42. Awal kebahagiaan.

82 17 0
                                    

-Awal Kebahagiaan-

* * * *

Fajar belum terbit, pengajian di masjid mulai memasuki timpani Kania yang masih bergelung di dalam selimut. Perlahan gadis itu membuka mata, menyamakan kadar cahaya yang menusuk retinanya. Meneguk segelas air di atas nakas hingga tandas, lalu bergegas mandi.
Adzan berkumandang, dan Kania sudah siap untuk melaksanakan sholat subuh.

Seusai sholat subuh, Kania menyimpan kembali mukena yang ia gunakan ke tempat semula, duduk di depan meja rias guna mengeringkan rambut yang masih setengah basah. Tak lupa dengan serangkaian skincare pagi, yang tak pernah absen ia gunakan.

Setelah itu, Kania berpindah duduk di meja belajarnya untuk sekedar bermain sosial media dan memutar lagu Treasure di laptopnya.
Kania membuka aplikasi WhatsApp menggulir banyak pesan dan mencari pesan mana yang pantas ia balas.

Gadis itu menghembus nafas pelan, ia berharap akan ada pesan dari Gael, namun ternyata nihil. Rasa kecewanya tak begitu terasa saat pesan dari salah satu admin Brown's Book mengiriminya pesan WhatsApp tadi malam.

Kak Regina BB

Malam Kania.
Maaf ya ganggu kamu malam-malam gini.
Kamu udah bobo?.
Cuma mau nanya, kamu ada waktu buat tanda tangan kontrak ke kantor gak, besok?
Sekalian ketemu sama editor kamu.

Kania

Aduh, maaf kak re, baru bales hehe.
Semalem udah bobo.
Bisa kak, nanti aku ke kantor, ya.
Jam berapa, kak?

Hanya selang beberapa menit untuk Kania menapat balasan dari Regina.

Kak Regina BB

Jam sepuluh pagi ini, bisa dek?

Bisa kak.
Share loc aja ya.

Oke sayang.

💖

Kania menyimpan kembali ponselnya, menyambungkan benda itu dengan pengisi daya. Kania merapikan kembali tempat tidurnya, menata kembali novel ke rak buku seperti semula karena Kania memiliki kebiasaan membaca novel sampai tertidur. Setelah kamarnya rapi, Kania membuka lemari guna memilih baju apa yang ingin ia kenakan.

Matanya tertuju pada salah satu paper bag berwarna hitam yang sangat ia kenali.

"Ini paper bag dari toko mama, 'kan?" Kania bertanya pada angin, membuka tas tersebut dan melihat isinya.

Kania di buat senang bukan kepalang mendapati dress berwarna coklat di dalam sana, di kerah baju bagian dalam, ada bordiran namanya yang mendandakan kepemilikan.
Ia yakin, ini pasti Arumi yang membuatkan baju itu khusus untuknya.

Kania mencoba dress itu, lalu mematut diri depan cermin. Walaupun ini bukan  style Kania yang biasanya, gadis itu tetap merasa senang. Dress coklat dengan hiasan pita putih di dada, panjangnya sebawah lutut terlihat seperti gaun retro. Di bagian tangan ada karet berwarna putih, simple dan casual.

Kania berlari keluar dari kamarnya, menunuruni tangga penuh semangat. Bi Ina yang sedang membersihkan pajangan rumah, menegur Kania untuk tak berlari di tangga.

"Neng, jangan lari-lari di tangga. Nanti jatuh." Peringat wanita itu, namun Kania abaikan.

"Mama mana, Bi?" tanya Kania.

Karena Dia Perempuan. | END |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang