Propuna

5.2K 621 10
                                    

"Waktu lebih berharga daripada uang. Kamu bisa mendapatkan lebih banyak uang, tetapi kamu tidak bisa mendapatkan lebih banyak waktu."

- Jim Rohn -

×××××××××××

Hujan turun sangat deras, membuat pejalan kaki berjalan dengan tergesa-gesa. Berbeda dengan Azriel yang terlihat santai, sesekali ia tersenyum ketika merasa ada yang membuntuti dirinya.

"Oi, keluarlah!" ucap Azriel

Namun tak ada satupun orang yang keluar. Azriel kembali melanjutkan langkahnya hingga melewati sebuah gang yang tampak sepi. Seketika, ia diserang oleh sekelompok orang yang hendak membawanya pergi. Perlawanan pun ia lakukan. Akan tetapi, mereka cukup terlatih untuk itu.

"Jangan melawan, ini perintah ketua."

Azriel kemudian di bawah pergi dari sana dengan sebuah mobil hitam.

Tak berselang lama, mobil hitam tersebut berhenti disebuah mension yang cukup jauh dari kota. Sekitarnya pun dikelilingi bukit dan hutan. Azriel di bawah masuk dan dijaga ketat oleh 9 pengawal. Bukan hanya itu, rumah tersebut ramai dihuni dan dijaga sekelompok orang dengan pakaian layaknya bodyguard. Masing-masing dari mereka juga memiliki tanda yang sama, yakni sebuah tato yang sama dengan yang Rael pernah tunjukkan pada Azriel.

"Ketua! Putra anda sudah tiba."

"Suruh dia masuk."

"Baik."

Azriel melangkah masuk dan menatap tajam sosok pria yang mungkin berumur 30-an di depannya. Diruang itu, juga terdapat sebuah karya seni ukiran berbentuk pohon Namibian bottle tree, yang sangat indah.

"Aku sudah dengar segalanya. Azriel, bagaimana itu bisa terjadi?" ucap ayah Azriel.

Azriel hanya terdiam dan tak berbicara sepatah kata pun. Melihat itu, pria tersebut mengeluarkan sebuah besi kecil, sekecil lidi yang cukup panjang.

"Berbalik dan bersujud, sekarang!" gertak ayahnya.

Azriel langsung melakukan perintah ayahnya tanpa menolak, dan sang ayah langsung memukuli Azriel dengan besi tersebut.

"Astt!" ringis Azriel

"Bagaimana bisa penerus keluargaku sebodoh dirimu? Peringkat dua? Sudah kubilang, jangan pernah kalah dari siapa pun. Aku juga tak bisa meminta Diana. Walau PLY berada di bawah kekuasaanku. Untunglah, hanya hukuman yang kuberikan padamu. Jika saja kau berada diperingkat 4 ke bawah, sudah kubunuh ibumu yang gila itu." ucap Ayah Azriel. Dari jauh, sosok pria paru baya sedang memantau mereka.

Azriel berkeringat dan tubuhnya bergetar menahan rasa sakit. Ia juga tak berani mengatakan sepatah kata.

"Azriel, lakukan saja apa pun untuk mendapatkan peringkat satu. Putraku harus selalu berada dipuncak, sama seperti aku dulu. Selalu diatas puncak piramida. Kau mengerti!" ucap sang ayah.

"Yah, aku mengerti."

"Aku dengar, kau tak tinggal dirumah yang kuberikan padamu. Tinggallah di sana. Aku akan berikan mobil atau motor untukmu agar lebih mudah ke sekolah. Mengerti!" ucap sang ayah.

"Aku mengerti."

"Pulanglah!"

Azriel mencoba berdiri, walau merasa kesakitan ditubuhnya.

"Saya akan mengantar anda kembali."

Azriel menatap kesekeliling mension, anak buah ayahnya juga tengah memandangi dirinya. Namun ia acuh dan memilih bergegas pergi dari sana.

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang