Mengisahkan tentang duo remaja yang sedang menikmati masa muda mereka dengan berbagai macam perasaan di dalamnya of course ...
dipertemukan untuk saling jatuh cinta namun enggan terikat oleh status .
Enjoyin aja alurnya oke ?
Livy dan Prince yang di...
Hari ini seluruh staff akan berkumpul dan bersiap untuk kembali ke Jakarta. Karena si Livy dan Prince sudah selesai sarapan duluan sejak pagi , sekarang mereka jadi punya kesempatan untuk menikmati waktu luang bersama dengan mengelilingi sekitaran villa selagi menunggu semua orang menyelesaikan beres²-nya .
"Oh iya tanaman kita ! " Livy meraih lengan Prince untuk segera ikut dengannya
"Hampir aja lupa Liv " Prince hanya menurutinya sambil tersenyum manis
(Setibanya mereka di kebun )
"Oh my god ! " Livy langsung berkomentar setelah melihat tumbuhan bertunas yang sebelumnya pernah mereka tanam bersama waktu itu
"Wow ... udah tumbuh dong , padahal baru beberapa hari loh ya " Prince ikutan excited setelah memeriksanya lebih dekat
"Btw ini beneran ada yang lebih tinggi loh Prince ... tapi ... punya siapa ya ? " Livy menyentuh pucuknya perlahan
"Punya aku itu "
"Masa ? salahnya kita ga kasih tanda sih jadinya susah kan mau klaim siapa pemilik sebenarnya "
"Soalnya aku ingat persis waktu itu kan kamu berdirinya di sebelah kanan aku loh Liv ... posisinya begini " Prince terdengar cukup yakin sembari memposisikan dirinya kembali seperti disaat pertama kali dimana mereka memulai semuanya
"Emang iya ? yakin ingatan u ga salah Prince ? " Livy mengerutkan keningnya
"100 % " Prince mengangguk yakin
"Bentar ... i coba search di google deh biar lebih pasti dan terbukti ! gini nih kalo pohon tomat Prince " Livy menunjukkan gambar di hpnya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tuh kan ... persis banget daunnya " Prince terdengar bersemangat
"Iya lagi ... punya u lebih tinggi woii ! itu artinya i kalah dong ? " Livy memanyunkan bibirnya karena merasa dikecewakan
"Yeay ... i am the winner ! sesuai perjanjian kita di awal , yang tanamannya lebih tinggi boleh minta satu permintaan kan ? " Prince tertawa puas menatapinya
"Iya² i inget kok ga amnesia , so ... u maunya apa nih ? btw karena kita udah mau pisah sebaiknya sekarang aja selagi masih ada kesempatan " Livy menyilangkan kedua tangannya sembari menanti jawaban si Prince
"Jangan sekarang juga lah Liv ... kan aku juga butuh waktu buat mikir . Apalagi kesempatan beginian itu kan tergolong langka ya ? kapan lagi coba bisa taruhan pake cara se-extreme ini ? ga boleh di sia²-in pokoknya " Prince mencoba bernegoisasi sembari menggelengkan kepalanya perlahan
"Terus kapan ? waktu kita terbatas loh ini , lagian kalo udah balik ke Jakarta juga belum tentu bisa ketemu lagi soalnya masing² dari kita pasti punya kesibukan sendiri ntar "
"Justru itu ... aku mau jadiin ini sebagai alasan biar kita bisa tetap ketemu meskipun ditengah kepadatan schedule masing² " Prince terdengar serius
"Oke ! karena i itu juga bukan tipikal orang yang sengaja mengingkari janji , u kabarin lagi aja ntar ... i usahain deh luang-in waktu buat u " Livy mengangguk setuju
"Wow ... thank you " Prince tersenyum puas kali ini
*** Seperti saat pertama kali mereka mendatangi desa waktu itu , Livy dan Prince juga akan pulang dengan cara yang sama yaitu menggunakan transportasi persis seperti sebelumnya
"Gantian i yang duduk dekat jendela dong Prince kan u udah pernah " Livy buru² memilih tempat duduknya begitu mereka tiba di dalam bus
"Oke " Prince menggeser sedikit tubuhnya untuk memberi sedikit ruang gerak pada Livy saat melewatinya
"Thank u "
(Keduanya pun akhirnya bisa duduk dengan tenang setelah mengatur posisinya senyaman mungkin )
"Prince " Livy tiba² menyebut namanya dengan nada bicara yang terdengar datar
"Hmmh ? "
"U suka ya ... naik bus ? " Livy bertanya karena penasaran
"Aku ? ga juga sih ... biasa aja " Prince yang sempat gugup setiap mendengar pertanyaan dari Livy itu mencoba untuk bersikap tenang
"Boong ! "
"Kok boong sih ? " Prince menatapnya tidak percaya
"Buktinya u nolak tadi pas ditawarin Nopek buak naik mobil bareng " Livy mencoba menyudutkan si Prince
"Oh ... jadi kamu kesel nih , jadinya harus ikut aku naik bus iya ? "
"Ga gitu Prince ! "
"Terus apa dong alasannya ? cuma mau komplain doang iya ? " Prince hanya menatap fokus tepat di matanya selagi menanti jawaban pasti dari si Livy yang terlihat jelas sedang merasa sedikit bersalah itu
"I seneng kok bisa naik bus bareng u , jujur i ga mempermasalahkan kendaraannya sama sekali please . Karena satu²nya alasan kenapa i menolak tawaran Nopek itu ... karena i cuma mau nikmatin quality time terakhir kita bareng- " Belum sempat Livy menyelesaikan perkataannya si Prince malah memotongnya dengan sengaja
"Ya sama ! alasan kita ga ada bedanya Livy . Aku juga tau kalo naik mobil itu udah pasti 10 kali lebih nyaman tapi ... sayangnya jadi ga ada privasi karena kita ga bakal bisa ngobrol dengan bebas kalo ada mas Nopek kan ? "
"Hah ? perasaan ini bus isinya juga lebih dari tiga orang ga sih ? " Livy tiba² bingung setelah mencoba memahami pernyataan si Prince
"Beda dong Liv ! seenggaknya disini kita duduknya bisa berjarak dari orang² . Apalagi mereka pada sibuk masing² jadinya ga kepoin kita iya kan ? " Prince menjelaskan dengan penuh kesabaran karena menghadapi seorang Livy itu memang selalu butuh effort lebih pada akhirnya
"Masa ? alesan u ga kreatif banget sih Prince ! i kira bakal ada pernyataan yang lebih keren dan romantis loh tadinya " Livy yang iseng mulai mencoba untuk sedikit menggodanya
"Kayak gini maksudnya ? " Prince tiba² meletakkan telapak tangannya tepat di bawah dagu Livy
"Idih apaan sih ! segini doang mah ga baper i " Livy terdengar menyebalkan
"Oh ... gitu " Prince tiba² tersenyum lebar sembari mendekatkan kepalanya hingga hanya berjarak (-+) 15 cm dari wajah Livy yang mulai sedikit merona setelah melihat si lesung pipi dengan jelas karena sudah sedekat itu
"Mau ngapain u ? " Livy mencoba mengontrol pikirannya yang sempat dag dig dug duar dengan bertingkah percaya diri kali ini
"Biar bisa lihat view diluar , cantik tau ... pohonnya banyak " Prince menjawab dengan santai sambil membuka gorden yang menutupi kaca jendela si bus sambil mengulum senyumnya
"Iya woii " Livy yang sedang tersipu malu mencoba menutupi kegugupannya dengan sebuah tawa palsu
(Beberapa detik kemudian )
"Dengerin ini deh biar ga bosen " Prince memasangkan sebelah earbudsnya di kuping Livy
"Lagu apa ini ? " Livy memutuskan untuk berhenti salting setelah menyadari bahwa sebenarnya si Prince emang sejahil itu orangnya jadi ga ada alasan kenapa dia harus terpengaruh atas perasaannya yang tidak jelas itu
"Afghan_so wrong but so right "
"Bagus ya ... mood i jadi auto up " Livy tiba² menyandarkan kepalanya ke pundak Prince tanpa meminta izin ataupun sedikit isyarat sebelumnya
"Me to "
(Keduanya saling tersenyum tanpa menatapi wajah satu sama lain karena terlalu canggung )
*(Buat penggemarnya He's my prince gimana² ... perasaannya ? ikutan baper apa ga nih ? harap bersabar yo 🙏 author mah belom siap buat mengakhiri kisah ini wkwkwk 🙈 Thank you for reading pokoknya )