Butuna

4.8K 549 11
                                    

"Suara kecerdasan adalah suara yang lembut, tetapi tidak akan berhenti sampai ia memperoleh pendengaran."

- Sigmund Freud -

×××××××××××

Setelah kembali ke sekolah, Azriel mencoba masuk ke ruang keamanan. Namun ia malah dihadang oleh pihak keamanan yang berjaga.

"CCTV sedang tidak berfungsi. Kami sedang melakukan perbaikan dan mengganti beberapa cctv."

"Ah, kenapa tiba-tiba?" tanya Azriel

"Kau tak menuju ke ruang sidang? Kebocoran soal juga berkaitan dengan kelasmu." ucap Diana

"Saya akan ke sana." ucap Azriel

"Azriel, bisa bicara denganku sebentar?" ucap Diana

"Tentu." jawab Azriel

Azriel dan Bu Diana menuju ke salah satu rooftop.

"Ayahmu akan menyiksa mereka semua. Tak ada yang bisa menentangnya." ucap Diana

"Tak ada hubungannya ayahku dengan sekolah ini. Anda berbicara seolah-olah ayahku yang membuat masalah ini. Kasus kematian Aurora, anda terlihat sangat tertarik." ucap Azriel

"Kau tak menganggap masalah ini adalah sebuah masalah yang serius? Bagaimana jika memang ayahmu yang melakukannya? Ayahmu sangat benci kekalahan. Melihatmu kalah dalam peringkat, bukankah itu sudah menjadi sebuah masalah baginya?" ucap Diana

"Jika memang begitu, maka bukan ayahku yang membunuhnya. Tetapi seseorang yang menjadi anjing liarnya atau seseorang yang mencoba menggunakan namanya untuk melancarkan rencana itu. Waktu ayahku tak seluang itu untuk hal sepeleh ini." ucap Azriel seolah membela ayahnya.

"Semua masalah selalu dimulai dari hal sepeleh. Omong-omong, kau jarang berbicara dengan ayahmu. Apa pendapatmu tentangnya?" tanya Diana

"Apa itu penting? Dia, dia akan melakukan apa pun demi mencapai keinginannya. Bayangkan saja semua hal yang menjijikan dan anda takutkan, dia mampu melakukan semua itu." ucap Azriel

"Hanya orang yang tak takut padanya yang akan mengatakan hal itu. Aku yakin kau tidak berhak mengatakan hal itu." ucap Diana

"Beginikah cara anda mengelola bisnis ini, maksudku sekolah ini? Anda menawarkan fasilitas yang luar biasa dengan harga murah sejak awal, dan mencoba mengintimidasi para orang tua dan putra putri mereka di sekolah ini. Anda-, anda mencoba menakuti saya." ucap Azriel

"Lalu apa balasanmu?" tanya Diana

"Tidak ada. Tidak tertarik. Saya permisi." ucap Azriel

Azriel berlalu pergi meninggalkan Bu Diana. Ia bergegas menuju ke ruang sidang.

[Ruang sidang]

Di PLY, memang disiapkan ruang sidang untuk menyelesaikan masalah yang bersifat umum hingga khusus, yang berkaitan dengan siswa PLY itu sendiri. Salah satunya yang baru saja terjadi, mengenai kebocoran soal kuis.

"Mona, lanjutkan pertanyaanmu?" ucap pak Ben

"Noya!" ucap Mona

"Ya?"

"Kau menyesal telah membeli bocoran soal dari kelas C, sesuai permintaan terdakwah?" ucap Mona

"Apa maksudmu terdakwah? Ini bukan sidang pembunuhan?"

"Diam, dan duduklah! Lanjutkan!" ucap pak Ben

"Benar. Aku tak akan membelinya jika tau itu adalah bocoran soal untuk kuis. Lagi pula kan itu ...." jawab Noya

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang