Sembilan

457 46 6
                                    

Di dalam kelas, Jimin dikerubungi oleh ketiga temannya. Mereka menatap Jimin dengan mata memicing. Mencoba mengintimidasinya dengan tatapan.

Harusnya Jimin senang karena teman-temannya rela mati-matian membantu dirinya. Bahkan sampai rambut mereka----kecuali Jihan, terlihat acak-acak an seperti ini.

Namun nyatanya ia tidak bisa senang. Karena walaupun ia terbebas dari tiga serangkai itu, kini dirinya malah harus terjebak dengan tiga se-bangkai ini.

"Iya-iya, gue jelasin. Sabar dulu kenapa sih"

Jimin mulai membuka suara. Ia risih di tatap seperti itu oleh mereka. Apalagi dengan rambut berantakan begitu. Duh, Jimin tak bisa menahannya. Risih.

Ketiganya lantas mengambil kursi dengan asal. Lalu di geretnya kursi tersebut ke tempat Jimin duduk. Membuat mereka terlihat duduk setengah melingkar dengan Jimin berada di depan mereka.

"Jadi gini... Tadi tuh gue terpaksa jalan dari lampu merah depan. Terus nggak sengaja ketemu kak Jungkook. Dia tawarin gue tumpangan, awalnya gue nggak mau. Tapi gue kepikiran, masa gue harus telat sih? Jadi yaudah, gue ikut aja deh sama kak Jungkook"

Renjun semakin memicing. Ia mencium bau-bau asing namun familiar. Semacam keadaan saat ia PDKT dengan mantannya dulu. Persis seperti perlakuan kak Jungkook pada Jimin. Ia yakin, kakak kelasnya itu sedang modus kepada temannya.

"Kak Jungkook keliatan banget modusnya njir. Jangan-jangan Lo beneran lagi deket sama kak Jungkook ya?!"

Ryujin menepuk tangannya satu kali. Di sambi dengan anggukkan kepala. Ia sangat menyetujui ucapan Renjun barusan.
"Bener! Keliatan banget modusnya. Lagi PDKT-an ya Lo berdua?! "

Lain cerita, Jimin malah memandang lelah ke arah keduanya. Bingung sekali dia tuh, mengapa temannya ini tak bosan-bosan untuk menjodohkannya dengan Jungkook.

"Nggak capek ya kalian berharap gue sama kak Jungkook terus? Gue tau dia lumayan baik, tapi nyebelin. Bukan tipe gue"

Renjun mendelik. Meskipun sehari-hari wajahnya sudah tampak julid, tapi hari ini terlihat dua kali lebih julid lagi. Jimin bahkan ingin sekali mengusap kasar wajah laki-laki itu, kalau saja ia bukan temannya.

Tapi, ia heran kenapa ya semua orang yang berwajah julid memiliki senyum paling manis? Begitupun Renjun. Meski julid begini, menurutnya senyuman Renjun itu yang paling manis diantara temannya.

"Bukan gitu, tapi gue cuma punya feeling aja. Kayak yakin banget Lo ada apa-apa sama kak Jungkook"

Jimin menggeleng. "Nggak ada njun. Harus berapa kali gue bilang kalau gue ga tertarik sama dia"

"Kalo Lo ada apa-apa juga nggak pa-pa sih Jim"

"Misi... Sorry ganggu obrolan kalian"

Ketiganya menoleh kebelakang, sedang Jimin menengadahkan kepalanya ke atas. Namjoon berdiri dibelakang teman-temannya dengan menatap lurus ke arah Jimin.

"Jim, mending Lo ganti baju dulu deh... Takut Lo masuk angin"

Tangan laki-laki itu menjulur memberikan sesuatu yang nampaknya sebuah jaket.

"Nih, pake jaket gue aja. Daripada pake baju basah gitu. Yang ada nanti malem Lo meriang"

Ryujin mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia memandang takjub ke arah Namjoon yang berdiri persis dibelakang kursinya. "E-eh Namjoon.."

Namjoon memandang Ryujin sekilas. Namun langsung memalingkan wajahnya kembali ke arah Jimin. "Nih Jim, pakai aja"

Jimin ragu, tapi ia membutuhkan jaket itu. Tak mungkin kan jika ia pulang dengan keaadan basah kuyup seperti sekarang? Maka dari itu dengan perlahan, ia pun mengambil jaket yang Namjoon berikan. Jaket navy dengan lambang NBA di tengahnya itu pun sudah berpindah ke tangan Jimin.

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang