27. Semua masih sama

90 24 1
                                    

Haiii Lupiiii.

Gausah takut aku gantung, aku bakal up terus asal ada yang vote xixi.

Cerita ini udah selesai ku tulis hari ini, ayoo vote terus biar aku up terus.

♡ Happy Reading ♡

__________________
_________

-Semua Masih Sama-

* * * *

Kania duduk di balkon kamar, langit malam ini cerah, gemintang bertaburan menghiasi langit malam dengan bulan sempurna memancarkan indurasmi temaram, karena terkadang hirap timbul ditelan mega hitam.

Gadis itu menatap langit sendu, dingin malam yang menusuk hingga tulang ia abaikan. Hari sudah menunjukkan pukul satu, namun Kania masih enggan masuk ke dalam kamarnya.

Derum mobil mendekat, tampak wanita cantik turun dari mobil dan membuka pagar. Setelah pagar terbuka, mobil tersebut masuk ke halaman rumah.

Kania berjalan keluar dari kamarnya, menyambut Arumi yang kelelahan usai bekerja.

"Dari mana, Ma?" tanya Kania saat wanita itu memasuki rumah.

"Butik." Arumi membalas singkat, mengabaikan Kania dan terus berjalan menuju kamarnya.

"Mama lapar? Mau aku buatin makan?" wanita itu menggeleng. "Masuk ke kamarmu, tidur. Jangan telat pergi sekolah besok." Peringat Arumi, sebelum pintu kamar wanita itu benar-benar tertutup.

Kania menatap nanar pintu kamar Arumi, menghembus nafas berat. Semua masih sama, tak ada yang berubah. Mama masih benci gue.

Kania berjalan menuju dapur, membuka kulkas yang diisi penuh berbagai bahan makanan, camilan dan minuman. Kania mengambil keju di dalam kulkas, membawanya ke meja pantry. Gadis itu mengambil roti tawar, mengolesi sedikit dengan mentega lalu menaruh keju di atasnya dan kembali melapisinya dengan roti. Kania membuat sebanyak tiga roti. Setelahnya, ia masukkan ke dalam microwife selama lima menit.

Kania juga menuang susu ke dalam gelas, menata roti di atas piring. Membawa nampan berisi susu dan roti kearah kamar Arumi, mengetuk pintu kamar wanita itu beberapa kali.

"Mama."

Ceklek.

Pintu terbuka, tampak Arumi mengenakan piyama hitam dengan rambut yang dililit handuk. Cantik.

"Aku buatin roti, jangan ditolak, ya?" Arumi menatap nampan di tangan Kania, lalu menatap anaknya itu sebentar.

"Terima kasih." Arumi mengambil nampan dari tangan Kania, membuat senyum senang terbit di wajah anak perempuannya itu.

"Sama-sama Mama. Good ni—" Kania hendak mencium pipi Arumi, namun wanita itu mengelak cepat.

"Saya lelah, kamu cepat tidur." Kania tersenyum gamang. "Malam, Ma."

Kania  berjalan menaiki tangga kembali menuju kamarnya. Walaupun Arumi masih sama seperti sebelumnya, tak memungkiri Kania yang merasa senang karena wanita itu menerima roti buatannya.

Malam semakin larut, Kania memaksakan diri untuk tidur, tapi tak bisa. Tangannya bergerak mencari kotak yang berisi banyak obat dari psikiater miliknya.

"Alprazolam gue habis." Monolog gadis itu lesu, Kania mengambil tiga butir obat anti depresan yang juga memiliki efek samping mengantuk. Tanpa pikir panjang, gadis itu menelan tiga butir langsung dan berharap dapat segera tertidur.

Karena Dia Perempuan. | END |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang