13. Kita adalah luka.

108 24 2
                                    

♡ Happy Reading ♡

_____

-Kita Adalah Luka-

* * * *

"Mama."

Rangga geming.

Netra hitam legam-nya bertabrakan dengan netra coklat tua milik gadis yang baru saja membuka pintu. Itu Reani.

Rangga menoleh ke belakang, kini ia tahu siapa wanita yang sedari tadi dipangku oleh Megan.

"Sini, sayang." Panggil wanita itu, Reani mengangguk kecil, berjalan mendekat ke arah Megan dan Sarah.

Megan mengusap kepala Reani lembut, seolah begitu menyayangi anak dari selingkuhannya tersebut. Rangga memaki dalam hati.

"Saya tidak peduli akan hubungan anda, tapi pastikan ibu saya tidak tahu akan kelakuan bejat anda yang satu ini!" tekan Rangga, hingga akhirnya keluar dari ruangan Megan.

Reani tersenyum tipis, menatap punggung Rangga yang hilang di balik pintu kaca.

Rangga mematri langkah besar meninggalkan perusahaan dengan tangan terkepal erat. Cowok itu membanting kasar pintu mobil, hingga mang Ujang terkejut di buatnya.

Rangga merogoh dompet, menyerahkan lima lembar uang berwarna merah kepada mang Ujang. "Pulang naik taksi, Mang. Saya mau pergi sendiri."

Rangga turun dari mobil, berputar untuk duduk di kursi kemudi. Alphard hitam itu melaju meninggalkan halaman parkir Zerranie Company.

Berkali-kali Rangga mengumpat dan memukul stir mobil dengan keras. Bayang akan hancurnya keluarga palsu sudah semakin terlihat jelas di depan mata. Keluarga yang selalu terlihat harmonis di depan masyarakat, kini semakin di ujung tanduk. Hanya menunggu angin, menjatuhkan dan kemudian hancur lebur.

Bagaimana dengan Arumi nanti? Bagaimana dengan Kania, dan ... bagaimana dengannya?.

Haruskah Tuhan sekejam ini?

Tidakkah ini lebih dari cukup?

Akankah mereka kuat untuk bertahan, dan berjuang hingga akhir?.

Apakah akhir itu akan bahagia? Atau malah sebaliknya dan mengkhianati usaha mereka?.

Rangga begitu dibuat bertanya-tanya.

Tanpa sadar, cowok itu menuju butik besar milik Arumi. Ruko lima pintu yang di gabungkan menjadi satu, dengan tulisan Rum'istyle terpampang jelas dan mewah. Menggambarkan betapa sukses usaha sang—Mama.

Rangga mengatur deru nafasnya sebentar. Melangkah turun dari mobil, suara lonceng yang berbunyi saat pintu dibuka, membuat beberapa perhatian para pengunjung tertuju ke arahnya. Tak urung dengan Arumi, yang ikut menatap ke arah yang sama.

Senyum terbit di wajah cantik wanita itu, berjalan mendekat ke arah Rangga. Aura mewah jelas menguar, apalagi saat Arumi mengenakan dress berwarna merah dengan rambut digerai. Sungguh cantik.

"Kenapa sayang?" tanya Arumi, menyadari wajah masam Rangga, tangannya bergerak mengusap surai anak laki-lakinya itu.

Rangga tak menjawab, menatap manik Arumi lekat. Manik indah yang hanya tertuju untuk nya, manik yang tak pernah menatap Kania serupa dengan ini.

"Kenapa, hei?" ulang Arumi saat mata Rangga mulai tergenang air di pelupuk, yang siap jatuh saat itu juga.

Rangga memeluk Arumi erat, menyembunyikan wajah di ceruk leher wanita itu. Bau lembut parfum dan shampo ibunya, menenangkan hati Rangga. Arumi merasakan air mata membasahi bajunya, lantas bergerak mengurai pelukan. Menghapus lembut air mata di pipi Rangga, lalu digandengnya tangan cowok itu menuju ruang kerja.

Karena Dia Perempuan. | END |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang