Tiga Tujuh

317 31 3
                                    

Pagi yang cerah menyambut aktivitas kedua kakak beradik yang sudah berseragam rapi di depan pintu mobil. Salah satu dari keduanya tiba-tiba saja menyodorkan sebuah kotak berwarna ungu ke hadapan yang lain. "Bawa nih bekel" ucap nya.

Dengan senang hati Jimin mengambil kotak bekal tersebut. Apalagi hari ini ada pelajaran olahraga. Yang mana ia membutuhkan asupan tambahan untuk perutnya. "Oke thanks" ucapnya.

Lantas mereka berdua pun masuk ke dalam mobil. Namun untuk kali ini, Yoongi tak memilih duduk didepan samping kemudi. Melainkan duduk di sampingnya pada kursi penumpang. Yang mana itu membuat Jimin sedikit keheranan meski sejujurnya ia tak perlu merasakan begitu.

Setelah keduanya siap di posisinya, dengan perlahan mobil mulai berjalan melintasi jalan raya. Pagi ini jalanan yang biasanya begitu ramai, kini nampak sangat lenggang. Mobil mereka bahkan tak perlu berhenti di tengah-tengah jalan hanya untuk merayap bersama mobil-mobil lain seperti kemarin. Yang mana membuat mood Jimin pun jadi meningkat sedemikian rupa. Berharap agar suasana hatinya tak berubah hingga malam nanti.

Karena perasaannya yang baik, Jimin menoleh ke sebelah kanannya dimana Yoongi berada. Mencoba untuk membuka obrolan dengan pria itu seperti saran Namjoon kemarin. Semalam ia tak sempat untuk berbincang dengan sang kakak karena pria itu yang mengurung dirinya dikamar setelah pulang dengan Namjoon. Entah apa yang kakkabya itu tengah pikirkan hingga melewatkan makan malamnya.

"Kak, Lo kenapa nggak mau bawa bekel?" Tanyanya.

Yoongi yang tadinya sedang asik bermain hp pun menoleh ke arah Jimin. "Lagi nggak pengen" ucapnya. Meski masih terdengar dingin, namun untungnya tak terdengar sinis.

"Ooh" tiba-tiba Jimin nge-stuck. Dia tak tau harus mengatakan apa lagi. Jika menanyakan tentang perasaan Yoongi saat ini, sepertinya itu terlalu cepat dan akan terasa gegabah.

"Gimana pacar Lo?" Tanpa disangka-sangka, Yoongi sendiri yang malah melewati batas yang Jimin takut kan.

Membuat Jimin jadi terkaget-kaget. Apalagi hal yang ia tanyakan sudah termasuk ke dalam ranah privasi. Jadi apakah kakaknya itu sudah tak keberatan apabila Jimin mencoba untuk bertanya tentang kehidupan pribadi pria itu? Selama ini ia merasa sudah memiliki jarak yang begitu jauh dengan Yoongi.

"Dia... Baik-baik aja kak"

"Kelas berapa?" Tanya Yoongi lagi.

"Kelas 12 sama kayak Lo" ucap Jimin. Kemudian melemparkan senyum tipis ke arah Yoongi.

Yoongi pun mengangguk. "Ooh..."

"Iya kak"

"Oh iya, Kalau nggak salah katanya Namjoon temen sekelas Lo?"

"Hm? Iya kak, kenapa?"

"Orangnya gimana?" Tanya Yoongi, jujur saja sebenarnya Yoongi merasa sangat canggung ketika menanyakan perihal ini. Namun rupanya Namjoon telah berhasil membuat Yoongi penasaran. Setelah percakapan mereka semalam, hati Yoongi pun tergerak. Ucapan Namjoon begitu hangat dan menenangkan sampai-sampai Yoongi tak berpikir dua kali untuk mengeluarkan semua perasaan tentang hidupnya selama ini.

"Namjoon orang baik kak. Dia nggak pilih-pilih dalam berteman. Suka bantu orang lain juga. Pokoknya definisi cowok gentleman banget deh" ucap Jimin.

"Oh ya?"

"Iya, dia baik banget deh orangnya"

"Kalau semisalkan gue terima perjodohan ini, menurut Lo gue bakal nyesel atau nggak?"

Jimin mengerjapkan matanya beberapa kali. Sedikit terkejut saat mendengar penuturan Yoongi. "Kalau menurut gue sih kayaknya Lo nggak bakal nyesel"

*******

"Gimana Jim? Udah ada progres sama kakak Lo?" Namjoon menyapa Jimin yang tengah duduk di bangkunya sendirian saat teman-temannya yang lain sedang pergi ke kantin.

Pertanyaan Namjoon membuat senyum dibibir Jimin mengembang. "Udah dong, nih kakak gue kasih bekel nya ke gue" ucap Jimin menunjukkan kotak bekal ungunya kepada Namjoon.

Perasaan Namjoon ikut senang. Sedikit banyak ia ingin membantu keluarga itu untuk bisa damai. Kasian Jimin jika terus menerus disalahkan oleh keluarganya. Padahal jelas-jelas hal itu adalah bukan kesalahannya. "Bagus deh, gue ikut seneng dengernya" ucap Namjoon.

"Iya Joon gue seneng banget deh serius, ditambah lagi tadi gue sama dia juga saling tuker cerita gitu Joon. Gue nggak nyangka kakak gue bakal nanya gue balik"

Menerka jika obrolan mereka akan cukup panjang, maka Namjoon pun memilih untuk duduk di kursi kosong sebelah Jimin agar dapat leluasa mendengarkannya. "Kan gue bilang, dia itu nggak benci sama Lo Jimin. Apa ya... Dia tuh kayak cuma gengsi aja buat nunjukin rasa sayangnya dia"

Jimin cukup setuju dengan ucapan Namjoon. "Iya sih Joon. Ada juga yang bilang ke gue kalau mungkin sebenernya kak Yoon itu cuma butuh orang buat disalahin aja karena dia nggak bisa terima kenyataan kalau sebenernya ada bagian yang salah juga dari diri dia"

"Iya Jim, Lo bisa bertahan kok Jim. Gue bisa pastiin kalau kakak Lo bakal berubah sebentar lagi"

Mendengar dukungan dari Namjoon, Jimin lantas tersenyum ke arah pria itu. Dirinya begitu bersyukur karena memiliki banyak orang yang sayang padanya. Yang dengan sepenuh hati merawat dan menjaganya ketika dirinya benar-benar jatuh. Yang rela mendengarkan ceritanya dan memberikan pundak mereka sebagai sandaran baginya. Yang akan maju paling depan jika ada siapapun yang berani mengusiknya. Jimin sangat beruntung.

"Makasih banyak ya Joon" ucap Jimin.

"Iya sama-sama Jimin"

"Eh iya btw Joon Lo tau nggak? Kayaknya kakak gue bakal terima perjodohan kalian deh" Jimin sangat bersemangat menceritakan hal ini. Karena kalau boleh jujur, Jimin sangat mendukung keduanya untuk bisa bersama.

"Kenapa bisa ngomong gitu?"

"Soalnya tadi di mobil, kakak gue nanya pendapat gue tentang perjodohan kalian hihihi cieee sebentar lagi bakal punya jodoh hahaha" Jimin tertawa hingga matanya tenggelam.

"Cieee bentar lagi jadi adek ipar gue hahahah"

"Lah iya juga hahaha"

"EKHEM" seseorang tiba-tiba saja berdehem hingga menginterupsi tawa keduanya.

Namjoon lantas menoleh. Lalu mendapati mata Jungkook yang telah menatap tajam ke arahnya. Namun sayangnya, Namjoon sama sekali tak terinfimidasi dengan tatapan yang Jungkook berikan. Ia malah membalas tatapan Jungkook dengan senyum. "Hai kak" ucapnya.

"Lo.. ngapain Lo Ama pacar gue?" Tegur Jungkook. Buru-buru ia memindahkan Namjoon untuk menjauhi Jimin. Lalu dirinya menggantikan posisi yang sebelumnya Namjoon tempati.

"Yailah... Nggak ngapa-ngapain. Emang temen sekelas kaga boleh ngobrol apa?"

"Nggak boleh. Apa Lo?!"

"Hiih yaudah nih ambil sonoh sepuas Lo. Lagian gue udah punya calon jodoh kali" Namjoon mengalah.

Ia pun lebih memilih untuk pergi dari sana daripada harus berdebat seperti bocah dengan Jungkook. Ya meskipun hatinya sedikit merasakan getir. Tapi tak apa-apa. Sebab Namjoon lebih mementingkan kebahagiaan Jimin dan juga Yoongi. Ia tak ingin menganggu hubungan sepasang kekasih itu yang akhirnya malah akan membuat Jimin sakit. Selain itu, alasan lainnya ialah dirinya menginginkan untuk mengenal Yoongi lebih jauh. Dalam kata lain, Yoongi begitu menarik hingga Namjoon sangat tertarik untuk mengenal dirinya.


-----------------------

Hope you guys like it 🤗

See you in the next chapter 💕

Jangan lupa vote and comment nya ya guys ✨

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang