Dua Sembilan

331 32 11
                                    

Suasana gelap sudah menghiasi langit ibukota. Tak terasa mereka telah menghabiskan waktu selama ini. Apalagi Jimin terlihat sangat kelelahan setelah berteriak-teriak selama beberapa jam. Ia bahkan sempat muntah ketika menaiki wahana ontang-anting. Kepalanya pusing hingga perutnya bergejolak dan mengeluarkan seluruh isi perutnya.

Sekarang ia tengah bersandar pada punggung Jungkook. Mereka sedang mengarah menuju ke rumah Jimin dengan motor Nmax milik Jungkook. Tangan Jimin melingkar di pinggang Jungkook, berpegangan dengan erat agar dirinya tak jatuh terpelanting ke aspal.

"Kaak, mual banget" ucap Jimin lirih.

Jungkook bingung. Ia khawatir Jimin akan muntah lagi. "Iya sebentar ya, bentar lagi kita sampe rumah kamu kok" ucap Jungkook menenangkan Jimin dan tentu saja menenangkan dirinya sendiri juga.

Hingga pada akhirnya mereka pun sampai di depan rumah Jimin. Lantas Jimin turun dari atas motor dengan perlahan.

"Makasih kak" ucap Jimin. Wajahnya merengut seketika rasa mual itu hadir kembali. Jimin sudah seperti sedang hamil yang terkena kondisi morning sickness.

"Abis ini mandi terus langsung tidur. Jangan main hp nanti malah tambah pusing. Kalau perlu minum Antangin siapa tau kamu masuk angin"

Jimin mengangguk. Wajahnya masih tidak dapat dikondisikan. "Iya kak"

"Yaudah aku pamit ya" Jungkook pamit. Ia mengusap rambut sekaligus wajah Jimin.

"Kaakk nanti aja" ucap Jimin terlihat sangat melas.

Sejujurnya Jungkook ingin menertawakan Jimin. Namun ia tak tega ketika melihat wajah kelelahan pria itu. "Duh kasian banget sih pacar aku ini" ucapnya mencubit pipi Jimin pelan.

"Kaak belom pengen pulang" ucap Jimin manja. Ia menempelkan keningnya di bahu Jungkook. Menahannya untuk tidak pergi. Walaupun kepala dan perutnya tidak bisa diajak kompromi, tapi Jimin masih ingin berlama-lama bersama Jungkook.

"Jangan gitu, ini udah malem dan besok kita harus sekolah. Badan kamu juga udah nggak fit. Jangan sampe besok kamu nggak masuk sekolah cuma gara-gara sakit abis jalan-jalan"

"Eunghh masih mau main sama kak Jung"

Wajah Jungkook menatap tegas ke arah Jimin. Tangannya di pangkukan di pinggangnya. "Jimin... Udah ya besok-besok lagi mainnya"

Bibir Jimin cemberut. Ia bete karena Jungkook tak menuruti kemauannya. Benar-benar seperti orang hamil muda yang sedang ngidam dan semua keinginannya harus dituruti.

"Jangan cemberut, besok kita masih bisa ketemu sayang. Udahan ya ngambek nya?" Bujuk Jungkook. Bahaya juga jika Jimin ngambek. Baru juga pacaran masa harus diem-dieman karena masalah sepele?

Jimin menunduk ke arah sepatunya. Air mukanya masih nampak kesal karena penolakan Jungkook. Tapi ucapan Jungkook memang benar. Hari sudah cukup larut dan besok mereka harus masuk ke sekolah. Apalagi sepertinya bukan hanya dirinya saja yang lelah, tapi Jungkook pasti juga sudah sangat lelah. Ia tak mungkin membuat Jungkook yang baru sembuh dari DBD kembali jatuh sakit. "Yaudah deh kak, Kakak boleh pulang"

Senyum Jungkook terbit di bibirnya. "Masih cemberut aja, sini-sini peluk dulu biar cemberutnya hilang" kedua tangan Jungkook terbuka lebar menyambut Jimin.

Tanpa ba-bi-bu, Jimin langsung menubruk tubuh Jungkook. Entah sudah yang ke berapa kalinya ia memeluk pria ini. Dirinya tak akan bosan. "Thanks for today, babe"

"You too, this day is the best day ever" Ucap Jungkook semakin memeluk erat tubuh Jimin dan menghirup aroma parfum kekasihnya.

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang