54. Ricuh tanpa henti.

67 16 1
                                    

-Ricuh Tanpa Henti-

* * * *

Kania kembali bersekolah meski dengan rasa cemas dan was-was menghantuinya. Ia sungguh berharap tak akan bertemu dengan Rayanza, si guru biadab itu.

Setibanya di kelas, Kania langsung di sambut dengan pemandangan Gael dan Reani sedang berciuman. Sepertinya keputusan untuk datang pagi-pagi sekali guna menghindari Rayanza adalah pilihan yang salah.

Namun Kania memilih abai, gadis itu melangkah gontai menuju kursinya, membuat Gael dan Reani menghentikan kegiatan. Reani mengusap bibir, "ganggu aja lo!" desis gadis itu.

Kania menulikan pendengarannya, mengambil earphone dalam tas lalu menyumpal kedua telinganya. Dentuman lagu begitu keras memenuhi timpani, hingga tak ada suara lain yang bisa ia dengar.

"Gue sama Gael pacaran."

Kania tak mendengar, gadis itu abai, sibuk membaca buku novel di tangannya. Gael yang sedari tadi memperhatikan mengepal tangan kesal di bawah meja. Cowok itu menarik tengkuk Reani, kembali berciuman.

Kania melirik sekilas, netranya bertemu dengan netra Gael. Gadis itu berdecih, menatap cowok itu jijik.
Red flag resmi berkibar.

Jam pembelajaran telah usai berganti dengan jam istirahat, Kania memilih pergi ke toilet hanya untuk berkaca. Namun saat Kania memasuki toilet, ada seseorang yang mengikutinya.

Kania tersentak kaget saat cowok itu meraih pergelangan tangannya dan mendorong Kania ke salah satu bilik.

"Lo apa-apaan, sih?!" bentak Kania saat Gael menyudutkannya di dalam bilik, mengukung gadis itu dengan tangan.

"Gue pacaran sama Reani."

Kania menatap Gael dengan alis bertaut. "Terus? Gue juga udah tau."

"Gue bakal putusin Reani kalau lo mau pacaran sama gue."

Perkataan Gael membuat Kania tak bisa berkata untuk beberapa saat.

"Lo mau 'kan jadi pacar gue?"

Kania mendengkus pelan, menatap Gael dengan nyalang. "Lo itu annoying tau, gak?! Lo itu red flag banget, sumpah!"

"Gue gak peduli. I just wanna you be my girl friend."

"But im not! Im really not wan't be ur girl friend. Lo itu toxic people, tau gak?!"

"I don't care, im really fucking don't care about that!"

"See? Lo itu egois, tau gak! Awas! Gue mau keluar."

Kania mendorong tubuh Gael hendak keluar, namun cowok itu kembali mengurung Kania di bawah kukungan. "Gue kurang apa?" tatapan mata Gael berubah sendu, namun Kania yang terlanjur kesal tak peduli pada mata itu.

"Kurang waras!"

Kania berhasil lepas dari kukungan Gael dan keluar dari bilik, namun matanya langsung menatap banyaknya murid berkerumun di dalam toilet.

"Bangsat!" umpat Reani, menarik kasar rambut Kania membawa gadis itu keluar dari toilet.

"Anjing!" Kania menyentak kasar tangan Reani dari kepalanya, membuat gadis itu merintih kesakitan. Kania menendang kaki Reani hingga gadis itu terjatuh. Banyak murid mengerumuni dan menyaksikan perkelahian itu.

Reani yang tak terima lantas segera bangkit, hendak menampar Kania. Namun gadis itu menangkisnya cepat. "Janga bikin rusuh!" tekan Kania, menghempas kasar tangan Reani yang ia tahan di udara.

Karena Dia Perempuan. | END |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang