Halo, assalamualaikum ... waktunya membersihkan lapak yang sudah penuh dengan sarang laba-laba ini🕸
Masih ada yang nungguin cerita ini berlanjut?🙂
.
.
.
🕸Happy Reading🕸Mel selesai memasak sup ayam dan sambal andalannya saat Zafran menghampirinya di dapur. Lelaki itu tertegun di tempatnya sejenak. Bukan karena melihat dapur yang berantakan seperti baru terjadi perang sesuai dugaannya, tetapi karena belum terbiasa melihat sosok Mel tanpa hijab yang menyembunyikan mahkotanya.
"Ayo sarapan, Mas," tegur Mel begitu menyadari keberadaan Zafran yang terlihat shock yang kemungkinan karena kondisi dapur yang memprihatinkan, "abaikan dulu, Mas. Masakannya lebih penting."
Zafran tersenyum menanggapinya. Biasanya urusan membereskan dapur akan menjadi bagiannya. Belakangan ia mengetahui bahwa istrinya tidak kalah pintar memasak darinya, tetapi tidak terlalu pintar dalam mengondisikan peralatan dapur. Mel mengisi piring suaminya yang sudah duduk di meja makan.
"Gimana? Apa yang kurang?" tanya Mel setelah Zafran menghabiskan beberapa suapan.
"Engggak pernah gagal, sih." Zafran mengacungkan jempolnya.
"Serius?"
"Dua rius kalau perlu."
Mel tersenyum puas.
Keduanya menghabiskan sarapan dengan obrolan ringan semacam menu makan malam nanti, belanja mingguan, dan jadwal kegiatan masing-masing di kampus.
"Mel siap-siap dulu, ya. Mas Zafran nggak usah beresin dapur. Biar aku aja nanti abis pulang kampus," larang Mel yang beranjak ke kamarnya untuk mengenakan kerudung.
Mel memastikan tidak ada barang yang tertinggal dalam tas. Gadis itu mengabsennya satu per satu seraya menutup pintu kamar. "Laptop, cas, binder, pulpen, headset, dompet ..."
"Payung," tambah Zafran yang tidak mengindahkan larangan Mel untuk membersihkan dapur.
"Emangnya hari ini bakal hujan?"
"Sedia payung sebelum hujan, Mel."
Mel menuruti perkataan Zafran yang belakang ia ketahui hobi memantau perkiraan cuaca tiap harinya. Setelah memasukkan payung lipat ke dalam tasnya, ia meletakkan tasnya di sofa. Ia tidak mungkin hanya duduk menonton Zafran membereskan kekacauan yang dibuatnya.
"Biar Mel yang membilas piringnya."
"Kamu nunggu aja enggak apa-apa," cegah Zafran.
Mel menggeleng sembari terus melanjutkan aktivitasnya membilas piring dan peralatan dapur lainnya. Entah mengapa aktivitas seperti ini terasa romantis bagi Mel. Mendadak lagu Nanti Kita Seperti Ini yang dibawakan oleh Batas Senja menggema di benak Mel. Membuat paginya lebih cerah, begitu juga dengan kadar cintanya.
"Mel jadi inget waktu Mas Zafran mayungin Mel yang kehujanan. Abis itu tiba-tiba bilang 'Zafran. Nama saya Zafran' padahal Mel enggak nanya, loh," cerita Mel kemudian.
"Tapi berhasil bikin kamu kepikiran, kan malamnya?" timpal Zafran percaya diri.
Mel memutar ingatannya kembali pada malam itu. Malam yang tidak mungkin ia lupakan karena saat itu ia dan dua sahabatnya merayakan perpisahannya dengan sang cinta pertama sekaligus pertemuannya dengan lelaki yang ternyata menjadi takdirnya.
"Eeemm bisa dibilang gitu, sih." Mel terkekeh mengingatnya masa yang sudah berlalu dengan cepat itu. Lelaki yang berdiri bersebelahan dengan Mel di depan wastafel itu ikut terkekeh.
🐱🐱🐱
"Aku ke kelas duluan ya, Mas," pamit Mel seraya menyerahkan helmnya pada Zafran.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMELIA : Mawaddah with You
Espiritual"Sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?" Pertanyaan yang semula tertahan di tenggorokan akhirnya meluncur dari bibir Zafran. Mel melepaskan pelukan Zafran begitu mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Ia memberanikan diri untuk membalas tatapan lelaki ya...