"Ayo kita nikah aja! Aku susah harus deket-deket kamu padahal kita enggak ada hubungan."
-Zafran, dalam Wattpad KAMELIA
.
.
.
HEY, YOU! HAPPY READING 💗
"Ada orang di luar?!" Tenggorokan Mel sakit karena terus berteriak, tetapi tidak ada jawaban.
Mel mengerahkan tenaganya untuk menarik gagang pintu hingga terlepas. Membuat Erhan yang sedari tadi duduk anteng tertawa. Anak itu rupanya menikmati tontonannya. Mel ikut tertawa, tetapi tidak lama karena setelahnya ia panik melihat darah keluar dari hidung Erhan.
"Erhan mimisan," ujar Erhan lempeng seolah-olah itu bukan hal besar.
Mel segera mendekati anak itu. "Erhan nggak apa-apa?"
"Pusing."
"Tunggu sebentar, ya. Kakak bawa kamu keluar," katanya berusaha tenang agar tetap bisa berpikir jernih dalam keadaan terdesak.
Mel mencari benda apa pun yang bisa digunakan untuk memecahkan kaca pintu. Gadis itu benar-benar menghancurkan kaca tebal itu begitu melihat pompa usang yang tergeletak di sudut ruangan. Telapak tangannya sedikit tergores ketika ia mencoba membuka pintu dari luar dengan sebelah tangannya yang keluar melewati lubang kaca yang ia pecahkan. Benar saja, pintu terbuka. Sepertinya pintu itu menang hanya bisa dibuka dari luar.
Mel segera menggendong anak yang mulai lemas itu setelah mengganjal pintu dengan sebelah sepatunya. Ia berlari meninggalkan ruangan di ujung lorong untuk mencari pertolongan. Pikirannya sudah kemana-kemana hingga ia tidak bisa lagi berpikir hal lain selain berlari kencang.
🐱🐱🐱
Zafran melihat jam yang melingkari tangan kirinya, sudah hampir sore. Teman-temannya sudah mulai pulang satu per satu setelah sesi foto bersama sementara kegiatan evaluasi akan dilakukan secara terpisah di hari lain. Zafran masih belum melihat batang hidung Kamelia sejak acara berakhir.
Lelaki penyuka kucing itu juga tidak sempat menemui Mel di tengah-tangah acara karena cukup sibuk dengan tugasnya. Lagi pula Mel tidak tampak kesulitan untuk berbaur dengan orang-orang baru saat ia melihatnya dari kejauhan. Lelaki itu menghela napas berat. Mendadak ia menyesal karena tidak menyimpan nomor Mel di ponselnya yang bisa dihubungi dengan cepat.
"Bang!" Damar menghampiri Zafran diikuti seorang gadis yang merupakan anak kesehatan di belakangnya.
"Tadi Mel lari-lari nolongin anak kecil yang mimisan. Mereka sempet kekunci di gudang," lanjutnya.
Zafran tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran di wajahnya. "Terus gimana?"
"Anak itu emang sering mimisan karena gejala penyakitnya. Udah ditanganin, kok, nggak sampai pendarahan," terang lelaki yang menenteng map kuning di tangannya.
"Syukurlah," ujar Zafran seraya menahan diri untuk tidak membombandir Damar dengan pertanyaan tentang Mel, "lo tau sekarang Mel di mana?"
Damar mengedikkan bahu.
"Kayaknya di belakang tempat parkir, lagi ngobatin tangannya yang luka," ujar gadis yang rupanya ikut menyimak obrolan dua lelaki tersebut.
"Gue duluan, ya. Mau nyerahin berkas ke ruang kepala yayasan," ujar Damar selaku penanggung jawab acara seraya menepuk pundak Zafran.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMELIA : Mawaddah with You
Espiritual"Sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?" Pertanyaan yang semula tertahan di tenggorokan akhirnya meluncur dari bibir Zafran. Mel melepaskan pelukan Zafran begitu mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Ia memberanikan diri untuk membalas tatapan lelaki ya...