Tiga Sembilan

355 35 8
                                    

Siang menjelang sore ini angin berhembus begitu tenang. Menembus permukaan rambut Jimin yang ikut menari bersamaan dengan semilir angin.

Ia duduk beralaskan karpet di rumput hijau yang empuk. Di kelilingi dengan berbagai macam makanan berat dan juga ringan. Serta seluruh keluarga yang bercengkrama dengan sesama.

Jimin memandangi satu persatu wajah anggota keluarganya. Mulai dari sang ayah yang keriput di dahinya sudah muncul, sang mama yang akhirnya dapat tersenyum kembali, juga sang kakak yang nampak sedikit tenang.

"Jadi kapan kita langsungkan pernikahan?" Tanya Nely di tengah pembucaraan.

Semua yang ada disana tercekat. Apalagi Yoongi yang sudah memelototkan matanya.

"Hehe Tante sekarang ini aku sama Namjoon masih sekolah loh Tan" Yoongi tertawa canggung.

Agatha pun menyetujui ucapan Yoongi. Ia memang ingin segera melangsungkan perjodohan mereka. Namun sepertinya hal ini masih terlalu cepat untuk keduanya. "Iya Jeung, Jangan buru-buru juga. Mereka masih anak-anak"

"Terus gimana kita mengikat mereka dong?" Ucap Nely murung.

"Ma... Kita kan bisa tunangan dulu" usul Namjoon. Ada-ada saja mama nya ini. Kan Namjoon jadi malu dengan Yoongi dan juga Jimin.

"Eh iya ya bener juga. Kalau gitu kapan kalian mau tunangan?" Tanya Nely lagi.

Kenapa frontal banget sih Tan.

Yoongi tersipu. Mendengar kata tunangan dari mulut calon mertuanya mampu membuat rona di kedua pipinya menebal, apalagi wajahnya itu seputih susu, jadi pasti akan sangat kentara jelas ketika dirinya sedang blushing. Padahal sampai saat ini pun ia masih belum bisa mengartikan tentang perasaannya sekarang. Jika dibilang ia menyukai Namjoon, tentu jawabannya iya. Ia suka pada sikap dewasa pria itu, ia menyukai sikap apa adanya dirinya. Namun jika ia harus mengartikan perasaannya sebagai rasa cinta, sepertinya hal itu masih belum tepat karena dirinya merasa bahwa ia belum sampai memasuki ke tahap itu.

"Kak Yoon malu?" Ucap Jimin spontan. Ia tak pernah melihat ekspresi Yoongi yang sekarang. Sekalipun tidak.

Refleks, Yoongi pun memukul paha Jimin. Jangan meledeknya atau ia malah akan bertambah malu. "Nggak" ucap Yoongi berusaha menutupi rona merah di pipinya dengan menundukkan kepalanya.

Lantas Namjoon tersenyum geli saat melihat Yoongi, bahkan lesung dikedua pipinya jadi nampak sangat jelas dan dalam. Bukan apa-apa, tapi sepertinya gen imut memang mendarah daging di keluarga itu. Tak hanya Jimin yang imut, namun Yoongi juga sama imutnya.

Lucu banget ah

Ia kembali mencuri pandang ke arah Yoongi. Tak tau mengapa namun ia tak dapat secara terang-terangan menatap pria putih itu. Seperti dadanya akan bergemuruh hebat ketika tiba-tiba pria itu juga menoleh ke arahnya.

Begitu pun dengan Yoongi. Dirinya juga tidak bisa menatap langsung ke arah mata Namjoon. Entah malu, entah takut, entah grogi. Intinya, ia tidak bisa menatap mata sipit nan tajam milik Namjoon.

"Jeung liat anakmu sampe malu gitu" bisik Nely kepada Agatha.

Agatha pun tersenyum. "Anakmu juga malu itu Nel"

"Hihi kayaknya mereka udah mulai saling suka jeung" Nely tertawa kesenengan.

"Iya Jeung bener"

Jimin pun setuju. Sepertinya sang kakak dan juga Namjoon mulai merasakan percikan-percikan cinta di hati mereka. Meski ia tau jika pada awalnya mereka pasti akan menyangkal perasaan itu. Namun seiring berjalannya waktu, Jimin yakin mereka juga akan mulai menyadarinya. Persis seperti dirinya yang dulu juga tak mengakui perasaan cinta nya pada Jungkook. Persis seperti dirinya yang dulu membenci Jungkook,  kini pria itu telah menjadi yang paling ia cinta.

VARSHA || KOOKMIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang