Sepuluh

469 58 11
                                    

"Jimin... Orangtua kamu mana?"

Bu eumji melipat kacamatanya hanya untuk beradu tatap dengan Jimin. Saat ini mereka sedang berada di ruang BK. Dan diantara semua temannya yang tadi masuk ke dalam ruangan ini, hanya Jimin seorang yang datang tidak bersama dengan orangtua. Minimal salah satu dari kedua orangtuanya pun tidak.

"Anu bu... Ehmm orangtua saya kerja jadi nggak bisa datang"

Jimin kalang kabut untuk menjelaskan. Pasalnya ia tak ingin bu eumji menilainya dengan buruk. Kedua orangtuanya memang tidak bisa hadir karena mereka bekerja. Baik papa maupun mama Jimin tidak ada yang ingin meluangkan waktunya untuk memenuhi panggilan dari sekolah. Menurut mereka pekerjaan itu nomor satu.

"Yasudah kalau begitu. Tapi kamu harus janji tidak akan mengulangi kesalahanmu lagi"

Jimin mengangguk mantap. Ia yakin akan bisa memegang janjinya. Semoga saja tidak ada lagi masalah yang datang menemuinya.

Bu eumji mengeluarkan selembar kertas kosong dan sebuah pulpen berwarna hitam dari laci nya. Benda tersebut di letakkan di atas mejanya.

"Sekarang kamu tulis surat permintaan maaf disini" Ucap bu eumji menunjuk kertas kosong tadi.

Jimin mematuhi perintah gurunya tersebut. Ia lantas mengambil pulpen dan mulai menuliskan kalimat-kalimat penyesalaan ke dalam kertas.

Ia mencurahkan segala perhatian untuk menghasilkan pernyataan yang meyakinkan. Ia merasa bersalah karena tindakan tidak rasionalnya.

Hingga setelah 15 menit berlalu, surat permintaan maaf nya itu pun akhirnya selesai. Ia kemudian memberikan kertas tersebut kepada bu eumji.

"Ini bu, surat saya udah selesai"

Bu eumji menerima surat tersebut, lalu dibacanya sekilas sebelum dilipat dan diletakkan kembali ke dalam laci mejanya.

"Kalau gitu, kamu sudah boleh kembali ke kelas"

"Baik ibu, terimakasih"

Jimin menyalami tangan bu eumji. Lalu melangkah keluar ruangan dengan hati yang lega. Akhirnya sedikit bebannya telah terangkat dari pundak, ya meskipun beban tersebut juga merupakan ulahnya sendiri. Tapi paling tidak ia telah berhasil bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukan.

Ia berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang sepi sebab seluruh siswa sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Namun, bukannya langsung beranjak ke kelas, Jimin malah menghentikan langkahnya dan duduk di salah satu kursi panjang depan lapangan. Ia ingin menikmati sejenak kesunyian ini. Ditemani dengan semilir angin sejuk yang menghembus di sela-sela rambutnya. Apalagi cuaca siang ini sedikit mendung, menambah suasana menjadi semakin menenangkan. Semoga saja hujan tak lekas turun, jika tidak maka ketentraman ini malah akan berubah mencekam.

"Jimin?" Panggil seseorang yang telah terduduk di samping Jimin.

Jimin menoleh ke samping. Dilihatnya wajah kakak kelasnya yang belakangan ini bersikap aneh.

"Kakak ngapain disini?"

"Lo sendiri ngapain disini?"

Jimin mendengus.

"Ditanya kok malah balik nanya"

Pria itu tersenyum tipis. Ia menengadahkan kepalanya ke atas. Menatap langit biru yang sebagian awannya telah berubah menjadi hitam.

"Lagi pengen menyendiri aja sih"

"Oalah"

Jungkook berhenti menatap langit. Lalu beralih menatap ke arah sebelah kanannya----tempat dimana Jimin berada.

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang