19. Di Balik Persembunyian

99 8 0
                                    

Hallo Caa, gue panggil kalian Caa aja kali ya🥰

Maaf, telat lagi Caa..

Aturan Sebelum Membaca!!!
Harap Perhatikan yaa😉
☆Sebelum membaca, wajib pencet bintang/vote, sebelum mata kalian beralih ke bawah.
☆Wajib komentar, entah tiap paragraf atau dimanapun itu😭

Pliss, gue butuh support kalian semua🥰

"Sedekat apapun dulu, jika sudah kecewa dan benci, dia akan beralih pada yang lainnya."

-MAAF, GLADISTA-

°°°°°


Pandangan Gladis hanya terkunci pada sosok pasangan, yang dari salah satu dari mereka, ia mengenali. Sebenci itukah dia, pada Gladista? hingga akhirnya, dia harus mencari seseorang untuk berbagi cerita tentang kehidupannya.

Lokasi hari ini, masih sama. Di pantai.

Intan yang sedari tadi menemani Gladista, sekarang sudah pulang terlebih dahulu, awalnya, Intan tidak mau meninggalkan Gladis seorang diri. Namun, karena ada sesuatu yang menjanggal, jadilah Gladista menyuruh sahabatnya, untuk pulang terlebih dahulu.

Gladista sudah berpindah dari tempatnya, bukan di tepi pantai seperti tadi, ketika bersama Intan. Tapi, Gladis sedang berada di tempat yang jauh dari tepi pantai itu. Ia hanya duduk di samping penjual minuman, sembari memandang satu orang yang ia sangat rindukan.

Ingin sekali ia mendekat, lalu memeluknya, bukan sosok perempuan yang Gladis tidak kenal sama sekali, lalu memeluk dia yang Gladis sangat sayangi.

"Bang, gue rindu." Hanya tiga kalimat saja yang mampu Gladis ucapkan dengan nada pelan, sambil memperhatikan gerak-gerik mereka di tepi pantai.

"Dia siapa sih, bisa-bisanya deket sama bang Ar." Suasana hati ini kembali memanas, ya, Gladis kesal dengan perempuan yang di samping Arnando-abangnya.

Karena Gladis penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, akhirnya ia memilih ingin melakukan sesuatu, demi mendengar apa yang abangnya ceritakan pada perempuan itu.

Gladis celingak-celinguk, mencari ide apa yang harus ia lakukan, agar bisa menghampiri mereka, tanpa harus ketahuan.

"Hey, Dis."

Gladista yang merasa familiar dengan suara itu, hendak berdiri, mengamati dari atas sampai bawah. Ya, ia kenal dan sangat rindu dengan suara tidak bermanfaatnya dia.

"Oval?"

"Lah, sejak kapan lo panggil gue boneka salju? nama gue, Joval Dis." Katanya membenarkan apa yang telah Gladista ucap.

"Sejak tadi, habis lo mirip banget sama boneka salju, si Ovall. Sekarang, hari ini lo resmi gue panggil Ovall."

"Terserah lo deh, yang penting sayang."

Pletak.

Gladista memukul tangan Joval dengan beng-beng yang masih belum ia makan, karena pemberian dari Intan ini sangat banyak. Lumayanlah.

"Aduh, apaan sih, Dis. Lo kangen kan sama gue, ya udah artinya, sayang juga dong."

"Inget, Christa!!"

"Ya, gue inget kok. Oh ya, lo ngapain udah malem disini sih, Dis? pulang aja sana, kan lo jomblo."

"Lo ya, pengin gue lakban tuh mulut!! gue lagi cari ide nih, Pall." Gladista yang masih pusing memikirkan itu, kembali duduk, berpikir keras apa yang harus ia lakukan sekarang, agar ia tahu abangnya cerita apa.

MAAF, GLADISTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang