Taraxacum

2K 340 23
                                    

"Jika perkakas yang kamu punya hanyalah sebuah palu, kamu cenderung melihat kalau setiap masalah adalah paku."

- Abraham Maslow -

×××××××××××

Semua siswa angkatan tahun ke-2 telah memenuhi rumah Noya untuk memberikan ucapan belasungkawa. Sementara itu, Rael memilih duduk sendiri ditaman belakang rumah Noya yang memang begitu megah.

Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa ia mengakhiri hidupnya sendiri? Bagaimana bisa aku tak menyadari kesulitan yang ia alami? pikir Rael

"Siapa target selanjutnya? Apa itu aku?" ucap Mona yang baru saja tiba.

"Apa maksudmu?" tanya Rael

"Aku tau. Kau bergabung atas permintaan Azriel. Namun kau harus ingat satu hal, kau akan sangat dirugikan nantinya. Ini bukan hanya untuk mempertahankan peringkat, tapi balas dendam. Seseorang yang sangat dekat dengan Aurora." ucap Mona

"Dari tatapanmu, seolah kau sedang berusaha menekanku. Apa kau berpikir jika aku yang melakukannya?" kesal Rael

"Maafkan aku, tapi itulah yang terlintas dikepalaku. Noya sudah seperti saudara perempuanku. Bagaimana bisa aku tak menyadari kesulitannya? Aku tidak tau jika ia begitu menderita." ucap Mona

"Dia tak mengakhiri hidupnya. Namun seseorang berusaha menunjukkannya seperti itu." ucap Azriel

"Apa maksudmu?" tanya Mona

Azriel memperlihatkan kepada Mona mengenai tulisan di dinding rumah Aurora saat itu.

"Apa ini?" tanya Mona

"Anggap saja target. Seseorang itu menargetkan sembilan anggota inti keluarga Namibian. Dia menargetkan mereka yang sepertinya memiliki hubungan kuat atas kematian Aurora." ucap Azriel sembari menatap Rael.

"Apa kau tau sesuatu?" tanya Mona ke Rael

"Tidak, sebelum aku memastikannya. Ada banyak orang yang mengincar berkas itu termasuk pihak kepolisian. Aku tak bisa membuka dan menunjukkan berkas itu dengan bebas." ucap Rael

Tiba-tiba saja terdengar suara teriakan di depan foto Noya. Mendengar itu, Rael dan yang lain berlari ke sana. Dilihatnya, nenek Noya menangis histeris di depan foto Noya dengan benda berserakan disekitarnya.

"Kembalikan cucuku! Cucuku tak salah apapun. Cucuku! Kembalikan dia! Kembalikan dia! Cucuku! Kenapa kalian begitu kejam? Kenapa harus cucuku yang menanggungnya? Dia tak membuat kesalahan apapun."

Mona yang melihat tangis histeris nenek Noya, melangkah mundur sembari menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia tak bisa lagi menahan tangisnya.

×××××××××××

Setelah pemakaman selesai dan semua orang telah kembali. Rael yang masih berdiri didepan makam Noya, menaruh setangkai bunga lily merah didepan foto Noya.

"Dia bahkan mengubah bunga kematiannya. Aku minta maaf karena tak bisa melakukan apapun untuk menolongmu. Aku benar-benar minta maaf." ucap Rael

Dari jauh, Azriel menatap Rael dengan serius. Tak berselang lama, ia menelpon seseorang.

"Bawa dia kehadapanku pada pukul 12 malam." ucap Azriel dengan serius.

"Maaf Rael, aku harus melibatkanmu dan juga yang lain agar bisa mengawasi kalian. Dengan begitu, akan mudah bagiku untuk melindungi kalian." ucap Azriel lalu berlalu dari sana.

Rael datang ke sekolah untuk menemui Yua yang sedang bermain bola basket. Masih dengan pakaian hitam yang ia kenakan ke pemakaman Noya. Tanpa peduli dengan permainan bola basket yang sedang berlangsung, ia tatap berjalan untuk menemui Yua.

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang