Tiga minggu telah berlalu. Masa pengenalan lingkungan sekolah pun telah berakhir sejak seminggu lalu. Jimin masuk ke dalam kelas 10-IPS 1 dengan ketiga temannya yang lain. Mereka semakin dekat sering berjalannya waktu.
Saat ini saja ke-empat dari mereka sedang asik berkumpul di sudut kelas. Membicarakan tentang teman sekelas mereka yang sebenarnya tampan. Namun ketampanan itu tertutupi dengan sifat cuek nya. Walaupun kelas sudah efektive berjalan selama 2 minggu lamanya, namun teman tampan mereka masih belum bisa dekat dengan siapapun di kelas ini.
"Bingung deh, Namjoon tuh suka nya apa sih? Baca? Main alat musik? Atau apaan sih? Ada yang tau nggak?" Ryujin menyelipkan rambutnya di sela-sela daun telinga. Ia bersiap-siap untuk mendengarkan jawaban dari teman-temannya.
Namun tanpa disangka, yang lain malah menggeleng lemah. Jika Ryujin saja tidak tahu, lalu bagaimana mereka akan tahu? Di antara mereka ber-empat, hanya Ryujin lah yang selalu up-to-date terkait hal-hal apa saja yang terjadi di sekolah ini. Jadi jika cewek social butterfly itu saja tidak mengetahui tentang kesukaan Namjoon, lantas orang-orang nolep seperti Jimin, Renjun, dan Jihan bisa apa? Terlebih lagi Jimin. Jangankan hal tersebut, Jimin saja masih belum hafal nama-nama teman sekelasnya!
"Ryu, jangan aneh deh. Kalau kamu aja nggak tau info tentang Namjoon, apalagi kita Ryu? Kamu mah ada-ada aja" Jihan melemparkan kertas bekas coret-coretan dengan pelan. Memilih membalik arah tubuhnya ke arah Jimin. Pura-pura kesal sepertinya.
Renjun pun menimpali ucapan Jihan "Tau Lo ah. Di antara kita, cuma Lo doang yang bisa hinggap sana-sini cuma buat denger gosip. Percuma Lo nanya kita Ryu, yang ada harusnya kita yang nanya sama Lo"
Ryujin mencebik. Benar juga. Segala informasi yang mereka dapat, sebagian besar pasti berasal darinya. Kadang-kadang ia juga merasa bingung dengan dirinya sendiri.
Sedang Jimin hanya menonton saja. Ia tak ikut nimbrung dalam percakapan mereka. Alasannya karena ia tak terlalu menaruh perhatian lebih terhadap Namjoon, jadi dirinya biasa saja saat mereka membicarakan lelaki itu. Ya meski harus Jimin akui jika Namjoon memang tampan.
"Harus cari tau nggak sih? Kayaknya harus sih ya. Lo pada kepo juga kan?"
"Kalau boleh jujur sih gue ga kepo ya Ryu" Jimin menumpukan berat kepalanya pada tangan kiri. Perhatiannya masih terus tertuju ke arah Ryujin.
Ryujin memutar bola matanya dengan senyum paksa. Ia menatap lelah ke arah Jimin yang duduk persis di hadapannya. "Yah kalo Lo sih gue ga heran Jim. Yang lain gimana? Kepo ga?"
"Kepo sih. Tapi nggak se-penting itu juga sampe harus dicari tahu segala"
Wajah Ryujin tampak bingung mendengar jawaban Renjun. "Masa cuma gue doang sih yang se-kepo itu sama dia?"
Renjun hanya menggedikkan bahunya. "Ya kenyataannya emang gitu. Cuma Lo doang Ryu yang sampe segitunya. Lagian buat apa juga dicari tau? Nanti lama kelamaan dia juga bakal terbuka dengan sendirinya kok"
Jihan dan Jimin nampak sangat setuju. Sedang Ryujin malah menghembuskan nafas sedikit kasar.
Suasana kelas masih ramai walaupun sebentar lagi akan masuk jam pelajaran. Mereka bahkan masih melanjutkan obrolan ringan meski topik pembicaraannya telah berubah. Kali ini yang di gosipkan mereka bukan lagi Namjoon, melainkan geng cabe-cabean disekolah ini. Yang tidak lain tidak bukan adalah si tiga serangkai Momo, Jessie, dan Seokjin.
Hingga pada akhirnya muncul lah sebuah silhouette dari pintu kelas mereka. Kepalanya menyembul ke dalam sambil matanya bergerak-gerak seperti sedang mencari seseorang.
"Kak? Cari siapa?" Tanya salah satu teman sekelas Jimin.
Orang itu berhenti sejenak. Ia mengingat-ingat nama yang di amanahkan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VARSHA || KOOKMIN [✓]
FanficSemua orang suka hujan. Namun tidak dengan Jimin. Laki-laki itu benci hujan, lebih lagi ia takut dengan hujan. Tak masalah jika pada saat hujan ia berada di dalam ruangan tertutup. Namun akan menjadi masalah jika ia melihat atau bahkan marasakan huj...