52. Are you oke, Kania?

75 17 1
                                    

/ Happy Reading /

-Are You Oke Kania?-

* * * *

Ina mengusik gadis yang terlelap di depan pintu balkon itu. Matahari sudah mulai keluar dari peraduan. Rasanya Kania enggan membuka mata, di tambah lagi rasa sakit di hati dan tubuhnya juga belum mereda. Dengan terbungkuk memegangi pahanya, gadis itu bergerak menuju kasur. Merebahkan diri di sana.

Matanya sembab akibat menangis semalaman, gadis itu sama sekali tak berniat untuk pergi ke sekolah.

Ceklek.

Pintu kamarnya terbuka, Arumi membuka pintu kamar Kania dengan kunci cadangan yang ia punya. Wanita itu berjalan mendekati Kania yang memejam mata di atas kasur. Gadis itu pura-pura tidur.

Arumi menatap Kania sendu. Rasa bersalah menggerogoti perasaannya. Bagaimana gadis tanggung itu memikul beban berat tanpa uluran tangan siapa 'pun?. Wanita itu teringat betapa kejamnya ia pada Kania dahulu. Mengabaikan, mengacuhkan, menampar dan kesalahan lainnya yang ia lakukan. Arumi menyesal.

Wanita itu merangkak ke atas kasur Kania, berbaring di samping gadis itu, memeluk Kania menyalurkan kehangatan.
Di kecupnya kening gadis yang menutup mata itu, tanpa izin air mata Arumi jatuh hingga ke pipi Kania.

"Maafin Mama ya, Nak." Arumi berkata lirih dengan suara bergetar, mengusap lembut surai Kania.

"Maaf karena Mama banyak melukai perasaan kamu dahulu. Mama gak pernah membenci kamu, Nak. Mungkin perlakuan Mama ke kamu dan perlakuan Mama ke Rangga itu berbeda. Namun cinta Mama ke kalian itu sama besarnya. Mama hanya tidak bisa mengutarakan, terlebih lagi rasa kesal terhadap ayahmu yang selalu menyalahkan Mama dan mendeskiriminasi kamu." 

Kania diam mendengarkan semua penuturan Arumi dengan mata yang terus terpejam.

"Mama hanya ingin kamu membenci Mama, untuk mengurangi rasa bersalah ini. Maaf karena kamu menjadi salah satu perempuan tidak beruntung. Maaf karena kamu harus tumbuh di keluarga rusak seperti ini."

"Mama selalu diam-diam memperhatikan kamu. Saat kamu sakit, Mama juga selalu diam-diam menjenguk kamu. Mama gak pernah sepenuhnya abai terhadap kamu. Mama tentu sangat menyangi kamu dan Rangga tanpa berbeda."

"Jika masalah yang kamu hadapi ini sangat berat, tolong bertahan ya sayang. Mama masih ingin menebus semua kesalahan ini, tolong jangan pergi tanpa seizin illahi."

Hiks!!

Isakan yang sedari tadi Kania tahan, lolos. Gadis itu membuka matanya dengan air mata yang sudah jatuh ke samping. Memeluk Arumi erat, meraung keras.

Hati Arumi rasanya teriris ribuan belati, lalu di bubuhi asam garam. Perih sekali. Raungan Kania benar-benar menyakiti hatinya.

Tuhan, tolong sudahi semua duka yang anak ku tanggung ini. Lihatlah, tangisnya begitu nelangsa, raungannya begitu sakit mengudara. Apa sebenarnya yang engkau inginkan dari Kania?.

Arumi semakin erat mendekap tubuh Kania yang bergetar hebat. Ia mendengar tangisan gadis itu saja sudah tak kuat, namun Kania? Anak itu begitu kuat melawan semua duka yang ia hadapi selama ini.

"Lepasin semuanya." Arumi berbisik, meminta Kania melepas semua tangis guna meringani sakit di hati.

Satu jam ... .
Dua jam ... .

Isakan Kania tak terdengar lagi, namun sesenggukan akibat tangisnya masih ada bahkan saat gadis itu tertidur. Arumi mengurai pelukan, mengambil tisu basah dan menyeka bekas air mata Kania yang mulai mengering. Menarik selimut hingga sebatas dada. Saat ini, Arumi ingin menemani Kania dan ikut tertidur di samping gadis itu.

Karena Dia Perempuan. | END |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang