Dua Delapan

333 33 4
                                    

"Dufan... I'm comin"

Semua orang berlari memasuki halaman Dufan. Mata mereka berbinar menatap satu persatu wahana yang ada disana. Mulai dari tornado, ontang anting, halilintar, dan masih banyak lagi. Namun diantara orang-orang yang bersemangat itu, ternyata ada Jimin yang justru menatap ngeri ke arah sebuah perahu besar yang berayun tinggi--setinggi harapan orangtuamu.

"Heh kenapa?" Tanya Ryujin menyenggol lengan Jimin dengan bahunya.

"Ternyata tinggi-tinggi banget ya" ucap Jimin bersusah payah untuk menelan ludahnya.

Jungkook tersenyum geli melihat wajah Jimin yang berubah pasi. Padahal semalam, pria itu sangat bersikeras untuk mengajaknya pergi ke Dufan. Katanya ingin menghilangkan stress dengan berteriak lantang saat menaiki wahana. Tapi nampaknya harapan Jimin tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Jungkook yakin suara Jimin akan hilang sepulang dari sini.

"Ya iyalah tinggi, namanya juga wahana extreme kalau nggak tinggi bukan wahana namanya. Tapi odong-odong" olok Renjun. Habisnya ada-ada saja perkataan Jimin barusan.

"Gue kira nggak setinggi ini Njun" ujar Jimin. Tangannya meremat ujung sweater yang Renjun kenakan.

Renjun pun tak tega, ia kemudian meletakkan tangannya di bahu Jimin. "Yaudah kalau takut nggak usah naik"

"Hei hei... Nggak usah takut, kan ada gue Jimin. Lo lupa?" Timpal Jungkook.

Kepala Jimin pun tertoleh memandang Jungkook disebelah nya. Lalu tangannya yang meremat sweater Renjun pun berpindah menggenggam tangan Jungkook dengan erat. "Pokoknya nanti jangan lepas tangan gue ya kak?" Ucap Jimin. Tangannya semakin erat menggenggam Jungkook.

Sehingga Jungkook malu. Di dalam hatinya, ia berteriak kesenangan. Namun di luar, ia tak akan menunjukkan perasaan berbunganya. He was playin cool. 
"Don't need to worry, your's men right here" ucapnya tersenyum tipis.

Jaemin mual dan ingin muntah mendengarnya. "Idiihhh najis. Gombal mulu Lo dasar gayung hati"

"Yee sirik Lo, nggak ada yang digombalin jadi iri kan Lo sama gue?!"

"Heh siapa bilang? Nih sebelah gue udah jadi calon" Jaemin melirik Renjun dengan senyum penuh arti. Sedang Renjun asik membuang muka ke arah lain. Malas melihat wajah Jaemin yang menjengkelkan.

"Mampus di kacangin, berguru dulu deh Lo ke Mark yang nggak perlu acara PDKT an. Tiba-tiba sat set langsung jadi"

Sang empunya nama pun berbangga diri. Ia melebarkan kedua tangannya, lalu menepuk dadanya beberapa kali. "Sini, belajar dulu sama suhu" ucapnya. Kemudian merangkul Ryujin ke dalam pelukannya.

"Dih kan yang nembak kakak, aku? Berarti yang suhu aku dong?" Ryujin mendongak menatap mata Mark.

Pfttt mereka semua hampir saja menyemburkan tawa ke arah Mark. Namun tak jadi karena merasa kasihan dengan laki-laki itu.

"Eiya dong, udah pasti suhunya pacar aku yang tercantik ini" Mark mencolek dagu Ryujin.

"Cantikan Jimin gue lah" ucap Jungkook.

"Nggak usah sok nge - HM padahal dia belom jadi punya Lo deh kak" Ryujin menasihati sekaligus menyindir pria itu agar lekas menjadikan Jimin sebagai hak miliknya.

"Tau Lo, nanti Jiminnya keburu bosen sama Lo baru rasa" pacarnya Ryujin ikut menimpali.

Sedang Jimin hanya diam saja mendengar percakapan yang sejujurnya membuat dirinya merasa sedikit berharap jika Jungkook akan peka terhadap keinginannya.

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang