Anjir seriusan Lo?
Jimin tiduran telentang menatap langit-langit kamarnya. Tangannya menggenggam ponsel miliknya yang diarahkan ke bagian telinga. Ia sedang berbincang-bincang dengan Renjun melalui telepon.
Ia menceritakan segala tentang kejadian tadi siang. Dimana Namjoon yang tiba-tiba datang untuk menemaninya menunggu bus sekolah. Bahkan sampai bus yang ia tumpangi berjalan, baru lah Namjoon pergi.
"Iya njun. Gue jadi ngerasa bersalah sama Ryujin deh" Ucap Jimin tak enak hati. Ia merasa telah berkhianat kepada Ryujin. Walaupun sebetulnya tak dapat disebut begitu.
Yailah Jim. Ryujin mah nggak bakal sakit hati kali. Dia mah orangnya nyantai.
"Beneran?"
Iya...lagian juga emang Lo suka sama Namjoon? Kan nggak. Toh kita juga nggak tau Ryujin beneran suka atau cuma kagum aja
Renjun benar. Untuk apa ia merasa khawatir. Toh Ryujin tidak benar-benar menyebutkan jika ia menyukai Namjoon. Ia hanya memuji Namjoon saja. Dan memuji seseorang bukan berarti ia menyukai orang itu kan? Contohnya Jimin. Ia memuji Jungkook ganteng, namun ia tak menyukai laki-laki itu tuh.
"Iya Njun. Lo bener. Gue nya aja yang berlebihan kayaknya"
Yaudah Jim. Jangan dipikirin terus
Jimin terduduk. Ia berjalan ke arah dapur karena tiba-tiba tenggorokannya terasa kering.
"Iya Njun"
Terus?
"Terus apa?"
Udah? Lo nelpon gue cuma buat ngomongin itu doang Jim?
Jimin melipat bibirnya setelah meminum segelas air. Ia jadi gugup setelah Renjun bertanya. Niat awalnya memang bukan membicarakan Namjoon. Namun tadi suara nya tak dapat keluar. Ia tak bisa menyuarakan niat aslinya yang sebenarnya. Alhasil ia pun malah menceritakan tentang Namjoon.
"Euhm anu...." Jimin menggaruk tengkuknya. Ia ragu. Antara harus bercerita atau tidak.
Anu apa...? jangan bikin gue main tebak-tebak an deh Jim. Gue udah pusing gara-gara kuis ekononi tadi
Jimin mencebik "Ck, gue nggak tau harus mulai dari mana"
Yailah segala pake nggak tau. Tinggal bilang aja tadi kak Jungkook abis modus sama Lo di lapangan
"Uhuukk uhuukk" Jimin tersedak ludahnya sendiri. Ia kaget. Apa-apaan itu? bisa-bisanya Renjun seolah dapat membaca pikirannya "Kok bisa nebak gitu?"
Iyalah, orang tadi gue ngeliat Lo berdua lagi duduk di bangku deket lapangan pas mau ke toilet
Jimin gerogi. Ia menggigit bibir bawahnya. "Sebenernya gue nggak tau sih dia modus atau nggak. Soalnya rada ambigu gitu Njun"
Jimin tak ingin ge'er dulu. Bisa saja tadi Jungkook hanya berbasi-basi dan tak benar-benar ingin mengenal Jimin lebih jauh.
Emang, dia ngomong apa?
Jimin mencoba mengingat kembali perkataan Jungkook. Ia ingin menyebutkannya dengan sesuai. Persis seperti apa yang Jungkook katanya kepadanya. Tak ingin mengurang-ngurangi ataupun menambah-nambahkan. Pokoknya harus plek-ketiplek sama.
"Seinget gue dia bilang gini 'Karena gue mau ngertiin Lo, gue mau ngerti segala hal tentang Lo' gitu Njun. Gue jadi bingung. Gue nggak mau ge'er sebenernya, tapi gimana ya? Siapa sih yang nggak ge'er kalau di gituin?" Jimin merajuk. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana. Tak ingin menjauh, tapi suasanya sudah canggung ketika ia berdekatan dengan Jungkook. Salah satu dari mereka seperti menjaga jarak satu sama lain. Dan Jimin jadi dibuat tak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
VARSHA || KOOKMIN [✓]
FanfictionSemua orang suka hujan. Namun tidak dengan Jimin. Laki-laki itu benci hujan, lebih lagi ia takut dengan hujan. Tak masalah jika pada saat hujan ia berada di dalam ruangan tertutup. Namun akan menjadi masalah jika ia melihat atau bahkan marasakan huj...