Jangan lupa vote dan komen yea.
Aku cape nulis soal nyeaa.
Rawrrrr
__________________
________-Keluarga Cemara-
* * * *
"Khay, gue pulang nebeng lo, ya?" Khayla melirik Gael sekilas.
"Duh, maaf Kan. Gue mau ketemu bokap." Tolak Khayla beralibi, gadis itu melirik Gael lagi. "Gimana kalau lo sama Gael aja? Woi Gael, mau anterin temen gue gak?"
Cowok itu menatap Khayla, lalu beralih menatap Kania. "Kalau dia mau, gue fine aja."
"Tuh, mau dia Khay. Sana sama Gael aja."
"Ogah, ama Rangga aja gue." Kania melenggang pergi begitu saja, berlari menuju parkiran tempat motor Rangga terparkir.
"Rangga!" panggil Kania, matanya menajam melihat Reani yang berdiri di samping cowok itu.
"Anter gue pulang." Kania mengabaikan Reani, berkata pada Rangga.
"Gak bisa, dia pulang bareng gue." Bukannya Rangga yang menjawab, melainkan Reani.
"Gue ngomong sama lo?" sinis Kania.
"Tapi lo gak lihat gue udah berdiri di samping Rangga?!"
"Terus lo pikir gue peduli?"
Reani menghentak kaki kesal. "Ayah bilang gue pulang sama Rangga!"
"Gael!" Rangga memanggil cowok yang berjalan ke arah mereka, Gael mengangkat sebelah alisnya.
"Tolong antarin Kania pulang, bisa?"
"Lo 'kan adek nya, kenapa nyuruh gue?"
"Kalau gitu anter nih, si Reani."
Reani tersenyum senang. "Ayo Gael, pulang bareng."
"Gue bareng Kania." Gael menarik pinggang Kania mendekat ke arahnya, Rangga menatap Gael tajam.
"Lo!–"
"Apa?" Gael menatap Rangga mengejek.
"Ayo sayang, kita pulang." Gael berkata menggoda, yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Kania.
Gael memasangkan helm coklat milik gadis itu di kepalanya. Reani menatap dengan dua tangan terkepal kesal.
"Lo mau pulang, gak?!" ketus Rangga, membuat Reani menoleh sinis.
Motor Rangga melaju lebih dulu.
"Ayo naik, keburu hujan, Sayang."
"Sayang-sayang kepala lo peyang!" sinis Kania.
"Pegang tangan aku, Yang." Gael semakin gencar menggoda Kania, gadis itu menepis tangan Gael kasar.
"Peluk yang erat, kita nge—"
Plak!!
"BANYAK BACOT LO!" kesal Kania, memukul kasar kepala Gael yang terlindung helm. Gael terkekeh pelan, mulai melajukan motornya membelah jalanan.
Langit terlihat mendung, karena musim hujan, banyak banjir dan longsor terjadi dimana-mana. Kania menutup mata, merasakan bulir-bulir air yang perlahan jatuh dari langit. Bulir itu perlahan menjadi semakin lebat, Gael menepikan motor di sebuah halte bus.
"Sini!" Gael menarik tangan Kania agar lebih mendekat padanya, supaya tak terkena percikan hujan.
"Aku dingin, jadi gak bakal kasih hoodie aku ke kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Dia Perempuan. | END |
Novela JuvenilBagaimana jadinya jika kamu, terlahir sebagai seorang perempuan tetapi tak pernah diharapkan? Hadirmu nyata namun semu. Akankah kau sanggup untuk bertahan hingga mendapat pengakuan?. Permasalahan remaja tak melulu tentang cinta, ada juga tentang mer...