Lima

524 50 2
                                    

"WHATS?!!! Dua orang itu nge-follow Lo?"

Ryujin terkejut. Wajahnya sangat dekat dengan Jimin sangking excitednya dia. Mereka berempat sedang berada di kantin saat ini. Syukurlah suara teriakan Ryujin teredam oleh suara-suara lain. Jika tidak, pasti Jimin sudah sangat malu saat ini.

"Iya Ryu. Gue aja kaget banget semalem"

"Ih coba dong mau liat Jim" Yujin kepo.

"Iya dong liat dong" timpal Renjun sama penasarannya.

Jimin mengeluarkan handphone nya dari saku celana. Ia kemudian menunjukkan kepada teman-temannya tentang follow request yang Namjoon dan Jungkook ajukan.

Ketiganya saling tatap dengan mulut menganga. Sedang Jimin hanya terdiam bingung. Tarikan nafasnya terdengar sedikit kasar. Begitulah jika ia sedang merasa di ujung. Perasaan bercampur aduk menjadi satu. Entah bingung, entah takut, tapi juga sangat penasaran.

"Gimana dong? Gue bingung banget ini"

Jimin butuh saran. Ia tidak dapat memutuskannya sendiri.

"Loh kok nanya? Ya harus kudu wajib di accept lah kocak"

Wajah Ryujin terlampau kesal. Temannya ini bodoh atau apa. Bisa-bisanya ia berfikir untuk mempertimbangkan follow request dari pria-pria tampan itu. Kalau Ryujin jadi Jimin, tanpa ba-bi-bu lagi ia pasti akan langsung men-accept dan bahkan mem-follback akun mereka pada saat pertama kali notifikasi itu muncul di handphone nya.

Telunjuk Renjun mengarah ke atas. Ia menggerakkan jari tersebut dengan tempo yang tak cepat tapi tak lama juga. "Nah iya gue setuju, bener apa kata Ryujin. Harus kudu wajib di accept. Jangan sampe nggak. Lo rugi kalau lewatin kesempatan ini"

"Apa ruginya sih?"

"Rugi lah. Ini tuh satu-satunya cara buat lebih deket sama kakak kelas Jimin"

Jimin hanya terdiam tak menanggapi.

Ryujin menjentikkan jarinya persis di depan wajah Jimin saat mengetahui jika temannya itu sedang melamun.
"Heh! Malah bengong. Udah accept aja gih. Daripada bikin kepikiran. Mau gue yang bantu accept-in?"

Jimin mengibaskan tangannya untuk menghalau tangan Ryujin. Bibirnya manyun ke depan. Ia merasa dipojokkan oleh teman-temannya. Lagian Jimin heran. Ada apa sih dengan teman-temannya? Kenapa mereka terobsesi sekali untuk dekat dengan kakak kelas? Dasar orang-orang aneh dan tidak setia kawan.

"Yaudah iya gue accept. Lo berdua tuh emang bener-bener ya"

Jimin ngedumel. Tapi dirinya masih menuruti permintaan kedua temannya. Tangannya lantas mengutak-atik handphone nya sendiri. Lalu ditekannya tombol biru yang bertuliskan accept pada akun sosmednya.

"Aku doang yang paling bener kan Jim?" Tanya Jihan. Hanya Jihan seorang saja yang tidak memojokkan Jimin.

"Iya Han. Emang Lo doang deh yang paling pengertian"

Jimin mengacungkan jempolnya ke udara. Memuji Jihan karena tidak ikut-ikutan dengan tingkah kedua temannya yang lain. Syukurlah ada Jihan. Paling tidak, Jimin jadi tak terlalu kesal saat ini.

"Nih. Udah gue accept sama gue follback juga. Puas Lo pada?!"

Ryujin dan Renjun bertepuk tangan dengan gembira. Wajah mereka nampak sumringah. Bahkan sederet gigi mereka terpampang nyata di depan mata. Huh dasar pencari good looking people. Tidak bisa melihat orang yang bening sedikit. Baru lihat saja sudah bilang cinta.

Kembali ke laptop. Jimin, Renjun, Ryujin dan Jihan telah menghabiskan makanan mereka. Ke empat orang tersebut lantas bangkit untuk kembali ke dalam kelas.

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang