Dua

714 70 5
                                    

"--ketakutan terbesar gue adalah.... hujan. Gue takut hujan"

Jungkook menoleh ke arah Jimin. Dilihatnya raut wajah Jimin yang datar tanpa ekskpresi. Seolah menegaskan jika ia sedang tidak bercanda apalagi main-main dengan ucapannya.

"Kenapa?" Tanya Jungkook memberanikan diri. Ia penasaran.

Bagaimana bisa ada seseorang yang takut dengan hujan? Terlebih lagi dirinya merupakan salah satu pecinta hujan. Sangking cintanya dengan hujan, ia bahkan memberikan nama varsha untuk organisasi OSIS nya ini. Yang dalam bahasa sanskerta jawa, varsha itu berarti hujan.

"Gak pa-pa. Gak ada alasan khusus. Cuma takut aja kak"

Yang lain hanya ber-oh ria mendengar penuturan Jimin. Setelah itu, ia pun kembali ke tempat duduknya. Raga nya seolah terlepas dari tubuhnya. Kalau boleh jujur, tadi itu sangat mengangkan. Belum pernah ia mengatakan kepada siapapun akan ketakutannya. Karena menurutnya, rasa takutnya itu adalah hal yang aneh bagi orang lain.

Kembali ia perhatikan ke-empat kakak kelasnya yang sedang berbicara di depan sana. Sesekali diselingi dengan meminum air dari tumbler yang ia bawa. Padahal bukan ia yang berbicara, tapi malah dirinya yang haus.

Kringgg....

Bel istirahat pun berbunyi. Hal yang ditunggu - tunggu akhirnya datang. Perut Jimin telah bergemuruh karena menahan lapar. Tadi pagi ia tak sarapan karena memang perutnya tidak bisa diisi makanan pagi-pagi. Yang ada nanti ia malah sakit perut dan berakhir ke kamar mandi.

"Karena udah bel. Jadi kita selesain di sini dulu ya. Sekarang kalian semua boleh makan atau jajan di kantin. Nanti kita lanjut lagi setelah istirahat" Ucap Mark.

Mereka berempat kemudian pergi keluar kelas di susul dengan para calon siswa yang ingin membeli makan di kantin. Salah satu nya yaitu Jimin. Ia ikut merayap bersama teman-teman barunya.

Sesampainya di kantin, langsung saja dirinya menuju ke kedai pak endang. Kedai itu menjual nasi kuning dengan berbagai macam lauk seperti ayam goreng, telur, tempe oreg, bakwan jagung, bihun, mie goreng. Pokoknya banyak sekali pilihan lauknya. Ia sampai terbingung-bingung untuk memilih.

"Pak, mau nasi kuning campur bihun sama ayam ya pak. Oiya minta sambelnya agak dibanyakin pak. Kurang sedep kalo gaada sambel"

Jimin mengeluarkan uang pecahan dua puluh ribu. Tangannya mengambil pesanan sekaligus membayar untuk makanannya. Setelah makanan berpindah, ia pun langsung pergi begitu saja. Padahal uang kembaliannya masih terasa dua ribu rupiah. Memang begitulah Jimin, suka sedekah orangnya.

Jimin terdiam di posisinya. Kantin ini sangat ramai. Wajar, karena kelas 10 sampai 12 istirahat berbarengan. Makanya kantin jadi penuh seperti ini. Mereka berdesak-desakan untuk membeli makan. Apalagi di kedai bu Tini. Ih, melihatnya saja Jimin sudah sangat malas. Untungnya ia sudah selesai membeli makan. Sekarang hanya tinggal mencari tempat duduk saja. Tapi itu lah masalahnya. Tempat duduk juga sudah penuh.

Matanya melihat sekeliling, barangkali ada satu atau dua orang yang ia kenal. Hingga akhirnya tatapannya jatuh pada meja di dekat pintu masuk kantin. Ia lantas melangkahkan kakinya ke sana untuk mencoba bergabung dengan mereka. Siapa tau diizinkan. Jika tidak pun tak masalah, ia bisa makan di selasar depan kelas.

"Permisi"

Ketiga orang yang duduk di meja yang Jimin datangi, menghentikan makan mereka. Dan dengan serempak mendongak ke atas "Eh? Jimin ya?" Ucap salah satu yang wajahnya nampak familiar. Sepertinya ia tahu nama Jimin karena undian perkenalan tadi.

"Iya nih hehe. Eum, gue boleh ikut gabung di sini ga ya? Daritadi nyari bangku yang kosong ga nemu-nemu soalnya"

Jimin canggung. Ia tak terbiasa mengajak berbicara orang lain duluan. Biasanya dia hanya akan diam saja di keramaian. Namun jika ada yang bertanya padanya, pastinya ia akan menjawab.

"Yaampun boleh kok. Masa ga boleh? Kan ini fasilitas sekolah, jadi semua siswa bisa pake kali. Santai aja Jim" Pria itu menjawab dengan positif.

Huft.. syukurlah. Tadi Jimin sempat khawatir berlebih. Takut permintaannya akan ditolak. "Makasih ya" langsung saja ia dudukan bokongnya di kursi kosong yang tersisa.

Perlahan, ia mulai melepas dua buah karet yang mengikat kertas nasi berisi makan siang nya. Botol minumnya di buka lalu airnya di tuangkan ke tangan kanannya. Cuci tangan.

Setelah dirasa tangannya sudah basah, segera ia menyuapkan nasi kuning itu ke dalam mulutnya. Eh?Enak banget. Nasi kuningnya enak sekali. Rasa asin, manis, dan gurih meletup-letup dalam mulutnya.

"Eh Jimin. Makan nya pelan-pelan kali hahahah"

"Tau Lo, emang enak banget makanan nya?"

Jimin nyengir. Mulutnya masih penuh dengan nasi. "Iya nasi kuningnya enak banget. Kapan-kapan kalian cobain deh"

Yang lain ikut tertawa, menertawakan kekonyolan Jimin. Lucu juga anak ini, pikir mereka. Ditambah wajah Jimin sangat mendukung tingkahnya. Matanya membentuk bulan sabit kala ia tersenyum, bibir tebal yang akan terlihat seperti anak itik saat sedang manyun, juga wajahnya yang sangat mungil. Imut.

"Oiya, gue boleh tau nama kalian ga? Masa udah ngobrol lama tapi masih belum tau nama"

Ketiganya mengangguk semangat.

Pria yang bertubuh kurus seperti Jimin mengangkat tangan kanannya ke atas. "Gue dulu ya... Kenalin, nama gue renjun. Tadi gue jadi salah satu yang maju ke depan kelas buat perkenalan"

Oh iya Jimin baru ingat. Ternyata Renjun ini juga ikut maju bersamanya. Pantas saja wajahnya seolah tak asing.

"Eh yaampun sorry ya gue ga ngenalin Lo" Jimin jadi tak enak padanya karena sudah tak mengenalinya.

Renjun malah tersenyum. Menurut Jimin senyum renjun itu yang paling manis di antara mereka."Gak pa-pa Jimin, tadi Lo keliatan gugup banget pas di suruh maju. Mungkin gara-gara itu juga Lo jadi nggak fokus"

Jimin hanya mengangguk menanggapinya.

"Oke lanjut ya, nama gue Ryujin. Terserah Lo mau panggil gue apa. Boleh Ryu, boleh Jin. Apa aja boleh deh"

Nah kalau Ryujin ini cantik. Tapi jika dilihat dengan seksama, cewek itu bisa dibilang tampan juga. Bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan penampilan Ryujin yang sedikit tomboi. Tipikal girl crush yang bakal jadi incaran banyak orang.

"Kalau aku Jihan salam kenal ya Jimin"

Berbeda dengan Ryujin, Jihan ini termasuk cewek kalem nan polos. Ia diibaratkan seperti Rapunzel-yaitu seorang putri yang terkurung didalam sangkar menara. Sangat lugu dan suci.

Jimin melambungkan senyum indahnya ke udara "Iyaa salam kenal ya kalian. Semoga kedepannya kita bisa akur terus ya. Seneng deh punya temen baru hehe"

Ryujin menaik turunkan alisnya ke atas dan ke bawah sebagai tanda persetujuannya dengan ucapan Jimin. Lalu mereka pun melanjutkan untuk menghabiskan makan karena sebentar lagi, bel masuk istirahat akan segera berdering.

------------------

Hope you guys enjoyed it....

See you next week💕

Don't forget to vote and comment guys ✨

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang