Dua Puluh

388 41 0
                                    

Jungkook dan Jimin berlari dari bus ke mini market untuk berteduh. Tadi, mata Jimin tertutup rapat agar ia tak melihat hujan. Makanya Jungkook pun menggandeng tangan Jimin untuk menuntunya agar ia tak jatuh.

Sesampainya di minimarket, Jimin membalikkan badannya menghadap Jungkook. Ia tak bisa berhadap-hadapan langsung dengan hujan. Makanya ia pun bersembunyi di dada bidang Jungkook.

"Kak Jungkook maaf ya kalau Lo nggak nyaman, tapi gue beneran nggak bisa apa-apa kalau hujan" ucapnya murung.

Jungkook mengangguk sambil menepuk punggung Jimin dengan pelan. "Iya nggak pa-pa kok"

Kepala Jimin ia tegakkan. Sedikit mendongak karena Jungkook yang lebih tinggi darinya. "Jujur, gue sebenernya capek kak"

Tangan Jungkook seketika berhenti di bahu Jimin. Ia cengkram bahu itu untuk menguatkannya. "Gue tau Lo lelah. Gue tau banget Lo pasti capek karena nggak bisa berbuat banyak. Tapi paling nggak, Lo udah usaha buat memperbaikinya Jimin. Jangan terlalu terbebani sama masalah Lo ya. Nanti Lo yang sakit sendiri"

Jimin semakin murung, matanya bergetar hebat seiring dengan dadanya yang naik turun karena nafasnya yang berderu tak beraturan.

Tangan kecilnya terulur menggenggam lengan Jungkook yang bertengger di bahunya. "Kak Jung..."

"Iya?"

"Mau peluk boleh?" Ucapnya. Menatap mata Jungkook dengan sendu.

Jungkook pun tak tega. Ia akhirnya mengiyakan permintaan Jimin.

Lantas Jimin langsung berhambur ke dalam pelukan Jungkook. Tangisnya pecah tat kala Jungkook mengusak rambut belakangnya dengan perhatian.

Ia tumpahkan segala air mata ke seragam Jungkook yang mulai basah. Tangisnya semakin keras disertai dengan isakkan yang terdengar nyaring.

"Hikss... Hikss.... Kak Jung, boleh nggak sih gue nyerah? Hikss gue capek banget sumpah hikss"

Jimin semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Jungkook. Emosinya meluap-luap ketika ada orang lain yang memberikan sedikit perhatian kepadanya. Padahal saat bersama dengan temannya, ia tak ingin terlihat lemah. Namun dengan Jungkook, rasanya ia hanya ingin bersandar pada laki-laki ini.

"Ssstt Jimin jangan nyerah. Lo bisa kok hadapin semuanya. Ada temen-temen Lo dan gue yang bakal temenin Lo"

"Tapi kak, gue takut... Gue takut kalian berubah kayak keluarga gue hikss. Satu kesalahan yang gue perbuat bisa bikin keluarga gue berubah sepenuhnya hikss. Gue nggak mau kalian berubah. Gue nggak mau sakit lagi kak"

Jungkook menyandarkan kepalanya pada kepala Jimin. Ia dekap kepala adik kelasnya itu semakin erat.

Bukannya berhenti, namun tangisnya malah semakin kencang dan lirih. Sepertinya, kali ini ia benar-benar meluapkan rasa sakitnya. Sesak di dadanya sedang ia keluarkan. Perlahan-lahan, perasaan terkurung yang ia rasakan semakin memudar. Lara yang tersimpan jauh di dalam hatinya pun mulai mencuat ke permukaan. Saat ini, Jimin sedang berjalan satu langkah menuju kebebasannya. Namun tiba-tiba...

"Aarrkkghh"

Kepala Jimin berdenyut-denyut. Tangannya memencet pangkal hidungnya untuk menghilangkan rasa sakit. Bahkan Ia sampai memejamkan matanya ketika rasa sakit itu tak lekas hilang.

"Jimin? Lo kenapa?"

"Arrkkgghhh"

Kak ayoo temenin!!

Nggak mau ah sendiri aja gih

Kak ayolah, kan mama yang nyuruh

Mama nyuruhnya kamu, bukan aku. Males ah

Sekilas gambaran tiba-tiba saja muncul di tengah-tengah rasa sakitnya.

"Jimin anjir Lo kenapa?? Jangan bikin gue panik"

Jimin tak menjawab. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit dikepalanya.

Kak tungguin kenapa sih?

Kamu lama! Ujan nih

Jangan lari.... Jangan tinggalin aku kak

Cepetann!

Kakkkkkk awaasssss!!!

"KAAAKKK!!! arghhhh kakak!! Hikss..... Kakak.... Jangan lari kak. Arkkghhhhh kakak jangan lari hikss. Ini salah aku hikss hiksss aku yang salah, maaf kaaak... Maafin aku.... Kakak bangun, tolong bangun kaaaak hiksss kaaaakkk banguuun. Maaf kakkk, Ini salah aku hikss. Ini salah akuuuu. Aku salah, maafin aku kak hiksss"

Jimin menangis lebih kencang. Meski Jungkook tak tau alasannya, namun tangisannya kali ini terdengar lebih pilu dan menyakitkan. Bahkan tanpa ia sadari, air matanya juga ikut jatuh seiring dengan Jimin yang terus menyalahkan dirinya sendiri.

"Jimin, Lo kenapa nangis??? Hey... Jangan nangis Jimin. Gue ikut sakit denger nya" Ucap Jungkook menangkup wajah Jimin dengan kedua tangannya.

"Gue yang salah kak... Gue yang salah hikss... Harus nya gue sadar, gue nggak berhak untuk merasa diperlakukan secara nggak adil. Karena emang gue yang salah kak Jungkook.... Gue yang salah hikss. Gue pantes dapetin ini semua hikss karena ini emang salah gue kak!! Ini salah gue!!! Gue bego!!! Bisa-bisanya gue berfikir kalau gue berhak untuk mengeluh?! Bisa-bisanya gue berfikir kalau gue berhak untuk dibela?! Bisa-bisanya gue minta untuk bahagia kak?!! Otak gue dimana kak??? Gue nggak berhak dapet itu semua!!Lo nggak berhak dapetin itu Jimin!!"

Jungkook menghapus air mata Jimin. Ia mengarahkan Jimin untuk menatap ke dalam matanya. Jimin tak boleh terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri. "Jimin hey!! Lo berhak bahagia Jimin. Lo juga manusia yang punya banyak emosi. Takut, sedih, marah, kecewa, Lo bisa merasakan itu semua Jimin. Jadi Lo juga berhak untuk merasakan kebahagiaan. Yang nggak boleh Lo lakuin itu, kalau Lo terus - terusan nyalahin diri Lo sendiri!"

"Gue nggak nyalahin diri gue sendiri kak. Tapi emang nyata nya itu salah gue hikss. Kalau gue nggak maksa kakak gue buat ikut sama gue, pasti nggak bakal ada kejadian itu!! Disini emang gue yang salah kak hikss... Gue pusat dari masalah gue sendiri"

"Lo boleh ngerasa bersalah, tapi bukan berarti Lo harus menanggung beban itu se-umur hidup Lo Jimin. Lo harus bisa untuk memafkan diri Lo sendiri, jangan terus menerus berfokus sama kesalahan Lo. Kalau kayak gini terus, Lo nggak bakal bisa untuk menikmati hidup Lo Jimin"

"Nggak kak hiksss gue nggak boleh egois. Gue nggak bisa mikirin hidup gue aja. Kakak gue gimana hikss?? Kasihan dia"

Jungkook terdiam sebab bibirnya kelu. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran Jimin yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Seharusnya Jimin tidak perlu bersikap seperti ini. Seharusnya Jimin tidak boleh memendam rasa sakit di dalam hatinya terlalu lama. Jika terus seperti ini, kesehatan jiwa nya bisa terganggu. Dan Jungkook sungguh sangat mengkhawatirkannya karena ia yang begitu menyayangi laki-laki didepannya ini. Jungkook sayang pada Jimin.

"Jimin.... Yaudah, sekarang Lo berhenti nangis ya? Lo tenangin diri Lo dulu. Mendingan sekarang gue anter Lo pulang. Mumpung hujannya juga udah berhenti. Kita bicarain lagi besok ya?"

Jimin pun berusaha untuk menenangkan dirinya. Ia menarik nafas dalam-dalam agar tangisnya lekas berhenti. Setelah itu, ia usap wajahnya yang penuh dengan air mata.

"Iya kak" jawab Jimin lemah.

Mereka lantas mulai berjalan menyusuri jalanan yang basah. Sambil tangan Jungkook tak berhenti untuk mengelus punggung tangan Jimin yang berada di dalam genggaman nya.

-------------------------

Maaf ya aku baru update lagi, makasih buat yang udah nungguin

Hope you guys like it 🤗

See you in the next chapter 💕

Jangan lupa vote and comment nya guys ✨

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang