38. Selesai

103 5 2
                                    

"Tidak ada luka yang tidak sakit, semuanya sakit, sangat sakit hingga tidak tahu obatnya. Namun, tahukah kalian dibalik semua itu Tuhan sedang menyiapkan yang terbaik untuk kita."

-Maaf, Gladista-

❢❢❢❢❢

"Chris.... " panggil Gladista cukup pelan.

"Lo kenapa Dis?" tanya Christa sedikit heran.

"Hm, gak apa-apa. Makasih ya ice cream-nya."

"Kayak sama siapa aja lo Dis, santai aja kali."

Bukan perihal rasa terimakasih lagi Gladista menjadi kikuk ataupun ragu, tapi ini perihal Dirgantara. Ya, ini menyangkut Dirgantara. Ada sedikit keraguan pada diri Gladista, haruskah ia menceritakan semuanya pada Christa? Atau cukup bertanya saja perihal foto yang telah dikirim Christa? Atau lebih baik Gladista pura-pura tidak apa-apa?

"Huh."

"Kenapa Dis? lo suka kan sama ice cream-nya?"

Jujur saja Christa sedari tadi sedikit merasa aneh dengan apa yang terjadi pada Gladista. Selain sedikit pucat di wajahnya, Gladista juga terlihat murung sejak tadi. Christa ingin bertanya, namun Christa sedang menunggu Gladista bercerita. Christa hanya takut saja jika dia bertanya, akan terjadi hal-hal yang tidak enak di hati.

"Suka kok, ini agak sedikit ngilu aja gigi gue." Christa pun hanya ber 'oh' sembari lanjut menikmati ice cream-nya.

Sempet terjadi hening beberapa detik, hingga akhirnya Christa memulai pembicaraan pada Gladista yang sejak tadi memakan Cornetto dengan tatapan kosong.

"Ekhem, tumben banget lo kesini Dis, ada apa?" tanya Christa sengaja dengan gaya nada lembut.

"Pengin aja," jawab singkat Gladista.

Christa yang mendengar jawaban dari Gladista pun geram sendiri melihat bagaimana Gladista merasa baik-baik saja, padahal jauh dari sana Christa tahu bahwa Gladista pada saat ini telah menyimpan sesuatu.

"Lo pasti ada sesuatu kan?" Gladista sempat menjeda beberapa detik untuk tidak memakan ice cream-nya, namun karena sekarang sedang bad mood ia menghabiskan cornetto yang kini tinggal sedikit lagi.

"Huh, tentang foto kemarin... itu bener Dirgantara?" setelah Gladista memulai obrolan, sontak Christa sedikit terkejut dengan pertanyaan Gladista.

"Hm, gue belum tahu pasti Dis. Tapi dari gayanya dia mirip Dirgantara, kenapa emang?"

"Barusan gue ketemu dia."

"APA?! YANG BENER AJA LO DIS? BERARTI KEMARIN DIA DIRGA?!" Christa kaget bukan main setelah Gladista menceritakan sesuatu padanya.

"Bisa gak sih lo gak usah teriak-teriak, brisik tahu gak!!"

"Lo ngagetin Dis. Ini beneran lo ketemu sama Dirga?"

"Hooh."

"Akhirnya, terus gimana? Apa yang Dirga lakuin buat lo, kasih bunga, oleh-oleh, cincin, atau apa? Aaaa gue juga pengin ketemu deh, kangen banget sama tuh orang."

Gladista bernapas gusar setelah mendengar tuturan dari Christa, dari beberapa pertanyaan yang Christa lontarkan itulah yang Gladista inginkan sebuah bunga atau oleh-oleh darinya, bukan kejadian barusan.

"Gak! Gue gak dapet itu semua." Jawaban dari Gladista barusan membuat Christa menatap bingung.

"Apa yang terjadi Dis?" tanya Christa khawatir.

"Dia gak kenal gue Chris," jawabnya.

"Hah, gimana bisa? Tapi dia bener Dirga kan?"

"Dia bener Dirga, gue lihat pake mata gue sendiri. Tapi dia gak kenal gue," penjelasan dari Dista membuat Christa berpikir dua kali lipat, bagaimana bisa seorang Dirgantara yang dulu suka Gladista tiba-tiba tidak ingat?

MAAF, GLADISTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang