13. Thank's Garran

1K 62 0
                                    

"Mungkin dulu, belum waktunya. Tapi sekarang, inilah yang di tunggu."

~ Dirgantara ~


Akhirnya, apa yang Gladis inginkan tercapai juga. Kebersamaan keluarga ini lah yang ia tunggu selama ini. Setelah kepergian bang Ar ke luar negri, saat itu jarang sekali bisa berkumpul. Namun, hari ini ia sangat bahagia, bukan hanya keluarganya saja. Tapi, teman-teman pun ikut bersamanya. Sungguh, tak bisa ia bayangkan betapa gembiranya malam ini.

Pada saat itu, bang Ar merasa bingung harus apa, melakukan apa. Lihat di ujung sana banyak sekali teman-teman Gladista membawa pasangan masing-masing. Sempat ia pikir, acara apa ini sebenarnya. Jika iya, ini acara kepulangan dirinya. Mengapa semua berlagak seperti tidak perduli. Apalagi, kalo lihat yang satu ini. Adik yang laknat.

"Ekhem! Gini acaranya? Pada berlagak seolah-olah abang gak ada gunanya. Lo juga, adik abang ini nempel mulu, kayak pacaran." Katanya sedikit kesal.

"Kita gak pa-ca-ran!!" kata Gladis seru.

"Terus apa kalo gak pacaran?" Gladis melempar jawaban pada Dirga yang berdiri di sampinynya.

"Kita itu belum waktunya," Gladis yang mendengar langsung dari Dirga sedikit tak mengerti.

"Hah?"

"Belum waktunya aja." Perkataan Dirga sukses membuat Gladis tersenyum. Sedangkan bang Ar menatap tak suka.

"Sialan lo Dir," begiti mendengarnya, bang Ar langsung pergi dari mereka.

"Yaaa, bang Ar ngambek nih ye. Hahha," ucap Gladis meledeknya, di ikuti Dirga yang tersenyum senang.

Hari ini sangat mengecewakan bagi Arnando. Di sini banyak yang dateng. Namun, ia merasa kesepian. Mereka tega membuat ia seperti nyamuk, bahkan yang ia rasakan tak ada arti sama sekali.

Masih mending mereka semua duduknya pada membaur. Lah ini pada misah. Berpasangan semua lho! BER-PA-SA-NGAN! Gila pada, ini rumah siapa, pada seenaknya semua. Ck.

Tiba-tiba saja pada saat semua pada kumpul, Garran menghampiri Gladis. Berbisik sesuatu, entah apa yang mereka bicarakan. Tak membuat bang Ar peduli, namun sedikit khawatir. Kemudian, setelah itu Garran langsung tersenyum puas. Seperti akan merencanakan sesuatu. Lalu, dua langsung berjalan ke depan di tengah-tengah mereka semua yang duduk melingkar.

"Gue mau orang yang bernama Intan maju ke sini," kata Garran sambil menatapkan matanya ke arah Intan. Mereka semua pada kebingungan, apa yang akan Garran lakukan. Kecuali Gladis.

Jantung Intan langsung bergedup lebih kencang dari sebelumnya. Intan merasa cemas, ia khawatir jika Garran telah melakukan yang tidak-tidak. Tanpa menunggu lama, ia pun langsung berjalan sedikit malu ke depan menghampiri Garran. Intan hanya diam, namun yang Garrab lakukan ia langsung memegang tangan Intan, sambil berjongkok satu kaki.

"Tan, maaf atas kesalahan gue kemarin. Gue gak ada maksud buat lo nangis karena gue." Garran menunduk merasa bersalah.

"Gue udah maafin kok,"

"Makasih Tan. Tapi, maaf kalo gue lancang. Sebenarnya, gue suka sama lo. Gue hanya jujur, gue hanya berkata apa yang seharusnya di keluarkan. Dan, gue gak maksa buat lo jawab sekarang," kata Garran merasa tak percaya.

Intan menatap Garran tersenyum, lalu berkata, "gue juga suka sama lo Gar." Balasnya membuat Garran terlonjak kaget.

"Ciyeee, acaranya siapa yang bahagia siapa," celetuk Joval mengejek bang Ar.

"Tau, gak bilang-bilang dulu lo Garr. Gak seru lo," kata bang Ar.

"Maaf bang. Tapi kan udah ijin sama Gladis tadi," ucap Garran tersenyum malu.

"Iya-iya terserah lo deh. Selamat ya," bang Ar merasa campur aduk hari ini.

Semua pun langsung menghampiri Garran dan Intan. Mereka semua saling berjabat tangan, seolah mengucap selamat. Dan juga berpelukan, seolah mereka ikut senang atas jadian Garran dan Intan. Tak tersangka malam ini penuh dengan kejutan-kejutan yang indah bagi Gladis.

Namun, bang Ar pasti sedikit kecewa, melihat tingkah teman-teman Gladis sekarang ini. "Bang Ar," panggil Gladis saat melihat bang Ar duduk sendiri.

"Gak sama Dirga lagi?" tanyanya sedikit tersenyum.

"Bang Ar pasti kecewa ya?"

"Ya begitu lah. Tapi, seneng juga mereka melihat mereka teman kamu bahagia." Katanya sambil memandang langit malam.

"Bang, Gladis kangen banget sama bang Ar." Gladis menatap bang Ar hendak nangis. Setelah itu, bang Ar langsung memeluk erat Gladis.

"Bang Ar juga,"

"Tetap di sini ya, jangan pergi, Gladis kesepian. Gladis kangen abang jail sama Gladis, kangen abang marah sama Gladis, kangen perhatian sama Gladis, dan kangen juga Gladis di manja sama bang Ar." Gladis melepas pelukannya, lalu mengusap air mata yang terus-terusan jatuh.

"Udah, gak usah nangis. Kalo Dirga tahu kan, bisa ngerusak suasana." Ucapnya tersenyum miring.

"Rese lo bang," Gladis memukul lengan bang Ar. Lalu, mereka sama-sama tertawa bahagia.

°°°°°

Setelah semalaman bergadang, baru kali ini ia merasa sangat lelah. Mungkin saja karena malam yang larut, ia belum juga tidur. Ini semua bang Ar yang nyuruh Gladis untuk bersih-bersih bareng. Alhasil, ia sangat lelah hari ini.

Gladis mulai menge-cek Hp-nya yang sedari semalam ia biarkan. Data yang baru ia nyalakan, langsung begitu banyak notif yang masuk. Salah satunya terdapat pesan dari group kelas. Ternyata sebentar lagi ia akan ujian. Jadi, bagaimana pun caranya, ia harus siapkan mental sebelum ujian tiba.

Terasa bosan di kamar, lalu ia langsung ke bawah mencari bang Ar. Ia lingak-linguk ke sana ke mari, namun mengapa hari ini sepi? Baru aja semalam ia merasakan keramaian dalam keluarga. Sekarang sepi lagi.

"Bang Ar," teriak Gladis.

"ABANGGGG," teriaknya lebih keras.

Tetep saja nihil, mereka semua tidak ada di rumah. Lalu, kemana mereka? Terutama bang Ar. Padahal semalaman Gladis minta jangan pergi lagi. Tapi, sepertinya bang Ar bukan anak yang penurut.

•••

Typo, kalo ada. Wajib lapor!!

Sekedar mengingatkan!!

Don't forget Voment
👇👇

TBC

MAAF, GLADISTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang