat di kafe Mas Damar, ya?" pinta Mel seraya membayangkan salah satu menu yang menjadi favoritnya.
Terdapat banyak varian waffle di Diary Cafe. Salah satunya waffle ice cream berbagai rasa yang membuat orang ngiler hanya dengan membayangkannya. Mel jadi teringat Layla yang menyukai segala hal berbau ice cream. Sahabatnya itu masih centang satu saat ia mengirimkan chat balasan yang mengabarkan keadaannya yang sangat baik.
Mel dan Zafran berpisah di depan gerbang utama kampus. Setelah Mel menghilang dari pandangan, barulah Zafran melajukan mobilnya ke kafe sahabatnya yang sudah beberapa hari ini tidak ditemuinya.
Zafran mengenakan topi berwarna beige begitu keluar dari mobil untuk menutupi lebam di wajahnya yang sebenarnya tidak terlalu kentara. Namun, ia menyadari betul kalau wajahnya sering menjadi pusat perhatian para akhwat. Mungkin karena garis wajahnya tidak gampang dilupakan saat pertemuan pertama. Jadi, lebam di wajahnya kemungkinan akan tampak meski tidak terlalu kentara.
Damar tengah mengobrol dengan pegawainya di bar saat melihat kedatangan Zafran. Mereka saling menyatukan kepalan tinju seperti biasa. Lalu, Zafran menuju ke lantai dua yang tidak terlalu ramai. Damar menyusulnya setelah beberapa saat seraya membawakan pesanannya.
"Silakan, Mas. Spesial, diantar langsung oleh owner-nya."
"Wah, saya merasa terhormat," balas Zafran seraya meletakkan topinya di meja.
Sesuai dugaan, Damar langsung menanyakan perihal lebam di wajah Zafran begitu mendudukkan diri di seberang mejanya.
"Emang keliatan banget?" tanya Zafran yang berpikir untuk mengaplikasikan foundation milik istrinya guna menutupi lebamnya sebelum ke rumah orang tuanya. Ia akan meminta tolong istrinya nanti.
"Kecuali sedekat ini baru keliatan," timpal Damar yang benaknya sibuk menebak-nebak partner duel Zafran.
Mungkinkah si anak seni yang kabarnya tidak hanya membela keadilan mahasiswa, tetapi kini turut serta dalam aksi bela Palestina. Bahkan mantan kekasih istri sahabatnya itu ikut memimpin barisan menyerukan panji-panji jihad sebagai wujud pembelaan terhadap kemerdekaan tanah Palestina yang kelak menjadi tempat berkumpulnya manusia pada Hari Kiamat. Damar memang paling update soal beginian, Zafran saja tidak tahu-menahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMELIA : Mawaddah with You
Espiritual"Sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?" Pertanyaan yang semula tertahan di tenggorokan akhirnya meluncur dari bibir Zafran. Mel melepaskan pelukan Zafran begitu mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Ia memberanikan diri untuk membalas tatapan lelaki ya...