Bubo Scandiacus

1.8K 317 25
                                    

 "Jika kebenaran akan membunuh mereka, biarkan mereka mati."

- Ayn Rand -

×××××××××××

Malam ini Rael mulai mengeluarkan beberapa buku dan lembaran soal untuk ujian besok. Sekedar mengulang beberapa soal saja.

"Rael, aku sudah mengumpulkan beberapa soal yang kemungkinan akan keluar. Aku harap kau bisa fokus dan menganalisis soal mana yang harus kau kerjakan dan tidak perlu kau kerjakan."ucap Dea

"Terima..."belum selesai mengatakan kata terima kasih. Rael menelan ludahnya saat Mona dan Geral datang sembari membawa tumpukan kertas yang telah mereka kerjakan.

Melihat itu, Rezef yang sedang asik bermain game dibuat tertawa dengan ekspresi Rael.

"Apa kalian berniat membunuhnya dengan cara yang halus? Kalian tau kan, di antara semua siswa, Rael orang yang paling malas menghabiskan waktunya untuk membaca lembaran kertas soal. Hahaha, haruskah kita merayakan ini besok?"

Karena kesal, Rael langsung melempar bantal kecil ke arah Rezef, hingga Rezef tersungkur ke belakang. Namun Rezef masih saja menertawakannya.

"Farhan!"gumam Rael

Mendengar nama Farhan, membuat Rezef seketika menutup mulutnya. Namun masih berusaha menahan tawa.

Beberapa jam mulai berlalu, Rael mulai kelelahan sampai ia harus mengetuk kepalanya dengan keras sesekali agat rasa kantuknya mereda.

"Exam, exam, exam, huaaa! Kenapa harus namaku yang keluar? Jika hanya ujian biasa, aku tak harus belajar seperti akan mati besok. Aku kan tidak se-ambis itu. Otakku juga selalu off diwaktu yang tidak tepat. Menyebalkan, rasanya ingin mati saja. Pingsanlah, pingsanlah wahai diriku. Semua serasa tidak ada artinya jika ini menyiksa dan membebani dirimu wahai diriku yang berharga."

Tak berselang lama, Rael mendapat pesan dari Azriel.

"Matikan lampu
kamarmu sekarang!"

Seolah mengerti maksud perkataan Azriel, Rael segera mematikan lampu kamarnya. Namun sebelum itu, Rael mengambil sebuah ikat pinggang, kemudian membuka jendela kamarnya. Setelah itu, ia memilih bersembunyi disalah satu sudut yang membuat ia bisa melihat pergerakan seseorang.

Dan benar saja, pintu kamar Rael perlahan terbuka. Padahal hanya Rael yang tau sandi pintu untuk masuk ke kamarnya. Rael mencoba memperhatikan seseorang itu yang terlihat membawa sebuah belatih ditangannya. Seseorang itu kemudian menusuk bantal yang ada diatas kasur Rael.

Menyadari itu bukanlah Rael, seseorang itu bergegas berjalan menuju ke jendela. Namun ia menyadari jika Rael sedang berdiri disalah satu sudut kamar. Walau begitu, Rael juga menyadari jika seseorang itu tau akan keberadaan Rael. Alhasil, Rael memilih berjalan mengendap-endap ke pintu.

"Kau mau kemana?"

Rael segera menunduk saat merasa seseorang itu melempar belatih ditangannya dan belatih tersebut menancap ke pintu tepat diatas kepala Rael.

"Hampir saja."

Rael menghindar saat seseorang itu mulai menyerang. Karena sedang memegang sebuah ikat pinggang, Rael langsung mengubah posisi pertarungan agar bisa menyerang seseorang tersebut. Akan tetapi, seseorang itu berhasil membalikkan keadaan. Ikat pinggang yang dibawa Rael berhasil diambilnya, dan ia gunakan untuk mencekik Rael. Rael terus memberontak hingga ke meja tempat ia belajar. Segera ia berusaha menggapai apapun yang ada diatas meja.

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang