Part 30 | Tiga Serangkai

214 38 4
                                    

HAPPY READING
.
.
.

Mel membukakan pintu apartemen untuk ibu mertuanya yang datang siang itu menjenguk putranya. Sudah dua hari Zafran tidak beranjak dari kamarnya. Pun keras kepala karena terus menolak berobat ke dokter. Katanya ia hanya butuh istirahat saja dan sudah merasa lebih baik sehingga ibunya tidak perlu repot-repot mengkhawatirkannya. Namun, bagaimana ibunya tidak khawatir jika berkaitan dengan putra semata wayangnya?

"Zafran buat kamu susah, ya, Nak?" tanya Diana saat hanya berdua dengan menantu tersayangnya di ruang tamu setelah Zafran minum obat dan tertidur.

"Enggak, kok, Bu. Justru Mel yang merasa mulai bergantung dengan Mas Zafran," jawab Mel apa adanya seraya melengkungkan ujung bibirnya.

"Suami-istri itu memang sudah selayaknya saling bergantung." Diana menggenggam telapak tangan Mel yang duduk tepat di sampingnya.

Wanita paruh baya itu bisa melihat kesedihan yang berusaha disembunyikan Mel lewat sorot matanya yang sendu. Mel tampak ingin mengatakan sesuatu yang berusaha keras ia telan dalam-dalam. Pada akhirnya tanggul air matanya jebol saat Diana memeluknya tiba-tiba. Diana menepuk punggungnya lembut saat ia mulai terisak dalam pelukannya. Hati Diana ikut remuk sebagai seorang ibu.

Mel menyudahi tangisannya. Ia menatap Diana sebelum mengajukan pertanyaan yang terus mengganjal di hatinya. "Mel mau tanya, Bu. Sebenarnya ada apa dengan Mas Zafran dan perempuan bernama Kiara?"

Diana melebarkan pupil matanya begitu menantunya menyebutkan nama yang sudah lama tidak pernah ia dengar sejak terakhir kali. "Kalau Zafran tidak cerita sendiri, ibu juga tidak bisa memberitahu kamu. Dan yang harus kamu ingat bahwa sekarang Zafran hanya punya kamu."

"Tapi bukan hatinya, Bu. Mel belum bisa meraih hatinya," tegas Mel dengan getir.

"Kamu salah, Nak. Ibu bisa lihat kalau Zafran itu mencintai kamu." Diana semakin erat menggenggam tangan menantunya yang dingin.

Mel menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak percaya pada perkataan ibu mertuanya. Mel yang menjalani rumah tangga dengan Zafran lebih tahu perasaan suaminya. Buktinya Zafran masih menahan diri sampai sekarang untuk tidak menyentuhnya. Jika ternyata Zafran menunggunya untuk mengungkapkan kata cinta lebih dulu, itu lebih tidak mungkin. Sebab Zafran seharusnya bertanya perasaan istrinya sejauh ini. Sekali pun Zafran tidak pernah menanyakan itu sehingga Mel juga tidak ingin mengungkapkan perasaan terdalamnya.

"Apa Ibu menjodohkan kami karena Mel mirip Kiara? Agar bisa menjadi pengganti Kiara dalam hidup putra Ibu sekaligus menantu?"

Tidak berhenti keterkejutan Diana mendengar pertanyaan Mel. Jadi, menantunya itu tahu bahwa sebelumnya mereka hendak dijodohkan.

"Jadi benar, Bu?"

"Bukan begitu, tapi ..." Butiran bening terjatuh membasahi wajah dengan garis-garis keriput yang tetap membuatnya terlihat cantik di usianya. Menyadari ia tidak bisa menyangkal pertanyaan Mel yang lebih terdengar sebagai pernyataan membuatnya merasa sangat bersalah.

Mel menghirup napas panjang saat dadanya terasa semakin sesak. "Apa Ibu tetap tidak mau cerita setelah semua ini? Mungkin sebaiknya aku menanyakannya langsung pada Kiara."

Beberapa saat hening.

"Kiara sudah meninggal."

🐱🐱🐱

Jika ada penghargaan bagi lelaki paling ramah di kampus maka Zafran berhak memenangkannya, setidaknya itu sebelum sebuah tragedi datang ke hidupnya. Teman-temannya dari berbagai lintas jurusan. Semuanya menyukai Zafran. Namun, hampir semua temannya itu laki-laki sedangkan perempuan yang benar-benar menjadi temannya bisa dihitung jari.

Zafran bahkan sama sekali tidak memiliki pengalaman menjalin hubungan percintaan dengan teman perempuannya. Mungkin memang sebaiknya teman tetap menjadi teman. Namun, tidak ketika Zafran dihadapkan dengan Kiara. Kiara adalah satu-satunya teman perempuan yang mampu membuatnya bersikap ramah dan hangat. Mereka berteman sejak duduk di bangku putih abu-abu. Jangan lupakan Juna! Teman terbaik Zafran yang terang-terangan menyukai Kiara. Mereka terus berteman bahkan setelah menjadi mahasiswa di kampus yang sama.

Pada suatu sore, tiada petir tiada hujan, Zafran pulang ke rumah menggandeng Kiara dan memperkenalkannya pada orang tuanya sebagai calon istri. Tentu saja orang tua Zafran terkejut, terutama Mahendra. Ini bukan kali pertama Kiara datang ke rumah. Zafran biasanya memang mengajak Juna dan Kiara mengerjakan tugas kuliah ke rumah setelah rumah pohon di dekat rumah Kiara dirobohkan. Rumah pohon itu sudah seperti markas mereka sejak SMA.

Orang tua Zafran juga tahu bahwa Kiara dan Juna akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih karena mereka bahkan menceritakannya dengan gamblang saat mampir ke rumah. Diana sempat menyuruh Zafran untuk mendekati teman perempuannya agar tidak selalu menjadi nyamuk tiap kali mereka kumpul bertiga. Namun, sekali Zafran memperkenalkan teman perempuannya sebagai kekasih malah perempuan itu adalah Kiara.

"Bagaimana dengan Juna?" tanya Diana yang masih tidak memahami situasinya.

"Mereka udah lama putus, Bu. Ini tentang Zafran dan Kiara ... kita berdua," balas Zafran berusaha meyakinkan kedua orang tuanya.

"Ayah tidak setuju!" tegas Mahendra, "Kiara, kamu bisa mendapatkan laki-laki yang lebih layak dari pada Zafran."

Zafran menggenggam erat tangan Kiara yang dingin. "Maksud ayah Zafran tidak layak untuk Kiara atau sebaliknya?"

{To be continued}

Hari ini adalah 01 Januari 2024. Mari mengakhiri hari dengan membaca kisah Kamelia dan Zafran. Tambahkan cerita ini ke perpustakaanmu, ya😊🤗

KAMELIA : Mawaddah with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang