Tiga Enam

305 26 5
                                    

"Uwahh..." Tanpa sadar Yoongi berdecak kagum melihat pemandangan didepannya.

Setelah sekian lama, akhirnya Yoongi dapat melihat pemandangan malam kota Jakarta lagi. Sebab selama beberapa tahun terakhir ini, hidup Yoongi hanya sebatas sekolah pulang sekolah pulang. Tidak ada aktivitas yang berarti yang dapat ia lakukan. Ya hal itu tentu karena keterbatasan fisiknya sehingga orang tua nya tidak mengizinkan dirinya untuk pergi terlalu jauh. Jikalaupun memang harus pergi, maka sang papa atau mama nya harus menemani.

"Lo suka?" Tanya Namjoon memandang Yoongi disebelah kirinya.

"Hmm suka"

Setelah itu mereka berdua hanya diam menikmati pemandangan dari salah satu jembatan layang. Rambut keduanya pun melambai tertiup angin malam yang begitu sejuk. Suara desing mesin motor dan mobil yang berlalu lalang menjadikannya seperti sebuah alunan lagu yang menemani di tengah ke-diaman mereka. Keduanya hanya terus memandang pemandangan tanpa berucap sepatah katapun. Tak tau apakah karena tidak ada yang memiliki topik pembicaraan atau karena lebih nyaman dengan kesunyian mereka.

Yang jelas, keduanya masih berfokus menatapi gedung-gedung pencakar langit yang disinari oleh cahaya rembulan. Yang mana mampu membuka kembali harapan yang sempat Yoongi tutup rapat-rapat. Harapan untuk bisa bahagia dan menerima semua yang telah digariskan Tuhan untuk hidupnya. Selama ini ia selalu merasa jika seluruh hal ini tak seharusnya terjadi kepadanya. Seharusnya ia bisa bahagia jikasaja hal buruk itu tak terjadi. Namun ia lupa jika ada beberapa hal yang selama ini telah membuatnya merasakan sedikit rasa kebahagiaan. Salah satunya adalah dengan memandangi gemerlap lampu kota. Sama seperti Jimin, Yoongi pun juga menyukai cahaya lampu.

"Gimana perasaan Lo? Lebih lega sedikit?" Tanya Namjoon menoleh ke arah Yoongi.

Yoongi mengangguk singkat. " Ya... Lumayan lah" ucapnya setelah itu menghembuskan nafasnya.

Namjoon kembali menatap ke arah depan. "Bagus deh"

"Hmmm"

"Btw.... Lo,, kenapa musuhan sama Jimin?" Tanya Namjoon penasaran.

Yoongi lantas memandang datar ke arah Namjoon. "Lo tuh kepo banget kenapa sih?"

"Ya namanya juga kepo, alesannya pasti karena penasaran lah"

"Penasaran sama gue atau sama Jimin? Lagian kalau pun gue jawab, terus urusannya sama Lo apa hah?"

"Ya nggak ada sih tapi nggak enak aja diliatnya kalau kalian musuhan. Masa adek kakak musuhan gitu"

Yoongi kembali menatap ke arah depan. "Kita nggak musuhan"

"Terus kenapa Lo sama nyokap Lo kayak sangsi gitu ke Jimin?"

"Gara-gara dia gue jadi kayak gini"

Namjoon bingung. "Maksud Lo?"

"Kalau dia nggak ajak gue buat ikut sama dia, pasti gue nggak bakal kayak gini Namjoon" jelas Yoongi. Untuk pertama kalinya ia bisa terbuka dengan seseorang yang notabennya adalah orang asing bagi Yoongi.

"Serius, Lo nyalahin Jimin cuma gara-gara itu?  Omong kosong" ucap Namjoon.

"Terus menurut Lo siapa yang salah hah?! Gue? Atau Kakek Lo?"

Kepala Namjoon menggeleng. "Nggak ada yang salah disini Yoon. Semua hal ini murni musibah. Kita nggak bisa menyalahkan siapapun disini. Jimin nggak salah karena dia sendiri pun nggak tau bakal kayak gini jadinya. Begitupun dengan Lo, gue yakin disini Lo juga nggak salah Yoon. Dan untuk kakek gue, iya gue akuin dia ada salah karena nggak hati-hati. Tapi dia pun udah berusaha buat menebus kesalahannya Yoon. Kenapa Lo nggak mencoba buat mengikhlaskan semuanya Yoon? Kalau Lo terus-terusan stuck di masa lalu, terus gimana Lo mau maju?"

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang