Malam itu disebuah kawasan gedung sekolah terbengkalai dan hujan turun sangat deras, Dea dikejar oleh beberapa orang. Dea berlari sangat cepat, berusaha menyelamatkan dirinya dari orang-orang itu. Namun langkahnya terhenti saat ia merasa sedang berlari sendirian.
"Caesar? Caesar? Kau di mana? Caesar? Tidak bisa begini. Aku harus-," ucap Dea yang berlari tergesa-gesa.
Dea memilih kembali berlari saat merasa beberapa orang tersebut telah dekat darinya. Namun ia masih memikirkan dan mencemaskan Caesar.
"Aku harus mencarinya." gumam Dea
Langkah Dea terhenti saat mendengar teriakan keras dari Caesar. Seolah, Caesar tengah merintih kesakitan.
"Dea, pulanglah! Cepat! Cepat pergi dari sini!" teriak Caesar
"Caesar! Caesar!" balas Dea
Dea terbangun dari tidurnya. Seketika ia bangkit dan membasuh wajahnya. Menatap ke dalam cermin, dengan wajahnya yang terlihat pucat.
"Aku harus ke rumah Caesar."
Dea kini berdiri di depan rumah Caesar, setelah mendapat kabar jika kasus kematian Caesar telah ditutup sebagai kasus bunuh diri. Ia berjalan masuk dan menemui ayah dan ibu Caesar.
"Dea? Dea?" ucap ibu Caesar dengan suara serak, setelah menangis tersedu-sedu.
"Bibi!" gumam Dea.
Ibu Caesar menatap foto dan kesekeliling kamar Caesar. Ia terlihat tak bisa menahan air matanya.
"Bibi, cobalah melapor kembali dan tunjukkan vidio itu."
"Aku sudah mengatakannya. Tetapi polisi tak percaya tanpa bukti itu. Bahkan uang dan posisi ayah Caesar tak berguna sama sekali. Padahal selama ini, kami bisa melakukan banyak hal dengan uang dan kekuasaan. Namun untuk Caesar, kenapa tak bisa?" ucap ibu Caesar sembari mengusap air matanya.
"Apa malam itu, Caesar menghubungi bibi?" tanya Dea
"Ya, kami saling berbicara."
Ibu Caesar menceritakan kejadian malam sebelum mayat Caesar ditemukan.
"Malam itu, Caesar bilang akan pulang terlambat karena ada les tambahan. Aku mendengar suara hujan yang deras, sehingga aku yakin jika ia sedang dalam perjalanan menuju ke tempat lesnya. Harusnya malam itu aku meminta sopir untuk menjemputnya. Namun aku terkejut saat ia berteriak keras dan panggilan seketika berakhir." jelas ibu Caesar
Ibu Caesar tampak cemas dan terus menghubungi Caesar kembali. Namun Caesar tak mengangkat telponnya.
"Jangan buat mama cemas, Caesar!"
Tak berselang lama, ibu Caesar mendapat kiriman vidio. Ia sangat terkejut saat melihat putranya disiksa dan dipukuli oleh beberapa orang.
"Caesar! Caesar! Tidak! Putraku! Tidakkkkk!"
"Ma! Maa! Tolong Caesar ma! Ma! Tolong ma!"
*******
Ibu Caesar menangis ketika mengingat hal itu. Sementara Dea, tak tau harus berkata apa.
"Entah bagaimana? Riwayat panggilan kami dan vidio itu hilang. Seolah semua telah direncanakan. Aku tak punya bukti apa pun, bahkan polisi juga tak menemukan bukti apapun." jelas ibu Caesar.
Dea tak berani mengatakan masalah malam itu pada ibu Caesar. Alhasil, ia memilih memendamnya sendiri.
××××××××××
Rael menuju ke tempat ditemukan mayat Caesar. Menatap ke sekeliling tempat tersebut dengan serius.
"Bunga itu, Actaea pachypoda. Lebih dikenal dengan Doll's Eye. Hmm, malam itu aku juga melihat bunga yang sama di dalam tas Aurora. Apa sebaiknya aku ke rumah Aurora? Aku harus ke sana." gumam Rael
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind And Bad Rivalry (END)
Misteri / Thriller[High School Of The Elit] Blind & Bad Rivalry, berfokus pada Azriel yang berpikir untuk membalas ayahnya, yang merupakan ketua gangster, sekaligus pewaris sebuah organisasi Namibian. Namun Azriel tak menyangka jika ada sebuah rahasia besar yang ters...