"Seperti inikah rasanya? Merasakan, tapi sulit di artikan."
~ Dirgantara ~
"Dis, gimana caranya Dirga bisa berubah?" Crista bertanya pada Gladis sembari memakan cemilan, dengan duduk santai di kursi dengan kaki di goyang-goyang kan."Kan kemarin gue udah cerita." Kemarin Gladis memang di rumah Intan. Tapi, parahnya dia malah tanya balik.
"Oh ya, krmarin kan gue di rumah Intan ngantuk, jadi gak dengerin lo. Hehehe," kata Christa menampilkan giginya tersenyum miring.
Gladis menatap kesal Christa. Mengapa di saat ia cerita, Christa malah tidur coba. Sahabat gak ada akhlak. Ini rasanya seperti di bodohi dengan Christa, tapi tidak dengan Intan. Nah, Intan baru pendengar setia. Dan ia pikir, biarkan saja Christa tahu sendiri. Tak usah ia ceritakan kembali.
"Terus, maunya lo. Gue cerita lagi gitu?" tanya Gladis sewot.
"Iya lah."
"Ogah, gue juga ngantuk!!" Kata Gladis, lalu menidurkan kepalanya di atas meja. Sedangkan Christa, mencoba mengganggu Gladis untuk berusaha cerita kembali.
"Dis, ayolah cerita." Bagaimana perasaan kalian, jika punya sahabat yang bawel, udah gitu kepo. Rasanya pengin gue sempalong tuh bocah.
"Gak, kemarin aja lo gak hargain gue. Sekarang giliran gue lah, rasain lo!!" Gladis jengkel pada Christa, bagaimana tidak.
Christa mulai menjauhkan tangannya yang sedari tadi mencoba untuk mengganggu Gladista. Sadar akan kelakuannya, Christa hanya bisa diam sambil merengek dengan raut wajah sedih. Seakan Christa berharap, Gladis menceritakan kembali.
"Dista mah," rengeknya.
Pada saat Gladis mencoba mencari Intan di kelas. Belum terlihat juga, apa mungkin Intan bersama Garran? Entahlah. Pusing memikirkan mereka yang jatuh cinta.
Di tempat duduk Dirga, yang tepatnya di samping Gladis pun masih kosong. Mengapa perasaan hari ini begitu terasa ada yang ganjal ya? Lalu, Gladis melihat Joval yang baru saja berangkat dengan tas yang di gendong satu tangan.
"Jov," panggilnya. Joval yang sedari tadi dengan mata jelalatan mencari Christa. Malah jatunya di panggil Gladis.
"Iya," jawab Joval.
"Dirga mana?" tanya Gladis.
"Hm... Gak tahu." Joval jawab dengan nada bicara yang begitu aneh. Seperti menyembunyikan sesuatu dari Gladis.
"Ish." Tak mau bicara panjang dengan Joval. Akhirnya ia hanya pasrah, tak penasaran dengan Dirga yang tidak ada kabar. Padahal kemarin, baru aja kita bahagia. Lalu, ia berniat untuk mengirim pesan ke Dirga. Semoga aja di jawab.
Gladis
Dir
Lo dimana?
Lo sakit?
Kok gak berangkat sekolah?
Apa ada masalah di rumah?
Dir
Jawabbb
DirDan chat Gladis pun dari tadi centang dua, hanya di lihat tanpa di balas, kenapa ya?....
°°°°°
Sampai sekarang pun, Dirga belum mengabarinya, padahal sedari tadi Gladista kepikiran. Dan ternyata Dirga gak berangkat dengan keterangan ijin, katanya dia sakit. Gladis jadi bingung mau ke rumahnya Dirga atau enggak, takutnya nanti malah ganggu. Yah sudahlah akhirnya Gladis lebih baik pulang saja.
"Dis," panggil Intan dan Christa.
"Iya," jawab Gladis tak semangat.
"Kenapa lo? Dirga gak berangkat ya, jadi gak semangat deh," Gladis kira mereka memanggil, karena ada yang penting. Ternyata hanya sekedar mengejek yang tak ada gunanya ini. Jahat!
"Sstt, diem!" kata Gladis menempelkan jari telunjuk di dekat bibirnya. Seakan menyuruh mereka untuk diam.
"Kita ke rumah lo ya," kata Chtista ijin.
"Terserah!"
Gladis jawab dengan ketus. Entahlah, perasaan ia hari ini begitu campur aduk. Mikirin kenapa Dirga tidak balas pesan Gladis. Apa ia da salah? Atau bahkan ia tidak punya waktu untuk membalas. Padahal tadi di lihat.
Saat mereka sudah sampai di rumah Gladista. Tempat ini menjadi sepi dan gelap. Tidak seperti biasa, apa hari ini Gladis ulang tahun? Ia mencoba menyalakan Hp-nya memastikan hari ini tanggal berapa. Bukan, hari ini bukan hari ultah Gladis. Lalu, ada apa?
Pada saat itu Gladis mencoba mencari saklar lampu untuk menyalakan ruangan. Berhasil juga. Namun, dari ujung sana di dekat tangga menuju kamar Gladis. Terdapat sosok lelaki yang berdiri menghadap ke belakang. Sosok lelaki itu tidak menampakkan wajahnya sama sekali.
Gladis, Intan, dan Chtista mulai jalan mendekati lelaki itu sembari membawa sapu yang Gladis pegang. Pot bunga yang Intan pegang. Dan Christa malah melepas sepatunya untuk ia lempar jika lelaki itu mulai bertindak yang tidak-tidak.
Lelaki itu mulai membalikkan badan, saat mereka akan serempak sama-sama melemparkan apa yang mereka pegang. Bukannya benda yang di pegang mereka hausnya di lempar, malah mereka sama-sama teriak ketakutan.
"Aaaaa." Teriak serempak mereka bertiga.
"Bang Ar." Gladis terkejut melihat siapa sebenarnya lelaki itu. Rendy Arnando, kakak yang selama ini ia rindukan sejak beberapa bulan kemarin.
Gladis langsung memeluk bang Ar dengan erat. Sembari terisak nangis karena bahagia, ia menyipitkan mata ke arah ujung sana. Terdapat gerombolan orang mendatangi mereka ke arah sini. Ada orang tua Gladista, Garran, Joval dan... Dirga? Dia di sini.
"Dirga, lo di sini?" tanya Gladis melepas pelukannya dari bang Ar. Kemudian, mengusap-usap mata agar berhenti menangis.
"Gue yang ngrencanain, Dis." Dirga tersenyum bahagia, melihat Gladis bisa bertemu dengan abangnya.
Gladista pun menutup mulut tak percaya, "Lo?" tanya Gladis seakan ia berpikir bahwa Dirga bohong.
"Iya, gue gak berangkat sekolah karna pagi tadi, jemput abang lo di bandara." Jelasnya membuat Gladis ternganga tak percaya.
"Hah? Terus kenapa lo gak bales chat gue, gak kasih tahu gue, Dirga." Katanya sdikit marah.
"Sengaja, maaf ya,"
Gladis pun tak bisa berkata apa-apa, hanya diam lalu menangis bahagia. Ternyata ini semua rencana Dirgantara. Dan teman-teman pun sudah tahu, hanya saja menutupinya. Pantas saja, pagi tadi Joval pas di tanya, jawabnya kayak orang kebingungan.
Dirgantara pun tidak mempermasalahkan dirinya tidak berangkat sekolah. Karena pagi tadi sudah ijin, dengan alasan sebenarnya menjemput keluarganya di bandara. Bukan Dirgantara kalo yang sekarang ini mah, Dirgantara benar-benar berubah.
Inilah yang sekarang Dirga rasakan. Merasakan, tapi sulit di artikan. Melakukan, tapi tak merasa bersalah. Namun, akhirnya berakhir bahagia.
"Dir, lo tahu gak gue... "
"Kenapa?"
"Tadi, Gladista itu khawatir sama lo Dir." Teriak Joval di ikuti ketawa dari teman-temannya.
"Asal lo tahu, gue malah kangen sama lo."
•••
Typo, typo, typo, mana???
⚠Wajib bilang!!
Don't forget Voment
👇👇TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
MAAF, GLADISTA (END)
Teen FictionPergi, kembali, dan pergi selamanya. Takdir hanya mempertemukan, tanpa kebersamaan. Hanya ada kata maaf, yang lelaki itu ucapkan, sebelum pergi. Hanya sebuah surat, yang lelaki itu tinggalkan, tanpa menemuinya. Bertemunya, bersama dia sosok lelak...