"Memang benar, jika kita sudah tidak bersama dengan orang yang kita sayangi. Selalu saja ada rindu yang membekas."
~ Dirgantara ~
Suasana malam ini, hampa rasanya. Hanyalah alunan musik yang menemani Gladista. Lagu dari Last Child – Seluruh Nafas ini, selalu Gladis putar jika merindukan abangnya.
Biasanya abang selalu curhat sama Gladista tentang pacarnya, padahal udah di larang gak boleh pacaran. Tapi abang malah bantah. Abang yang Gladista maksud namanya Rendi Arnando, Gladista selalu memanggil bang Ar.
Sekarang bang Ar sedang kuliah di Luar Negri. Seperti ini ya, rasanya di tinggal orang yang kita sayangi pergi. Dan hanya lagu inilah yang Gladis putar, ketika ia sedang rindu.
Kata bang Ar, lagu ini mempunyai kisah yang sama dengan pacarnya. Walau Gladis gak tahu sepenuhnya, tapi jika bang Ar lagi rindu atau setiap ada masalah gara-gara bang Ar gak bolehin pacaran, dan di suruh putus oleh Ayah. Pasti bang Ar dekem di kamar sambil muter lagunya Last Child.
Dan ini yang terakhir..
Ini yang terakhir..
Tak kan ku sia-sia kan hidupku lagi..
Jika memang dirimulah, tulang rusukku..
Kau akan kembali pada tubuh ini..
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu..
Untukmu seluruh nafas ini..
Tak terasa ia sampai terisak nangis mendengarkan lagu itu sambil melihat foto dirinya bersama bang Ar. Hingga ia mencoba berhenti, tapi tetap saja tak bisa. Terlalu berat jika ia harus mengingatnya, di saat momen kebersamaan.
Benar, rindu memang selalu datang di kala kita sedang kesepian. Tak ada yang tahu hari ini ia sangat kesepian. Walau telpon bisa, tapi tetep saja rasanya tidak seperti yang ia kira.
"Bang Ar, Gladis kangen. Kenapa Bang Ar, gak pernah kabarin Gladis. Gladis khawatir. Gladis pengin ketemu Bang Ar. Bang Ar, kapan pulang? Gladis menunggu..." Ia merengek sembari mendekap fotonya.
Itulah kata-kata Gladista yang ia ucapkan. Momen yang paling di rindukan Gladis, di saat bang Ar selalu jahil pada ia. Di saat ia manja sama bang Ar, karaoke bareng sama bang Ar, dan masih banyak lagi. Ia sangat rindu, sungguh!
Suara nada dering telfon pun berbunyi membuyarkan tangisan Gladista. Langsung saja ia menoleh dan ketika melihatnya nomor ini tidak di kenal. Siapakah yang nelfon Gladista malem-malem?...
Gladis pun akhirnya memilih mengusap ke atas tombol hijau. Siapa tahu ini penting kan.
"Hallo, Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam, Gladista."
Kayak kenal suaranya? siapa yah...
"Maaf, ini dengan siapa?"
"Saya Tari, ibunya Dirgantara."
Deg.
"Tante?"
Untuk apa nelfon malem-malem?..
![](https://img.wattpad.com/cover/243800412-288-k681708.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAAF, GLADISTA (END)
Fiksi RemajaPergi, kembali, dan pergi selamanya. Takdir hanya mempertemukan, tanpa kebersamaan. Hanya ada kata maaf, yang lelaki itu ucapkan, sebelum pergi. Hanya sebuah surat, yang lelaki itu tinggalkan, tanpa menemuinya. Bertemunya, bersama dia sosok lelak...