Empat

566 55 2
                                    

"Aku pulang"

Jimin membuka sepatunya dan langsung memasuki rumah kediamannya.

Kalau siang-menjelang sore begini rumahnya pasti sepi. Hal itu dikarenakan kedua orangtuanya pergi bekerja. Mereka baru pulang nanti saat matahari mulai terbenam di ufuk barat.

Jimin melemparkan tasnya ke sembarang arah, lalu menidurkan dirinya di atas sofa depan televisi. Biasanya memang seperti itu. Ia tak langsung pergi ke kamarnya untuk ganti baju. Justru ia malah akan berleha-leha sejenak di ruang keluarga. Menikmati kesunyian di rumah satu lantai namun luas ini.

"Laper deh, mama nyiapin makan ga ya?"

Ia beranjak ke arah dapur. Membuka tudung saji di atas meja makan. Ada sepotong ayam goreng di atas meja. Namun bukannya mengambil piring untuk makan, ia malah menutup kembali tudung saji yang ia buka. Tak jadi makan.

Ayam gorengnya hanya ada satu. Maka pasti mama-nya menyiapkannya hanya untuk kakak nya saja. Sementara Jimin harus menunggu hingga sang mama pulang terlebih dahulu untuk bisa makan.

Memang begitu. Sebelumnya ia tak terlalu mempermasalahkannya. Namun lama-lama ia juga merasa lelah. Tapi mau bagaimana lagi? Ia tak dapat merubah apapun.

Kecewa. Ia pun memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Lebih baik ia mandi, ganti baju, lalu pergi tidur. Setidaknya rasa laparnya akan tertunda jika ia tidur.

*******

Mata Jimin menatap nafsu ke arah piring berisi udang-udang gemuk itu. Udang memang makanan kesukaannya. Makanya tak heran jika ia masih belum puas setelah memakan dua buah udang sebelumnya. "Ma, aku mau ambil udangnya lagi boleh nggak?"

Jimin melirik mama nya yang duduk persis dihadapannya. Wanita itu meletakkan sendok makan-nya di atas piring. Matanya langsung tertuju ke arah Jimin dengan dingin.

"Kamu nggak liat udangnya sisa dua?"

Jimin menelan ludah. Ia berkata dengan suara bergetar. "Justru itu mah. Karena udangnya masih sisa dua, aku mau ambil lagi ya?"

"Jangan egois. Udang itu buat kakak kamu" Mama-nya melanjutkan kembali kegiatannya. Menyuap sesuap nasi dan sayur ke dalam mulut. Tak menghiraukan wajah Jimin yang sudah nampak masam.

"Tapikan ma, tadi kakak juga udah makan dua udang. Terus sekarang udangnya sisa dua. Jadi boleh dong buat aku satu, buat kakak satu"

Sang mama menghentakkan sendoknya ke piring. Menciptakan sura dentingan yang memekakkan telinga.

"Mama bilang jangan egois Jimin. Kakak kamu tuh nggak suka sayur, makanya udangnya Mama lebihin.  Mama sama papa nggak pernah ya... ajarin kamu untuk egois. Kalau kamu mau nambah, ambil aja sayur atau telurnya"

Jimin tersentak. Sudahlah. Ia jadi tidak nafsu makan jika suasana telah berubah seperti ini. Ia pun memilih untuk menyudahi makannya yang masih tersisa seperempat nasi lagi.

"Aku mau ke kamar. Udah selesai makannya"

Tanpa menunggu balasan dari orangtua nya. Jimin pun pergi meninggalkan ruang makan. Ia melangkah dengan hati yang berat. Sudah harus menunggu untuk makan, sekarang juga dilarang untuk makan apa yang ia mau.

"Ck, curang" gumamnya sambil melangkah masuk ke dalam kamar.

Brukk

Jimin merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tangannya mengepak ke atas ke bawah bagai memiliki sayap. Sedangkan kakinya yang menggantung, ia goyangkan.

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang