Part 01

30.5K 1.4K 85
                                    

Haechan tengah termenung di dalam cafe seorang diri kala ia yakin kekasihnya tidak akan datang. "Na Jaemin sialan itu benar-benar tidak datang, bisa-bisanya tidur lebih penting dari sekedar kencan dengan-ku" omel Haechan sebelum beranjak berdiri dan pergi dari cafe.

Haechan baru pergi setelah orang yang ditunggunya hampir tiga jam baru datang, "kau mencari Haechan? Dia baru pulang sih kali ini rekor ia menunggu hingga tiga jam" cerita seorang pelayan yang sudah cukup akrab dengan Jaemin dan Haechan.

Jaemin mengeluarkan handphone miliknya lalu menghubungi pacarnya, "Hallo, kau dimana?" Tanya Jaemin pada Haechan yang telah mengangkatnya.

Haechan yang berada di seberang sana sempat terdiam sebentar sebelum menjawab pertanyaan Jaemin, "aku sedang naik bus, menuju perjalanan pulang".

"Kembalilah, aku sudah sampai di cafe" ujar Jaemin dengan nada seenaknya. Haechan mengepalkan tangannya dengan erat saat mendengar ucapan Jaemin yang seenaknya.

"Aku lelah, kita batalkan saja rencana kita hari ini" ujar Haechan lirih.

Jaemin menajamkan pandangannya ke arah depan, membuat seorang pelayan yang lewat di depannya langsung bergidik ngeri. "SEO HAECHAN, KAU SENDIRI YANG BILANG INGIN BELAJAR UNTUK MEMPERBAIKI NILAIMU. KAU LUPA BETAPA HANCURNYA NILAI-NILAI MU" ucap Jaemin dengan nada dingin.

Sedangkan Haechan diseberang sana ketika mendengar ucapan Jaemin, sudah membuatnya ingin menangis. Alasannya meminta belajar bersama Jaemin hanya kamuflase, alasan sesungguhnya ialah ia ingin menghabiskan waktu meski setelahnya ia hanya mendengar penjelasan Jaemin tentang rumus Fisika, Matematika dan sejarah serta ideologi negara.

"Aku akan mengatasinya" jawab Haechan pada akhirnya sebelum mematikan sambungan telepon begitu saja. Jaemin diseberang sana sampai tertegun karena Haechan mematikan sambungan telepon diantara mereka lebih dulu.

Haechan pada akhirnya tidak pulang, ia memilih untuk berkunjung ke rumah paman dan bibinya. Tempat ternyaman dimana hanya disana ia merasa benar-benar disayangi.

"Haechan, kau datang dengan siapa?" Sapa bibinya saat melihat kedatangan Haechan.

"Sendiri" jawab Haechan pelan, "Wendy noona mana imo?" Tanya Haechan seraya melongokan kepalanya kedalam rumah.

"Dia di kamar, langsung masuk saja imo akan buatkan makan siang kau pasti belum makan?" Tanya sang Imo yang dijawab anggukan kepala oleh Haechan.

Haechan melangkah masuk ke dalam kamar kakak sepupunya, meski dia pria namun keluarga bibinya tidak pernah merasa khawatir membiarkan Haechan berdua saja dengan Wendy di dalam kamar. "Noona" panggil Haechan pelan membuat Wendy yang tengah membaca langsung mengangkat kepalanya untuk melihat wajah sendu Haechan di depan pintu.

"Kemari" ujar Wendy seraya melambaikan tangannya meminta Haechan untuk duduk disampingnya di atas ranjang. Haechan menurut dan langsung duduk disebelah Wendy yang langsung memeluknya dengan sayang.

"Kau kenapa? Siapa lagi yang menyakiti mu?" Tanya Wendy seraya membelai rambut Haechan dengan sayang.

"Noona, apa nilai yang bagus itu begitu penting?" Tanya Haechan lirih membuat Wendy seketika mengeraskan rahangnya.

"Orang tuamu menuntut nilai-nilai mu lagi?" Tanya Wendy dan Haechan mengangguk pelan dalam pelukan Wendy. "Jaemin pun begitu, apa menjadi orang kurang pintar itu memalukan?" Bisik Haechan dengan nada yang sudah akan menangis.

"Kemampuan setiap orang itu berbeda-beda Haechan, tenang saja biar kukatakan pada appa untuk menegur paman Johnny dan meminta pada appa untuk membawamu tinggal bersama kami saja" ujar Wendy.

Namun Haechan menggelengkan kepalanya pelan, "kau tahu aku tidak bisa jauh dari Renjun kan noona, dia kakak kembarku kami itu satu dan tidak akan terpisahkan" jawab Haechan pelan yang membuat Wendy mendecih di dalam hatinya.

후 회 (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang