Tujuh

474 50 2
                                    

Keesokan paginya. Jimin terduduk di meja makan bersama dengan papa dan mama nya. Sedangkan sang kakak, Yoongi. Masih belum hadir dalam perkumpulan keluarga ini. Kemungkinan besar dia sedang berganti pakaian di kamarnya.

Di atas meja makan, telah tersedia roti dan selai kacang sebagai menu sarapan mereka. Tak lupa dengan susu coklat sebagai pendamping. Jimin tak suka susu putih. Ia akan mual apabila meminumnya.

Tangan Jimin menjulur mengambil dua buah roti. Lalu ia oleskan selai kacang itu pada salah satu bagian roti miliknya. Kemudian ia tutup dengan roti yang lain. Selesai, ia pun memakan rotinya dengan lahap, sambil menunggu sang kakak untuk berangkat ke sekolah bersama. Untungnya saat mandi tadi ia telah memenuhi panggilan alam sehingga perutnya bisa diisi oleh sedikit makanan. 

Yang ditunggu pun akhirnya keluar dari kamar. Ia berjalan sangat lambat untuk sampai ke meja makan. Hingga akhirnya ia sampai dan langsung duduk di kursi yang tersisa.

Setelah sang kakak duduk, dengan cekatan mama nya menyiapkan roti untuk anak sulung nya. Begitu juga dengan susu putih yang seputih kulit Yoongi.

"Sayang, ini rotinya dimakan, terus susu nya juga harus dihabisin ya"

Mama mengelus puncak kepala Yoongi dengan sayang. Sambil bibirnya melengkung tersenyum.

Yoongi pun membalas senyuman mama. "Iya ma, nanti aku habisin"

Jimin telah memakan habis rotinya. Diliriknya jam tangan di lengan kirinya. Sudah pukul tujuh kurang dua puluh lima menit. Sedangkan masuk sekolah adalah pukul tujuh. Namun kakaknya terlihat begitu santai. Sedangkan ia sudah gelisah dalam duduknya.

"Kak, makan nya di Mobil aja yuk. Udah jam segini nanti kita telat" kata Jimin khawatir.

"Loh gue kan masuk setengah delapan" Yoongi menjawab dengan kelewat santai.

Hal itu karena Ia dan Jimin berbeda sekolah. Makanya jam masuknya pun berbeda. Sangking santainya, ia bahkan terus melanjutkan makan dengan lahap tanpa memedulikan Jimin yang sudah ketar-ketir. 

Jimin berdecak. "Tapi gue masuk jam tujuh. Pengertian dikit kenapa sih?"

Yoongi hanya diam tak menanggapi.

"Sabar Jimin. Kakak kamu baru aja makan rotinya. Tunggu sebentar lagi ya"

Sang papa mencoba untuk menenangkan Jimin. Ia lantas mengisyaratkan kepada Yoongi untuk tak menghiraukan adiknya dan lanjutkan saja sarapannya.

Setelah lima menit berlalu, Yoongi menenggak habis susu putih buatan sang mama dalam satu tarikan. "Dah, yuk jalan"

Jimin langsung bangkit. Ia berjalan dengan tergesa-gesa ke arah mobil. Ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Duduk di kursi penumpang. Ia tak pernah mau untuk duduk di samping kemudi, karena tempat itu adalah milik Yoongi.

*******

Mobil yang di kendarai oleh papa Jimin berhenti di lampu merah. Sekolah Jimin belok kiri, sedangkan sekolah Yoongi belok kanan. Dari lampu merah ini, sudah dekat dengan sekolah Jimin. Mungkin sekitar 500m lagi.

"Pa, anterin aku dulu ya? Kan sedikit lagi sampe di sekolah aku pa" Ucap Jimin.

"Nggak bisa Jimin. Antar kakak kamu dulu ya"

Biasanya, mereka memang mengantar Yoongi terlebih dahulu. Tapi kali ini seharusnya berbeda. Sebentar lagi bel masuk di sekolah Jimin akan berbunyi. Kalau mereka mengantar Yoongi terlebih dahulu, maka Jimin akan terlambat datang ke sekolah. Yang mana akan membuatnya dihukum oleh guru piket.

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang