Part 37 | Tamu Tak Diundang

223 47 30
                                    

❤ H.A.P.P.Y  R.E.A.D.I.N.G ❤
.
.
.

"Maaf, ya, aku malah merusak suasana," sesal Mel terutama pada Najwa di hari ulang tahunnya.

"Its oke, Mel. Justru kita yang minta maaf karena seharusnya kita nggak ceritain semuanya ... dan bikin kamu sedih gini," jelas Najwa yang mendapat anggukan dari Layla.

"Enggak, aku berterima kasih kalian udah cerita. Jadi, aku bisa lebih tersadarkan," timpal Mel seraya memperlihatkan senyum yang menyimpan kegetiran.

"Maksudnya?" Layla menyendok eskrimnya di sebuah mangkuk besar yang dipesannya.

Mel menggelengkan kepalanya, tidak ingin memberitahukan isi pikirannya. Mel memang begitu, cenderung memendam masalah yang memang mampu diselesaikannya sendiri. Apalagi masalah dalam rumah tangganya. Jika tidak mencari tahu sendiri, Najwa dan Layla juga tidak akan tahu sebab yang membuatnya tidak tersenyum lebih lebar dari biasanya.

"Eem malam ini aku boleh nginep di kos lagi nggak?" tanya Mel kemudian begitu membayangkan akan bertemu dengan Zafran dalam kecanggungan.

Entahlah. Rasanya Mel sudah membentangkan jarak terlalu lebar dengan suaminya sendiri. Padahal baru satu hari mereka berpisah dan pagi tadi pun ia masih melihat wajah damai suaminya saat tertidur begitu pulang ke apartemen sebentar. Satu hal yang patut disyukurinya karena ia tidak tahu harus mengatakan apa pada suaminya setelah percakapan mereka malam itu. Lagi pula Zafran tampak menikmati waktunya untuk menenangkan hati dan pikiran, tidak jauh berbeda dengan dirinya.

"Mel, kita si nggak keberatan," ujar gadis yang tidak terlalu suka makanan manis, "tapi sebisa mungkin suami istri itu tidak pisah ranjang kalau ada masalah."

Layla yang hari ini tidak banyak bicara ikut menimpali. "Yakin kamu nggak kangen?"

Tiba-tiba saja Layla meraih ponsel Mel yang tergeletak di meja. Jemarinya dengan lincah mengetik pesan kepada Zafran seolah-olah dirinya adalah pemilik ponsel untuk datang menjemputnya malam nanti. Mel hanya menghela napas pasrah. Mungkin membiarkan sahabatnya yang sering tidak terduga itu lebih baik karena dirinya belum tentu berani menghubungi Zafran lebih dahulu.

Beberapa saat kemudian seorang pelayan mengantarkan paket makanan mereka. Tepat setelah makanan tertata di meja, batang hidung Dipta terlihat diiringi cengiran lebarnya.

"Ah, ini yang namanya merusak suasana," sambut Layla begitu Dipta mendaratkan pantatnya di kursi sebelahnya.

Dipta tertawa mendengarnya, tetapi begitu menyadari perbedaan gadis yang menyambutnya dengan sarkas itu membuatnya terdiam. Gadis itu tampak lebih cantik dalam balutan kain yang menutupi rambutnya. Meskipun belum sempurna dalam mengenakannya karena anak-anak rambutnya masih menjuntai keluar. Setidaknya keanggunan tersembunyi dalam diri Layla kini muncul ke permukaan.

"Gimana menurut kamu lihat Layla pakai hijab, Dip?" goda Mel dengan sengaja.

Dipta mengamati penampilan Layla seraya bertopang dagu. Memasang wajah serius seperti juri-juri di acara bakat. Layla ikut penasaran dengan respons Dipta meski tidak berharap banyak. Lelaki yang sedikit gondrong itu lebih banyak mengejek daripada memujinya. Benar saja, raut menyebalkan di wajah Dipta sudah menjawab rasa penasarannya.

"Apa?! Mau gue colok mata lo?!" ancam Layla saat lelaki di sebelahnya tidak berhenti menatapnya.

Dipta bergidik ngeri, menyesal telah menyandingkan kata anggun dengan seorang Layla. "Apaan, sih? Itu ... lo makan eskrim belepotan kayak anak kecil."

"Masa, sih?" Layla mengusap ujung bibirnya dengan punggung tangan.

Melihat dua manusia di depan mereka yang kini berperang sendok membuat Mel dan Najwa memutar bola mata jengah. Namun, setidaknya Layla kembali menjadi dirinya yang tidak berhenti bicara begitu Dipta berada di tengah-tengah mereka. Diamnya gadis itu seharian ini justru mengkhawatirkan meskipun sudah memberi alasan sakit gigi. Sakit gigi macam apa yang malam-malam masih memesan semangkuk besar eskrim seorang diri.

🐱🐱🐱

Zafran duduk di ruangan depan kamarnya yang difungsikan untuk bersantai dan menonton tv. Namun, ia lebih tertarik memandang langit malam di luar jendela besar yang gordennya dibiarkan terbuka. Sementara tv yang disengaja dinyalakan untuk mengusir sepi diabaikan begitu saja.

Sedari tadi lelaki dengan garis wajah tegas itu uring-uringan dalam detik waktu yang berjalan lambat. Berkali-kali ia menatap layar ponselnya menunggu notifikasi dari Mel datang. Sebenarnya ia ingin menghubungi Mel lebih dahulu, tetapi khawatir mengganggu waktu istrinya dengan sahabat-sahabatnya. Namun, Mel masih belum mengabarinya hingga azan isya berkumandang.

Beberapa menit berlalu hingga sebuah notifikasi yang ditunggunya muncul. Istrinya minta dijemput. Tanpa pikir panjang, Zafran menyambar kunci mobilnya karena yakin malam nanti akan hujan deras sesuai perkiraan cuaca yang dilihatnya. Lift sedang dalam perbaikan sehingga Zafran turun ke tempat mobilnya terparkir lewat tangga. Dua anak tangga sekaligus ia lewati dengan kakinya yang panjang. Padahal Zafran tidak perlu terburu-buru mengingat Mel tidak minta dijemput saat itu juga.

Baru hendak membuka pintu mobil, seseorang muncul di depan Zafran secara tak terduga. Seperti tamu yang tak diundang. Senyuman di bibir Zafran lenyap seketika sementara darahnya mulai mendidih. Kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuh hingga buku-buku jemarinya memutih.

"Apa kabar, Zaf?"

{To be continued}

Btw anggaplah ini masih hari Kamis lewat setengah jam, ya... malam banget emang aku updatenya. Jadi, sorry kalau alurnya anget-anget nggak jelas karena aku nulisnya seperti tahu bulat. Digoreng eh ditulis dadakan😭

Oh ya, udah bisa ditebaklah sosok tamu tak diundang itu siapa?

Terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita ini❤🥰
Aku mau tidur dulu🙃

KAMELIA : Mawaddah with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang