Iris Xiphium - 26

1.4K 297 19
                                    

"Tindakan bukan berasal dari pemikiran, tapi dari kesediaan untuk memikul tanggung jawab."

 - Dietrich Bonhoeffer -

************

Azriel, Dea, Mona, dan Farhan tengah menunggu diluar ruang operasi. Raut wajah cemas kompak ditunjukkan oleh ke-empatnya. Namun dibandingkan itu, Azriel lebih mencemaskan keadaan Rael.

''Sebaiknya kau keluar sejenak untuk menenangkan diri. Kami yang akan menunggu Rezef.''ucap Dea

''Tidak perlu, aku hanya memikirkan Rael. Sampai sekarang, ia masih belum bisa aku hubungi.''balas Azriel

''Kenapa anak itu begitu merepotkan? Aku benar-benar mencemaskannya. Sekarang, semua sudah berada diluar kendaliku. Bagaimana jika ia berada dalam masalah? Tolonglah Rael, hubungi aku sekarang.''

Azriel terus mengecek handphone-nya, membuat yang lain sesekali meliriknya cemas. Bukan tanpa alasan, sampai sekarang Rael masih belum bisa dihubungi. Tak ada yang tau, apakah ia baik-baik saja atau tidak.

''Az!''panggil Damian yang datang sembari membawa sebuah jaket.

''Tunggu, bukankah itu milik Rael?''ucap Dea

Azriel segera menerima jaket itu, dan terdiam sejenak saat merasa jika jaket itu bau amis dari darah.

''Dari mana kau mendapatkan jaket ini?''tanya Azriel yang seketika membuat yang lain ikut menunggu jawaban dari Damian.

''Salah satu anggota osis memberikannya padaku. Ia bilang jika jaket ini milik Rezef. Katanya, jaket ini jatuh saat Rezef dievakuasi.''jawaban Damian sontak membuat yang lain terdiam. Tentu saja, mereka yang juga sedang menunggu kabar Rael, seolah kabar itu disampaikan lewat jaket yang sudah berlumuran darah itu.

''Aku akan segera Kembali.''ucap Azriel

Azriel berlalu dan seketika berlari kencang keluar dari gedung sekolah menuju ke tempat evakuasi. Disekolah itu, memang telah disiapkan staf khusus, termasuk tim evakuasi saat kebakaran, dan juga ahli forensik (bagian dari staf atau tim pendisiplinan), yang sudah bekerja sama dengan pihak kepolisian. Sama seperti siswa disekolah itu, seolah mereka juga ikut terperangkap disekolah tersebut.

Azriel segera menemui tim yang masih berada dilokasi kejadian, dengan raut yang menunjukkan jika betapa cemasnya ia sekarang. Sembari menggenggam erat jaket Rael, Azriel masih terus mencari seseorang dilokasi itu.

''Permisi!''ucap Azriel

''Ada apa nak? Ah, bagaimana keadaan anak itu sekarang?''

''Apa ada korban lain digedung itu?''tanya Azriel

''Ah ya, ada dua mayat yang ditemukan didalam gedung, tapi tubuh keduanya sudah hangus terbakar.''

''Apa kemungkinan mayatnya berjenis kelamin perempuan?''tanya Azriel

''Ya, salah satunya mungkin berjenis kelamin perempuan. Tunggu, May! Dimana benda yang kau temukan tadi. Bawa kemari!''

Staf itu membuka plastik itu dan mengeluarkan sebuah handphone yang sudah dalam keadaan yang sedikit hancur.

''Kami menemukan ini dari lantai atas. Kemungkinannya, melihat dari dinding kaca yang hancur, serta mayat dan korban selamat ditemukan diruang, dibawah lantai itu, mungkin mereka melompat dari atas kebawah. Lantai itu juga hangus terbakar, dan handphone ini kami temukan dilantai itu.''

''Ini, ini milik Rael.''ucap Azriel dengan suara bergetar.

''Kami akan menghubungimu, jika hasil otopsinya sudah keluar.''

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang